DILEMA
Oleh: Dody Kurniawan
Ketika seluruh waktu difokuskan untuk dakwah, maka keluarga pun jadi terbengkalai, amunisi menjadi serba kekurangan. Ditambah lagi harga kebutuhan pokok yang makin mahal seperti di zaman ini.
Dan ketika difokuskan untuk mencari nafkah, sehingga kebutuhan keluarga bisa terpenuhi dan bisa melihat anak tersenyum bahagia ketika diberi uang jajan, otomatis waktu dakwah berkurang bahkan hilang. Tak sedikit pula yang menuduh kita telah futur, cinta dunia dan seabrek tuduhan tuduhan lainnya.
Bila seorang da'i mampu melakukan keduanya itu sangat luar biasa, namun seringkali kedua hal itu tidak selalu bisa bertemu dengan mesra (dakwah dan bekerja mencari maisah/penghasilan) lebih lebih lagi bila mencari maisah nya dengan bekerja secara fisik. Dakwah akhirnya kembang kempis, penyampaian materi menjadi kering karena memaksakan fisik yang sudah penat. Tau sendirilah.. bila jasad sudah terasa penat, maka pikiran tidak akan bisa fokus, seluruh yang dihafalpun menjadi hilang.. jangankan jama'ah yang mendengar, sang da'i yang menyampaikan materi pun akan merasa bosan, karena tubuh yang seharusnya diistirahatkan, malah dipaksa untuk berbicara dan menyampaikan.
Bagi orang yang melihat bagaimana seorang da'i ketika menyampaikan suatu materi kajian kelihatan sangat mudah dan simpel, padahal sebenarnya sang da'i telah mempersiapkan diri dengan matang, mulai dari banyak membaca, menghafal bahkan mengulang ulang materi yang akan disampaikan. Itu semua tentu akan menyita perhatian dan waktu, belum lagi untuk memperkaya materi sang da'i harus memiliki referensi yang tidak sedikit, karenanya tidak sedikit para da'i yang terpaksa berhutang untuk membeli buku.
Adapun para da'i yang bekerja mencari maisah bukan secara pekerjaan fisik (seperti mengajar dll) maka itupun gajinya tidak seberapa, bahkan kebanyakan mereka bekerja dengan sukarela, paling tidak karena mereka ingin berprofesi sesuai dengan keseharian nya sebagai seorang da'i. Tidak jarang gaji bulanan mereka hanya cukup sebagai pengganti bensin motor tidak lebih.
Maka disinilah dibutuhkan pengertian dari para jamaah nya, jangan karena da'i itu identik dengan manusia ikhlas, lantas membiarkan para da'i setelah mengisi pengajian pulang ke rumah hanya dengan modal salaman dan ucapan terima kasih.
Padahal di rumah anak anaknya sudah menunggu, berharap ayahnya pulang dengan membawa makanan. Sang istri pun tak kalah menaruh harapan besar, berharap sang suami pulang membawa sesuatu yang bisa dimasak keesokan harinya.
Para da'i itu enggan meminta, karena mereka paham meminta itu adalah sebuah kehinaan. Bahkan mereka pandai menyembunyikan kefakiran dan menjaga penampilan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
لِلۡفُقَرَآءِ ٱلَّذِينَ أُحۡصِرُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا يَسۡتَطِيعُونَ ضَرۡبٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ يَحۡسَبُهُمُ ٱلۡجَاهِلُ أَغۡنِيَآءَ مِنَ ٱلتَّعَفُّفِ تَعۡرِفُهُم بِسِيمَٰهُمۡ لَا يَسۡـَٔلُونَ ٱلنَّاسَ إِلۡحَافٗاۗ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
"(Infaq itu) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang mencari nafkah karena jihad di jalan Allah, orang yang tidak tahu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah, Ayat 273)
Dalam tafsir ayat ini disebutkan:
"Berikanlah sedekah kalian bagi orang-orang fakir yang mengabdikan dirinya untuk berjihad di jalan Allah atau menuntut ilmu (dan mengajarkannya), sebab mereka tidak sempat mencari rezeki. Orang yang tidak mengenal mereka akan mengira bahwa mereka tidak butuh sedekah kalian, sebab mereka tidak meminta-minta kepada orang lain. Kalian dapat mengetahui bahwa mereka fakir dengan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi namun mereka enggan untuk meminta-minta; dan jika mereka meminta, mereka tidak akan memaksa. Dan harta yang kalian sedekahkan di jalan Allah, Allah Maha Mengetahuinya, dan Dia akan membalas sedekah kalian...
Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda: “Orang miskin bukanlah orang yang berkeliling meminta-minta belas kasih orang lain, yang diberi sesuap atau dua suap makanan, sebiji atau dua biji kurma.”
Para sahabat bertanya: “Lalu siapakah orang miskin itu ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: “dia adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, namun tidak ada yang mengetahui keadaannya sehingga seseorang dapat berinfak kepadanya, dan dia tidak pula meminta-minta. (HR. Muslim)". [Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an ]
Jangan sampai para da'i itu pensiun dini dari dakwah karena masalah maisah, adanya mereka saja manusia ini masih rusak, bagaimana lagi bila mereka tidak ada?!
(*)