10 Tahun Hilang, Jejak Atlet Taekwondo Asal Bandung Masih Misteri, Orang Tua Harapkan Keajaiban di Bulan Ramadhan ini

[PORTAL-ISLAM.ID]  Orang tua mana yang tak sedih saat anaknya hilang tak ada kabar selama 10 tahun. Itulah yang dirasakan Pak Hindarto (59) dan Ibu Khodijah Dede Indriany (50), orang tua Fidya Kamalinda atlet Taekwondo asal Bandung yang hilang sejak 2015 silam.

Di bulan Ramadhan ini, Pak Hindarto dan Bu Khodijah berharap anaknya dapat ditemukan setelah penantian panjang selama 10 tahun terakhir. 

Dalam keterangannya, Pak Hindarto yang merupakan warga Cipamokolan, Kota Bandung ini menceritakan kepiluan yang ia pendam selama sepuluh tahun ini. 

Fidya, yang kala itu masih berusia 19 tahun, merupakan atlet Taekwondo potensial asal Jawa Barat. Di tingkat Nasional, Indonesia Open, Fidya meraih medali emas. Dan di Pekan Olahraga Nasional (PON) Fidya pun menyumbangkan medali untuk Jawa Barat.

Putri mereka, Fidya Kamalinda, lahir pada April 1995 dan baru saja lulus SMA ketika kejadian itu terjadi. Saat menghilang, Fidya berusia 19 tahun, dan kini diperkirakan telah menginjak usia 29 tahun.

Peristiwa itu bermula pada 26 November 2015. Pagi itu, Fidya meminta izin kepada orang tuanya untuk pergi ke warnet mencetak beberapa dokumen karena printer di rumah sedang rusak.

"Kami izinkan dia pergi sekitar pukul 9 pagi. Tapi sampai pukul 1 siang, dia belum juga pulang. Saat kami coba hubungi, ponselnya tidak aktif. Ketika saya mendatangi warnet, anak saya sudah tidak ada," ungkap Hindarto saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (12/3/2025).

*Informasi yang diterima warga, Fidya sempat ditepuk pundak oleh seseorang. Dan, entah mengapa Fidya seolah tunduk dan masuk ke mobil orang tersebut.

Awalnya, Hindarto tidak merasa curiga dan berharap Fidya akan segera kembali, paling lambat malam hari.

Lapor Polisi Hanya Diminta Sabar

Namun, hingga larut malam, Fidya tak kunjung pulang dan ponselnya tetap tidak dapat dihubungi. Keesokan harinya, dengan penuh kekhawatiran, Hindarto akhirnya memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.

"Akhirnya lapor kehilangan, ke polsek. Tapi enggak diterima, katanya karena anaknya ini udah dewasa. Langsung ke Polrestsbes, enggak diterima juga cuma dikasih saran 'sabar aja, pak, nanti juga pulang' karena dewasa," demikian kata Hindarto mengingat kembali percakapannya pada saat itu.

Di tengah keputusasaan, pada 3 Desember 2015, Hindarto dan istrinya menemukan sejumlah nomor telepon di catatan Fidya. Salah satu nomornya kemudian nyambung dan diangkat oleh seorang laki-laki yang dia ketahui berisial Y.

Lapor Polisi Lagi, tapi...

Tanpa pikir panjang, Hindarto langsung menyuruh pria itu datang ke rumah. Si pria itu pun akhirnya datang karena sebelumnya sudah Hindarto ancam akan dipolisikan.

"Tapi waktu itu datang enggak sama Fidya. Dia malah kayak pura-pura enggak tahu, jangan asal tuduh katanya. Saya bilang aja saya bukan nuduh, tapi udah lapor polisi. Dari situ dia kayanya takut," ungkap Hindarto.

"Terus dia akhirnya ngaku. Fidya katanya lagi di asrama putri gitu di Cicaheum. Akhir bulan baru bisa pulang. Saya nolak, pokoknya harus pulang sekarang. Sambil saya desak, orangnya akhirnya janji mau anterin anak saya nanti malam pulangnya," tambahnya.

Namun ternyata, pria ini ingkar janji. Fidyah tak kunjung kembali ke rumah yang membuat Hindarto dan istri makin frustasi untuk mencari keberadaan sang anak.

Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR)

Di tengah situasi keputusasaan, pada Januari 2016, Hindarto melihat berita yang menayangkan kasus penculikan yang dimotori Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Tanpa pikir panjang, ia kemudian memutuskan untuk melaporkan kasus anaknya ke Polda Jabar, lantaran khawatir kasus serupa menimpa buah hatinya.

Ternyata setelah tiba di Polda Jabar, Hindarto tak seorang diri. Beberapa orang banyak yang berdatangan karena pada saat itu mereka melaporkan sanak keluarganya yang hilang dan khawatir terpengaruh gerakan ini.

Namun setelah laporan diterima, lagi-lagi Hindarto selama sebulan menunggu tanpa ada kabar. Karena kesal, Hindarto lalu bicara secara lantang di hadapan petugas dengan menawarkan sendiri untuk menangkap si pelaku karena sudah tahu dimana keberadaan orang tersebut.

"Saya bilang, kalau Polda sibuk, saya bawa pelakunya ke sini gimana. Dijawab sama si polisinya, wah ini mah udh urusan polisi katanya. Wong saya udah tahu si pelaku ini dimana," tuturnya.

"Nah, mungkin karena tahu kita lapor polisi, pelakunya menghilang. Tadinya kan kita dapat info waktu itu ada di Rancaekek. Tapi ternyata dia udah hilang pas kita mau ke sana lagi," ucapnya menambahkan.

Pelaku Minta Tebusan Rp 50 Juta

Kabar tentang sang anak baru datang kembali pada Februari 2016. Saat itu, si pria yang merupakan terduga pelaku ini menghubungi Hindarto sembari meminta tebusan uang Rp 50 juta.

Hindarto langsung mengiyakan. Sembari menyusun rencana, ia pun mengajak si terduga pelaku penculikan anaknya ini ketemuan di tempat yang sudah disepakati keduanya.

Hindarto lalu datang bersama guru-guru taekwondo sang anak. Si pria yang merupakan terduga pelaku pun tak berkutik, dan akhirnya mengakui perbuatannya lalu diserahkan ke polisi untuk diperiksa lebih lanjut.

Pelaku pun diserahkan ke Polda Jabar saat itu. Tapi kemudian, datang empat kawannya sembari membawa buku nikah. Di buku itu lah tercatat pernikahan Fidya, anak Hindarto dengan si pria yang menjadi terduga penculikannya.

Namanya Dicatut di Buku Nikah Palsu

Hindarto jelas kaget bukan kepalang. Sebab selama ini, ia begitu kehilangan dan berharap sang anak bisa segera kembali pulang. Setelah ia telusuri, pernikahan itu dicatat di KUA wilayah Rawalumbu, Kota Bekasi.

"Karena polisinya nganggap ini pelakunya udah nikah ama anak saya, akhirnya dibebaskan. Bahkan terakhir, kasusnya itu udah di SP3 sama Polda Jabar," ucap Hindarto.

Di Polda Jabar tak menemukan kejelasan, Hindarto lalu beralih ke Polda Metro Jaya. Ia kali ini melaporkan pemalsuan dokumen yang mencatut namanya dan tanda tangannya di buku nikah itu.

Sejak 2016, Hindarto sudah melakukan berbagai cara untuk mencari keadilan yang ia perjuangkan. Tapi yang menyedihkan, pada 2022, ia diberi informasi jika laporannya itu dihentikan.

Akhirnya Buat Video biar viral dan minta tolong Presiden dan Gubernur Jabar

Hindarto sendiri sebetulnya bukan tanpa usaha untuk mencari anak perempuannya. Tapi hingga 10 tahun lamanya, ia selalu menemukan jalan terjal yang sulit untuk ia hadapi seorang diri.

Sampai kemudian, Hindarto diperkenalkan dengan seseorang yang mengerti di bidang hukum dan mau membantu kasus yang dialaminya. Dari situ lah, Hindarto dan sang istri memberanikan diri untuk membuat video tentang kasus anaknya selama ini.

"Jadi semua upaya udah saya lakukan, tapi enggak pernah ada hasil. Karena lewat proses hukum yang prosedural enggak nemu jalan, akhirnya memutuskan buat ngeviralin di media sosial," katanya.

"Bukan bermaksud apa-apa. Tapi harapan kami sebagai orang tua, anak kami ini bisa kembali lagi apapun kondisinya. Kami sudah sangat rindu, dan mudah-mudahan kasus ini bisa dibantu jalan keluarnya," ucap Hindarto.

Dalam video yang dibuat Hindarto meminta bantuan kepada Presiden hingga Gubenur Jabar.

"Saya mohon kepada Bapak Presiden, Bapak Menteri olahraga, Ini Menteri Pembersayaan Anak, Guburnur Jawa Barat, Bapak Dedi Mulyadi, Walikota Bandung Bapak Farhan, Pak, ibu anak kami atlet Taekwondo yang sedikitnya sudah berkontribusi di tingkat nasional maupun Jawa Barat. Tolong," ucap Pak Hindarto.

[Video pernyataan orang tua korban]
Baca juga :