Ide Kebliger
Oleh: Made Supriatma
Tentu lebih gampang suruh tanam cabai lima pot dan tidak usah beli cabai selamanya. Cukup mengandalkan cabai dari pot-pot itu.
Benarkah demikian? Ya jelas nggak. Memang semudah itu menanam? Tanam, terus mak kecuprut mulutmu pedes, dan nasi nambah, gitu?
Untuk sampai panen, cabai itu perlu waktu hingga 3 bulan. Dan masa panen itu hanya 6 bulan walaupun cabe bisa berumur 24 bulan.
Nanem cabe dalam pot lebih gampang diucapkan ketimbang dilaksanakan. Perlu persiapan mateng. Cabai tidak tumbuh begitu saja. Perlu beli bibit. Perlu pengolahan tanah. Perlu tenaga untuk memelihara -- mengairi, menyiangi, memangkas cabang-cabang yang tidak perlu.
Yang lebih penting lagi adalah ekonomi cabai. Para petani cabai mengalami sedikit keuntungan ketika harga cabai tinggi. Namun itu biasanya terjadi dalam situasi tidak normal: hama, cuaca, kelangkaan pupuk, atau tingginya permintaan karena hari raya.
Lebih sering para petani mengalami untung yang sangat tipis. Bahkan rugi ketika faktor tenaga kerja dimasukkan. Mengapa mereka masih menanam cabai?
Ya karena masih ada permintaan dan ada harapan harga akan bagus. Dan harga-harga bagus itu terjadi dalam rentang waktu yang sangat pendek. Itulah saat-saat petani tersenyum lega sedikit.
"Lumayan, untuk nyawer penyanyi dangdut," begitu pernah seorang petani cabai berkata di salah satu kanal media sosial yang pernah saya lihat. Sambil tertawa lebar ia bercerita bahwa penyanyi yang disawer itu naik mobil, sementara dia hanya naik Astrea lawas.
"Tapi ya nggak apa-apa. Itu hiburan," katanya. Dan, begitulah ekonomi bekerja.
Menjadi petani tidak akan membuat Anda kaya. Harga panen yang bagus itu tidak dengan serta merta akan membuat Anda menjadi konglomerat. Hanya kalau Anda memiliki lahan yang luas, Anda bisa menjadi petani dengan taraf hidup kelas menengah -- punya rumah tembok, ada mobil Agya, dan mungkin bisa nabung untuk naik haji atau umroh.
Pada umumnya, para petani itu subsistem. Atau, cukup sekedar bisa makan saja. Ini karena bertani di tanah sempit, dan harga komoditi pertanian yang selalu dibuat rendah supaya semua orang -- khususnya yang miskin -- juga bisa ikut makan. Dalam hal cabai, semua orang bisa memedaskan mulutnya sehingga selera makan nasinya bisa naik.
Di sekitar saya, tidak banyak orang hidup dengan menjadi petani saja. Sebagian besar mereka punya pekerjaan di luar sektor pertanian: dengan menjadi buruh bangunan atau di sektor lainnya.
Dan, sebagian besar mereka pekerja keras. Saya sering ketemu dengan buruh bangunan yang pulang kerja jam 4 sore, terus ngarit. Mereka memelihara kambing atau sapi. Kalau musim tanam, mereka berhenti kerja dan mengurus sawah.
Kambing atau sapi adalah tabungan mereka. Atau, mungkin lebih tepat investasi. Kalau bisa hidup dan dijual, untungnya ya lumayan. Mereka bisa beli motor bekas. Kalau mati karena kembung atau penyakit lainnya, ya mereka rugi. Persis seperti Anda berinvestasi di pasar uang, bukan?
Para petani ini adalah pekerja-pekerja super tangguh di negeri ini. Mereka tidak pernah mengeluh. Salah seorang dari mereka saya temui beberapa hari lalu selesai ngarit dan memenuhi sepeda motornya dengan rumput yang dibabat dari kebun saya yang kecil dan jarang saya urus.
"Sampe di rumah mendekati Isya, Pak. Terus kasih makan sapi. Mandi, makan, terus ngeliat sapi. Rasanya ayem, Pak." Saya tidak terpesona pada kata "ayem" itu. Ini hidup yang sangat keras, Tuan!
Jadi, bagaimana dengan big boss politisi kita yang nyuruh rakyatnya nanem cabe lima pot sehingga ga perlu beli cabe lagi?
Pertama, ini ide keblinger. Menurut saya, biarlah harga cabai tinggi. Ratusan ribu atau bahkan jutaan petani akan menikmati sedikit keuntungan.
Untuk Anda yang tidak mampu beli cabe, Anda cari alternatif lain. Anda tidak akan mati kalau tidak makan cabe sebulan. Dan, saya kira seperti sebagian besar orang, Anda akan toleran karena tahu bahwa toh sebentar lagi harga akan turun juga.
Kedua, tugas Anda, Tuan Presiden, adalah memikirkan dan membuat kebijakan bagaimana membuat kantong rakyat-rakyat Anda berisi uang untuk bisa beli cabai. Juga bagaimana membuat petani cabai bisa cukup makan, cukup sandang, cukup papan.
Mereka orang-orang pekerja keras yang tidak pernah minta apa-apa dari negara, tapi selalu memberi. Sekarang apa? Anda kirim tentara ke desa-desa untuk mengawasi pertanian bukan?
Anda bikin tentara tanam ini dan itu supaya swasembada pangan? Tidak akan berhasil, Tuan.
Biarkan tentara di barak-barak mereka untuk mengurusi pertahanan negeri ini. Tugas Anda menjamin kesejahteraan mereka dan mencegah mereka untuk tidak menjadi tukang pukul dan membisniskan kekerasan yang menjadi ketrampilan mereka.
Biarkan petani mengurusi pangan negeri ini. Tugas Anda adalah menjamin semua prasarana pertanian berfungsi dengan baik.
Karena, Tuan, pemerintah itu adalah masalah dan bukan solusi bagi para petani. Dan, mungkin juga bagi sebagian besar rakyat negeri ini.(*)