DPR Akan Bentuk Tim Gabungan Selidiki Aliran Dana Century

"DPR secepatnya akan mem­ben­tuk tim pengawas hasil rapat pari­purna kemarin. Lalu, DPR juga akan membentuk tim ga­bungan yang akan menuntaskan pe­nyelidikan aliran dana yang ber­anggotakan Kejagung, Polri, PPATK dan KPK."
[Wawancara Rakyat Merdeka online dengan Bambang Soesatyo, salah satu anggota Tim 9 inisiator Pansus Century]
Berikut wawancara lengkapnya:
---

Presiden SBY dan Wapres Boe­­diono sudah menge­luar­kan per­nyataan terkait hasil rapat pa­ripurna DPR. Apa yang Anda tang­­­kap dari per­nyataan mereka?
Mereka ambivalen. Sebelum­nya, Presiden SBY telah me­nya­takan akan mendukung langkah penegakan hukum kasus Century, tapi belakangan SBY menya­takan jika hasil rapat paripurna hanya keputusan politik saja, bukan keputusan hukum yang bisa mengikat. Padahal, semua produk undang-undang kan berawal dari keputusan politik yang dihasilkan DPR.

Mungkin pernyataan itu mun­cul karena presiden kecewa de­ngan hasil paripurna DPR?
Wajar dan bisa dipahami jika pre­siden kurang berkenan dengan keputusan final paripurna DPR memilih opsi C. Pertama, karena presiden telah mengerahkan se­mua kekuatan yang ada padanya untuk membangun saling pe­nger­tian dengan DPR, terutama frak­si-fraksi mitra koalisi pe­me­rintahan. Tetapi, menyikapi skan­dal Bank Century, mitra koalisi me­nolak seaspirasi dengan per­sep­si presiden dan parpol pen­dukungnya, kendati presiden su­dah menyatakan ikut ber­tang­gung jawab atas bailout Bank Century.

Kita boleh mengasumsikan bahwa presiden kecewa berat pa­da semua instrumen kekuatan yang ada di sekitarnya, karena mereka telah gagal mengelola beda pendapat antar fraksi di par­lemen. Bahkan dengan se­sama anggota koalisi sekalipun.

Bukan hanya presiden yang kecewa, tetapi Partai Demokrat pun kecewa dengan hasil itu?
Semua instrumen kekuatan di sekitar presiden sedang me­men­dam kecewa akibat kekalahan telak di paripurna DPR. Kami ber­harap mereka tidak malah meng­ompor-ngompori presiden. Saat­nya untuk legowo. Mereka ha­rus memberi ruang dan mem­buat suasana di kantor presiden dan Puri Cikeas kondusif, agar pre­siden realistis dan berpikir po­sitif terhadap situasi politik ter­kini. Jangan mendorong-dorong presiden ikut-ikutan emosional. Idealnya, presiden dibiarkan in­dependen mengingat dia kepala pemerintahan.
Ada kekhawatiran keputusan DPR justru dimentahkan saat diproses hukum. Contohnya ka­sus tanker VLCC yang ke­mu­dian di-SP3. Bagaimana DPR bisa menjaga agar kasus Cen­tury tak berhenti di tengah jalan?
DPR secepatnya akan mem­ben­tuk tim pengawas hasil rapat pari­purna kemarin. Lalu, DPR juga akan membentuk tim ga­bungan yang akan menuntaskan pe­nyelidikan aliran dana yang ber­anggotakan Kejagung, Polri, PPATK dan KPK.

Selain itu, saya juga me­ngi­ngat­kan pada pimpinan fraksi dan wakil ketua DPR yang fraksinya memilih opsi C untuk mengawal agar redaksi penyelidikan tidak sumir. Ini memang harus hati-hati, mengingat Ketua DPR-nya bukan dari partai yang memilih opsi C. Hati-hati, opsi C bisa ke­peleset di tangan ketua DPR.

Bahkan saya baru dapat ka­bar dari seorang staf ahli Pan­sus jika ketua DPR tidak mau tanda ta­ngan hasil parip­urna kalau di­cantumkan nama-nama yang pa­tut diperiksa. Padahal, nama-na­ma itu tertera jelas dalam re­ko­­mendasi opsi C yang sudah di­­pu­­tus­kan dalam rapat paripurna.

Suasana kebatinan di kabinet juga sedang tidak kondusif. Apakah Anda melihat ada ke­mungkinan menteri parpol di-reshuffle?
Hari-hari ini, suasana di ka­binet memang kikuk. Ka­ta­kan­lah bahwa presiden mungkin merasa tidak nyaman dengan sejumlah menteri yang berasal dari parpol mitra koalisi pemerintah. Itu sa­ngat manusiawi. Dan, ma­nu­siawi juga jika menteri-menteri salah ting­­kah. Apalagi, sebelumnya, orang dekat presiden sempat ber­kali-kali mengatakan para men­teri yang partainya tidak sepaham de­ngan presiden dalam menyi­ka­pi skandal Bank Century agar berinisiatif mundur dari kabinet.

Pernyataan agar mundur dari kabinet karena sudah tidak se­pa­ham, saya rasa amat provokatif. Dan dalam konteks politik layak di­nilai amatiran.

Kami berharap perilaku ke­ka­nak-kanakan dari orang terdekat pre­siden tidak diteruskan. Kita hor­mati saja hak prerogatif pre­si­den untuk masalah formasi ka­binet ini. Ketidaknyamanan sua­sana di kabinet tak boleh berlarut-larut. Situasinya segera dibuat kon­dusif lagi, agar efektivitas pemerintahan tetap terjaga. Jadi jangan lagi mendorong-dorong para menteri dari parpol mengun­durkan diri hanya karena berse­berangan dengan presiden dalam isu skandal Bank Century. Ber­henti menghembuskan isu reshuf­fle kabinet.

Apa yang terjadi bila kasus Century diintervensi?
Kita bisa mengkalkulasi bahwa instabilitas akan tereskalasi jika muncul asumsi proses lanjutan penanganan skandal ini bergerak di area abu-abu karena diin­ter­vensi penguasa. Bagai­mana reak­si publik terhadap kasus Ci­cak versus Buaya hendaknya men­jadi pengalaman yang mem­buat kita makin arif.

Biarkanlah proses lanjutan itu berjalan independen. Selama penanganannya oleh Pansus Cen­tury, skandal ini menyedot per­hatian rakyat. Apa jadinya jika rak­yat beranggapan ada inter­ven­si atas proses lanjutan pe­nangan­an skandal Century.

Saya cenderung menyarankan, langkah paling bijak yang layak ditempuh presiden hari-hari ini adalah mengonsolidasi koalisi pemerintah untuk membangun ke­pastian dan meraih keper­ca­ya­an publik. Harmonisasi di antara sesama anggota koalisi menjadi satu-satunya pilihan saat ini, karena pemerintah harus kem­bali fokus pada program pem­bangun­an jangka pendek dan menengah.


*sumber: rakyatmerdeka.co.id
---
posted by: pkspiyungan.blogspot.com
Baca juga :