TEGAS LAWAN Larangan Penggunaan Hijab di Uni Eropa, Pekerja Muslim Swedia: HIJABKU BUKAN URUSANMU!


[PORTAL-ISLAM]  Hari Buruh Internasional diperingati buruh-buruh Swedia dengan memenuhi jalan di beberapa kota besar di Swedia.

Ada hal yang istimewa dalam aksi buruh di Swedia ini. Yaitu adanya kelompok pekerja muslim perempuan yang meminta hak untuk bekerja menggunakan jilbab.

Permintaan hak untuk tetap mengenakan jilbab saat bekerja ini muncul menyusul adanya keputusan Pengadilan Uni Eropa atas larangan karyawan menggunakan simbol keagamaan saat bekerja.

Larangan itu menjadi sorotan luas, pasalnya, hal tersebut dianggap sebagai serangan langsung terhadap perempuan muslim yang mengenakan jilbab saat bekerja.

Keputusan diambil setelah seorang wanita Belgia dan seorang wantia Prancis, mengajukan tuntutan hukum setelah dipecat dari pekerjaannya karena mengenakan jilbab.

Gelombang aksi unjuk rasa pun muncul di Stockholm, Malmo, Geothenburg, Vasteras, Sala dan Umea. Para pekerja perempuan muslim itu pun mengungkapkan aspirasi mereka lewat banner-banner bernada protes.

"Hancurkan rasisme, hijab saya bukanlah urusan Anda, pekerjaan adalah hak kami," teriak para pengunjuk rasa.

Salah satu pengunjuk rasa, Maimuna Abdullahi mengatakan, perempuan muslim di Gothenburg biasanya tidak berani untuk berdemonstrasi saat Hari Buruh atau May Day.

Pengunjuk rasa lain, Gabrielle Guastad menilai, keberanian itu ada karena rasa tanggung jawab bersama atas hak setiap manusia.

Massa turut membawa spanduk-spanduk untuk mendukung buruh perempuan muslim di Swedia, agar dapat mengenakan hijabnya saat bekerja. Pengunjuk rasa di Stockholm, Khaali Mohammed menerangkan, banyak pengunjuk rasa yang turun karena merasa hak setiap orang untuk dapat mengenakan apapun.

"Paling tidak yang dapat dilakukan pengunjuk rasa adalah mendidik orang-orang dan memecahkan kebisuan seputar hak pekerja perempuan muslim," kata Khaali.

Ia menegaskan, semua pihak terkejut atas keputusan Pengadilan Uni Eropa tersebut, terutama bagi Swedia yang banyak dipuji atas hak asasi manusianya. Menurut Khaali, itu yang jadi alasan banyak orang yang mengaku ingin berpartisipasi, sesaat usai mereka memposting aksi mereka.

Salah satu koordinator aksi, Aftab Soltani mengungkapkan, cara yang dilakukan untuk menarik minat orang adalah dengan menggambarkan kuatnya perempuan muslim. Tujuannya, demi bisa membalikkan citra perempuan muslim yang selama ini dipandang cuma sebagai korban diskriminasi.

"Aksi ini menunjukkan bukti citra hijab yang kuat karena narasi perlawanan nyata selama ini tidak pernah diungkapkan," ujar Soltani.

Sesaat setelah pengguna media sosial menggunakan tagar #Muslimwomanban, ia mengaku banyak aktivis dan seniman di Eropa yang menghubunginya. Mereka, lanjut Soltani, hendak memberi dukungan dengan membawa poster-poster yang berbeda saat aksi May Day berlangsung.


Baca juga :