Seorang sastrawan pernah berkata: "Seandainya surga itu rasanya seperti duduk santai di depan rumah, sambil membaca koran, ditemani secangkir kopi dan goreng pisang. Rasanya sudah cukup..."
*) Kata-kata seperti ini menunjukkan kesederhanaan ala orang Indonesia, merasa puas dengan sesuatu yang sedikit. Tentu saja, dia mau dengan kemewahan, kemegahan, gemerlap kekayaan. Hanya, bila semua itu tak ada, dengan kesederhanaan pun, rela diterima.
*) Tetapi sejatinya "rasa" seperti di atas tergolong mahal. Mengapa? Karena ia menandakan kehidupan yang aman, tenang, berkecukupan, sehingga pagi-pagi bisa menikmati berita koran, ditemani kopi dan pisang goreng. Secara politik, biaya untuk mencapai ketenangan seperti itu mahal. Dana 80 triliun belum tentu cukup.
(Sam Waskito)