[Kondisi Ekonomi Era Jokowi] Defisit APBN 2016 Naik Dibanding 2015, Hasil Ekspor Merosot Berturut-turut 2014-2016


[PORTAL-ISLAM] Catatan atas kondisi perekonomian dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Ditulis oleh Sigid Kusumowidagdo:

DEFISIT APBN SELAMA 2016 2 ,1 % DARI PDB, NAIK DARI 1,9 % SELAMA 2015; HASIL EKSPOR MEROSOT BERTURUT- TURUT 2014-2016.

Defisit Anggaran (Budget Deficit) terjadi jika anggaran penerimaan negara lebih kecil dari anggaran pengeluaran (belanja) sehingga terjadi kekurangan dana.

Selama dua tahun kekurangan dana diatasi dengan:
(1) Menerbitkan surat utang negara (obligasi negara)
(2) Dan dalam jumlah yang lebih kecil pinjaman multilateral (dari lembaga-lembaga keuangan multilateral: Bank Dunia, Bank Pembanguna Asia, Bank Pemmbangunan Islam dsb)
(3) Dan pinjaman bilateral negara China, Jepang, Jerman dsb
(4) Serta pinjaman dalam negeri.

1. DEFISIT 2015
Defisit tejadi karena penerimaan negara Rp.1,565,8 Trilyun dan pengeluaran negara lebih besar yaitu Rp1,848, Trilyun

2. DEFISIT 2016
Defisit terjadi karena penerimaan negara sebesar Rp 1,848.1 trilyun dan belanja negara terdiri dari pemerintah pusat Rp.1,339,17, Belanja kementerian-kementerian dan lembaga-lembaga negara Rp 558,7 Trilyun dan Transfer Daerah Rp 782,2 Trilyun.

3. Penggunaan Utang untuk menutup defisit dengan:
a. Utang Luar negeri = Rp.1,2 Triyun.
b  Utang dalam Negeri = Rp 271 milyar.

4. PENERIMAAN DARI EKSPOR TURUN 2 tahun berturut 2014-2016 
Penerimaan negara dari ekpor turun 2 tahun berturut-turut 14,63 % dari sisi permintaan komodiras ekspor. Kemerosotan ekspor juga terjadi karena turunnya harga-harga komoditas sebesar 60% selama 2014-2016. Hasil ekspor selama 2016 tercapa US $124 Milyar.

5. TARGET INVESTASI TIDAK TERCAPAI
Tidak tercapai nya target investasi juga mengurangi dana masuk oleh karena itu menambah besar defisit. Target Investasi 2016 sebesar Rp 594,3 Trilyun dan pencapaian Rp 545,4 Trilyun.
.
6. PEMANFAATAN BELANJA NEGARA UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Selama 2016 Rp 313,5 T atau 8% dari total belanja negara sebesar Rp 2,121,3 T digunakan untuk Proyek-proyek infrastruktur itu dan baru akan dinikmati hasilnya dalam 2-5 tahun ke depan yang seperti pembangkit tenaga listrik, jalan toll, pelabuhan laut atau Bandara udara, kereta api, dsb.

KESIMPULAN:
Kecepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 2019 akan tergantung masuknya dana investasi, tersedianya dana utang khusunya melalui surat utang negara dan kecepatan pembangunan proyek-proyek infrastrukrur, tetapi optinmisme untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rata 7% pertahun seperti yang direncanakan pemerintah selama 5 tahun ke depan sejak 2015 harus dikendalikan kerena kecil sekali kemungkinannya tercapai.

Sumber: fb

DEFISIT APBN SELAMA 2016 2 ,1 % DARI PDB, NAIK DARI 1,9 % SELAMA 2015; HASIL EKSPOR MEROSOT BERTURUT- TURUT...
Dikirim oleh Sigid Kusumowidagdo pada 20 Januari 2017

Baca juga :