Bukan Golkar, tapi Prabowo...!
"Kuda tuli akan bisa terjadi kepada partai lain," belum sebulan ucapan Ganjar Pranowo itu, Golkar sudah merasakan bagaimana pedihnya diinjak oleh kuda tuli.
Yang mencengangkan, semua DIAM, semua seolah terlihat biasa saja, tak terjadi apa-apa. Prosesnya terlihat begitu mulus, walau luka dipunggung begitu menganga, tapi wajah berekspresi bahagia.
Nestapa dari kerut wajah Airlangga jelas menggambarkan apa yang sedang terjadi. Juga Babah Alun (Jusuf Hamka) yang tak kuasa melihat pembegalan partai oleh kekuatan besar yang tak dapat dihindari.
Celetukan Airlangga di IKN "Kursi Kapolri saja diambil," kepada Bahlil jelas bukan asbun. Kata2 itu memiliki roh dari hati terdalam yang dikemas dalam suasana santai namun hatinya bergetar. Kader Golkar yang melihat, jelas teriris hatinya, bahkan sampai air mata menjadi darah yang menetes.
Jokowi lebih lihai bermain drama. Dia sutradaranya, dia juga pemeran utamanya. Terlihat sebagai pahlawan, juga terlihat sebagai bandit. Dibalik senyumnya, ada telunjuk yang lebih menyala dibanding telunjuk seorang Raja dan Algojo. Kalo ga manut, ya siap-siap dieksekusi. Kalopun manut, harus rela dipreteli.
Partai adalah kendaraan, tapi tidak semua partai adalah supercar. Butuh supercar untuk melewati tantangan anak kandung (Wapres terpilih) Gibran Rakabuming Raka agar tak disepelekan oleh orang lain, terutama Prabowo.
Mendirikan partai terlalu lama dan menghabiskan materi, maka cara terbaik adalah KUDETA partai lewat sandera transaksional. Kalo mau selamat, ya serahkan kursi itu kepada kakanda.
Cerita pasca 20 Oktober mesti dirangkai dari sekarang agar nasib Anak dan mantu berjalan mulus. Skenario harus apik, aktornya harus manut dan jangan sampai salah pilih. Kaesang dan Bobby harus dibangun jalannya sebelum LENGSER agar tidak salah arah.
Rasa khawatir soal masa depan anak mantu tak bisa dititipkan lagi ke Ibunda Megawati, perempuan yang membesarkan namanya sejak dipungut dari antah berantah. Rasa khawatir ini menjadi sebuah rasa PANIK karena harus dirangkul sendirian karena sandera kepada partai-partai lain tak lama akan jadi bumerang lagi. Tak akan ada yang nyaman didikte terus menerus.
Prabowo jelas tidak tinggal diam. Dia adalah ahli strategi, jangan sampai tertikam sebelum menikam, jangan sampai mati sia-sia, jangan sampai Gerindra juga di PSI atau Golkarkan.
Mundurnya Airlangga Hartarto sebenarnya bukan perang Golkar vs Jokowi, tetapi awal perang Gerindra vs Jokowi.
Gerindra adalah anak ideologis partai Golkar. Orang2 di Gerindra adalah orang2 yg dulu ada di Golkar, juga Golkar dengan warisan Soeharto yang merupakan mertua ketum Gerindra, Prabowo Subianto.
Ikatan psikologis Prabowo dan bu Mega juga tak dapat diabaikan begitu saja. Bu Mega berjasa besar memulangkan Prabowo dari Yordania dan bebas dari segala tuntutan hukum serta menggandeng Prabowo di Pilpres 2009 meski kalah.
Jokowi? KTA ormaspun ga punya, apalagi partai. Dia harus menerobos Golkar demi bisa mengimbangi kekuatan Prabowo pasca 20 Oktober nanti. 102 kursi di Parlemen bukan angka yang kaleng2, belum lagi tambahan dari partai lain yang ketumnya disandera juga.
Apalagi, wacana pertemuan bu Mega dan Prabowo makin mencuat. Rasa khawatir itu makin membumbung tinggi karena jika sampai PDIP bergabung, maka keduanya bisa saja sepakat menendang Jokowi dari hiruk pikuk kekuasaan.
Bisa jadi, Gibran benar2 jadi BAN SERAP yang tak pernah dipakai. Keistimewaan atas hak DKJ dan kawasan Anglomerasi sangat gampang diganti pemegangnya.
Pensiun dengan tenang tak lagi bisa dinikmati di Solo. Bermain dengan cucu hanya sekadar konten di media sosial saja. Pikiran dan hatinya hari-hari penuh dengan kewaspadaan. Satu tentang anak dan mantu, kedua tentang Prabowo.
Golkar hanyalah tali kecil dengan gerbong besar tapi kadernya oportunis. Urusan dengan Golkar sudah selesai, terlalu GAMPANG. Perang sesungguhnya ada pada Jokowi vs Prabowo
Seduh kopimu, siapkan kacang rebus. Drama ini makin seru kawan.
(By Jhon Sitorus)
Bukan Golkar, tapi Prabowo...!
— Jhon Sitorus (@JhonSitorus_18) August 13, 2024
"Kuda tuli akan bisa terjadi kepada partai lain," belum sebulan ucapan Ganjar Pranowo itu, Golkar sudah merasakan bagaimana pedihnya diinjak oleh kuda tuli
Yang mencengangkan, semua DIAM, semua seolah terlihat biasa saja, tak terjadi apa-apa.… pic.twitter.com/9ShjRX8BOu