Fenomena Yutuber yang bicara segala hal di luar bidangnya, termasuk Agama dan Akidah, sudah dikabarkan dalam hadits Ruwaibidhoh.
Siapa Ruwaibidhoh?
سيأتي على الناس سنوات خدّاعات، يُصَدق فيها الكاذب، ويُكذَّب فيها الصادق، ويُؤتمن فيها الخائن، ويُخوَّن فيها الأمين، وينطق فيها الرويبضة. قيل وما الرويبضة يارسول الله؟ قال: الرجل التافه يتكلم في أمر العامة](رواه أحمد وابن ماجه)
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.”
(HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah)
Para Ulama telah menjelaskan tentang Ruwaibidhah ialah orang-orang hanya sedikit sekali memiliki ilmu (agama) namun seolah faham dengan semua masalah agama kata Nūruddīn as-Sindī (w 1138 H) dalam Hasyiahnya.
Ibnu Batthal (w 499 H) dalam Syarhnya atas hadits riwayat al-Bukhari berujar: “Telah Nampak di zaman ini banyak di antara tanda-tanda ini (bermunculan) dan tanda-tanda yang lainnya”. Apa yang dimaksud oleh beliau “tanda-tanda ini”?. Tanda-tanda ini yang dimaksud ialah munculnya orang-orang bodoh atau fasik (dalam riwayat Ahmad) yang melakoni tugas para ulama. Hal itu tampak kentara dalam sabda Rasululllah ﷺ dari Abdullah bin Amru.
Rasulullah ﷺ bersabda:
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR: Bukhari).
-Najih Ibn Abdil Hameed-