MAKJLEB! Puisi Terbaru Fadli Zon Usai ILC: Menonton Kedunguan. Hayo.. Siapa yang DUNGU?


[PORTAL-ISLAM.ID]  Wakil Ketua DPR Fadli Zon, belakangan kerap menyampaikan kritik melalui puisi. Semisal saat membacakan puisi berjudul "Tukang Gusur" pada saat deklarasi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, beberapa waktu lalu. 

Sajak itu khusus dibuat untuk mengkritik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akan menjadi lawan Anies-Sandiaga di Pilkada DKI Jakarta. 

Begitu pula dengan puisi berjudul "Kaos dan Sepeda". Puisi yang dibuat Fadli saat kunjungan kerja di Yerevan, Armenia, Ahad, 3 Agustus 2017 ini, bercerita mengenai pemimpin yang kerap membagi-bagikan kaos dan sepeda.

Namun, hal tersebut tak membuat hidup masyarakat semakin sejahtera. Hidup warga justru makin sulit karena tak mendapat lapangan pekerjaan hingga harga bahan pokok yang meroket tajam.

Kemudian menjelang tahun ketiga kepemimpinan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK), Wakil Ketua DPR Fadli Zon menuliskan puisi yang berjudul "Tiga Tahun Kau Bertahta". Puisi berisi kritik terhadap pencapaian pemerintah saat ini.

Dalam puisinya, Fadli menyinggung perekonomian di Indonesia yang disebutnya cenderung menurun. Fadli juga mengkritik sejumlah ulama yang dikriminalisasi.

Kali ini, Fadli Zon, usai acara talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) Selasa, 5 Desember 2017 kembali membuat puisi berjudul "Menonton Kedunguan". Entah siapa yang ditudingnya. 

Berikut ini puisi "Menonton Kedunguan" selengkapnya:

MENONTON KEDUNGUAN

Berapa lama lagi kau pertontonkan kedunguan
dengan kepercayaan diri sempurna
sambil kau rebahkan otakmu di comberan
mulutmu mengeluarkan suara
penuh kekosongan begitu hampa
argumentasi sedangkal mata kaki
angka-angka menipulasi
berita bohong plus fitnah keji
kau jadikan senjata
mengotori dunia maya

Berapa lama lagi kau pertontonkan kedunguan
di layar kaca atau di tengah kerumunan 
pameran kebodohan paripurna
kalimat-kalimat miskin tak berisi
berbaris caci maki
pesan tak mutu banyak prasangka
retorika nggak nyambung tuna logika

Aku rindu perdebatan bermakna
polemik hebat di masa lalu
ketika orang masih membaca
mencari jalan kebenaran
meniti peradaban
Baca juga :