Mengapa HAMAS bekerja sama dengan Iran?
Oleh: Ibnu Yasin
Pada Perang Teluk awal 90an, Saudi bekerja sama habis-habisan dengan negara setan penjagal kaum muslimin yaitu USA untuk menyerang Irak dan membantai kaum muslimin di Irak, pangkalan militer USA pun di Saudi, bahkan ketika datang hari Natal pasukan USA merayakan natal lengkap dengan pohon-pohon natalnya di gurun pangkalan militer USA.
Kita fokus kepada kerjasama erat itu, iya bahkan hal itulah yang menyebabkan polemik besar saat itu dimana banyak ulama yang kontra keputusan gila tersebut diantaranya yang terkenal ialah Asy-Syaikh Al-Albani.
Kemesraan Saudi dan negara setan penjagal kaum muslimin berlangsung hingga saat ini, siapapun pemilik paspor USA maka ia akan mendapatkan karpet merah di Saudi, bahkan anda yang WNI dan anda pernah mendapatkan visa ke USA, selama 5 tahun sejak keluarnya visa itu maka anda bebas melenggang berkunjung ke Saudi tanpa perlu mengajukan visa ke kedubes Saudi di Kuningan Jakarta atau melalui berbagai provider visa pengajuan visa itu berbiayai 2 jutaan rupiah.
Kita beralih ke soal mengapa Hamas menjalin kerja sama dengan Iran dan menerima bantuan Iran.
Sebelum kita membahas ini, silahkan anda berpikir mengapa tidak Saudi saja yang menjadi sekutu utama Hamas dalam memerangi Zionis Israel?
Coba anda pikirkan, apakah reaksi "sekutu" Saudi yaitu USA jika Saudi memposisikan dirinya sebagai negara yang terang-terangan menjadi penyokong Hamas, sementara kita ketahui bahwa negara Israel itu bisa berdiri, bertahan, kuat, karena sokongan, perlindungan, pembelaan USA meskipun dunia mengecam Israel dan telah divonis bersalah oleh Mahkamah Internasional melakukan genosida sekalipun? Coba jawablah, kira-kira apakah Saudi berani menjadi penyokong utama Hamas? Baiklah cukup jawabanmu tersimpan utuh di benakmu.
Hamas adalah sunni bukan syi'ah, para ulamanya jelas mengeluarkan karya-karya risalah aqidah ahlis sunnah dan pembahasan jihad dengan perspektif madzhab fiqih ahlus sunnah. Jika hal ini anda belum ketahui maka jangan salahkan siapapun kecuali diri anda sendiri. Hamas juga memiliki politisi yang melobi dunia internasional untuk meminta bantuan termasuk Iran, kemudian dalam Hamas ada kumpulan para pejuang yang bertempur melawan musuh.
Para politisi Hamas disalahkan oleh para sekte "madakhilah murjiah" yang berbaju salafi karena Hamas menjalin kerjasama dengan Iran, sementara Presiden Jokowi 2 x berkunjung ke Iran, pemimpin Iran juga berkunjung ke Jakarta, menjalin hubungan yang kuat dengan Iran sehingga Syiah bisa bebas tersebar karena adanya hubungan yang kuat tersebut.
Mengapa para "madakhilah murjiah" ini tidak mengecam Jokowi? Sebagaimana dengan konyolnya mereka diam berlagak pilon bloon merespon kerjasama brutal USA-Saudi yang membantai kaum muslimin di Irak walaupun dengan dalih sasarannya sebenarnya Sadam Husain, namun ribuan nyawa kaum muslimin di Irak yang menjadi korban.
Para dai-dai atase pemerintah Saudi di Indonesia yang gaji bulanannya setara dengan gaji buruh setahun tentu akan dengan sigap menjelaskan (baca : pembelaan) mengenai hal ini. Cuiiiih...wahai dai-dai atase, lebih baik kalian sibuk membantu dai-dai atase yang berdakwah di pelosok semisal di Mentawai daripada sibuk menjadi pengacara kebijakan pemerintah Saudi yang kontra perjuangan Hamas.
Maka jika anda bertanya, mengapa Hamas mau menerima bantuan Iran, ya karena Saudi dan negara teluk yang lain tidak membantu atau takut kepada USA.
Sikap para politisi Hamas pragmatis, mereka membutuhkan bantuan militer dan di situ Saudi tidak mau, namun Iran hadir membantu. Hamas menyambut uluran tangan Iran dikarenakan semua negara teluk tiarap dan ini adalah realita.
Benar Saudi sendiri memberikan bantuan finansial kepada Palestina dengan sangat besar, namun tekanan USA juga besar jika mereka berani menjadi sekutu Hamas dalam melawan Israel. Jangan kau tanya pengkhianat UEA yang malah menormalisasi hubungan dengan Israel atas peran besar USA.
Kita memang merindukan sosok Raja Faishal rahimahullah yang menjadi sosok terdepan dan panutan dalam perlawanannya kepada Israel dan USA dalam perang Arab vs Israel ketika itu.
Kita tidak butuh putra mahkota MBS yang kebijakannya malah mem-Barat-kan Saudi dengan mengimpor artis-artis kafir dengan berbagai konsernya di Saudi, bahkan ketika tengah berkecamuk genosida di Gaza.
Terakhir kita heran dengan anomali para "madakhilah murjiah" berbaju salafi ini, mengapa mereka begitu reaksioner menyikapi bantuan militer Iran ke Hamas namun mereka diam dengan kerjasama brutal USA-Saudi dalam membunuhi kaum muslimin di Irak dengan dalih sasarannya Sadam Husain yang memginvasi Kuwait. Bahkan mereka diam dengan kerjasama Saudi-Iran yang kian hari kian mesra.
(*)