Sindir Soal Pemimpin, Inilah Surat Anas Urbaningrum dari Balik Jeruji Besi


[PORTAL-ISLAM]  Mantan Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum menitipkan sepucuk surat dari balik jeruji, Lapas Sukamiskin.

Surat yang ditulis tangan itu akhirnya menjadi perhatian netizen setelah diunggah bertahap di akun twitter Anas Urbaningrum, Ahad, 22 Jnuari 2017 pagi.

Cuitan itu bertanda *admin, yang berarti cuitan itu diunggah tim admin berdasarkan pernyataan langsung dari Anas Urbaningrum.
Ada tujuh poin yang ditulis Anas Urbaningrum, yang ditulis dengan perpaduan pepatah bahasa Jawa.

Berikut isi selengkapnya:

1. Ya Allah, bimbing para pemimpin kami untuk "ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani"

2. Ya Allah, jangan sampai terjadi "mestine dadi tuntunan, malah dadi tontonan"

3. Ya Allah, jauhkan kami dari pekerti "ono ngarep ngewuh-ewuhi, ono mburi ngegol-ngegoli"

4. Ya Allah, ingatkan kami bahwa "ajining diri ono ing lathi", "ajining diri ono ing cuitan"

5. Ya Allah, jauhkan para pemimpin kami dari JARKONI, "biso ngajar ora biso nglakoni"

6. Ya Allah, jangan lupakan kami dari petuah leluhur "ojo metani alaning liyan"

7. Ya Allah, jangan ubah "lengser keprabon madeg pandhito" menjadi "lengser keprabon madeg CAKIL"

Jika diartikan satu persatu, isi surat tersebut berisi semacam doa, harapan sekaligus sindiran dengan kondisi Indonesia saat ini.

1. Poin pertama ada "ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani".

Kalimat ini terdiri dari 3 susunan kata, yang pertama Ing Ngarso Sung Tulodo yang berarti menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang disekitarnya.

Kedua Ing Madyo Mangun Karso, berarti seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan.

Ketiga Tut Wuri Handayani, berarti seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

2. "mestine dadi tuntunan, malah dadi tontonan" berarti (pemimpin) seharusnya menjadi tuntunan, bukan tontonan.

3. "ono ngarep ngewuh-ewuhi, ono mburi ngegol-ngegoli" artinya di depan mengganggu, dibelakang menjadi beban

4. "ajining diri ono ing lathi", "ajining diri ono ing cuitan" artinya harga diri ada pada ucapan, harga diri ada pada cuitan

5. JARKONI, "biso ngajar ora biso nglakoni" artinya Bisa mengajari tapi tak bisa melaksanakan

6. "ojo metani alaning liyan" artinya jangan mencari-cari keburukan orang lain

7. "lengser keprabon madeg pandhito" menjadi "lengser keprabon madeg CAKIL" artinya Setelah selesai masa jabatan menjadi orang baik, menjadi setelah selesai masa jabatan menjadi cakil. (Cakil merupakan lambang keburukan. Dalam pewayangan Cakil selalu kalah, tewas karena kerisnya sendiri)

Cuitan Anas itupun ditanggapi beragam oleh sejumlah netizen.

Ada yang menuliskan komentar ringan bernada sindiran, ada pula yang menanyakan arti tulisan Anas tersebut, juga mengaitkan dengan cuitan Susilo Bambang Yudhoyono belum lama ini.

@nanangkmahasast @anasurbaningrum hahahahaha.. saya punya temen, namanya CAKIL kalu gak salah dia kos di Cikeas

‏@gustrisip @anasurbaningrum nyindir mas?

@Anjas_Wibowo @anasurbaningrum sepertiny cuitan ini merespon cuitan SBY

@AJSusanto @anasurbaningrum ha ha ha ha lebih keren daripada curhat

@bengky_aja @anasurbaningrum @SBYudhoyono pelajaran ORBA sekuat itu pun mau balik panggung.. keluarga suharto #tamat bagaimana dgn Kel Cikeas sekuat apa

‏@gustrisip @anasurbaningrum nyindir mas?

Sumber: Tribunnews
Baca juga :