[PORTAL-ISLAM.ID] Ekonom senior Faisal Basri konsisten menyebut Kereta Cepat Whoosh adalah proyek rugi.
Ekonom UI yang juga salah satu pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) ini, membeberkan potensi besar PT KAI gulung tikar dalam 5 tahun gara-gara Kereta Cepat.
Karena, KAI adalah pemegang saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Kereta Whoosh, lewat PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Di PSBI, andil KAI sebesar 25 persen.
Menurut Faisal, penghasilan dari operasional Kereta Whoosh tidak mencukupi untuk membayar utang pembangunannya. Alhasil, PT PSBI yang merupakan konsorsium 4 BUMN yakni KAI, Wijaya Karya (WIKA), PTPN VIII dan Jasa Marga, yang harus menanggung utang itu.
WIKA baru saja menanggung tekor hingga Rp12 triliun. Semua gara-gara itu tadi, proyek Kereta Whoosh yang menjadi kebanggaan Presiden Jokowi.
"WIKA saja sudah teriak, KAI enggak bakalan sanggup. Maksimal lima tahun dia (KAI) nyerah. Nah, kalau lima tahun begini terus. Kalau enggak bisa diselesaikan, KAI yang bangkrut. Makanya harus diambil alih sama negara secara keseluruhan," tutur Faisal, Jakarta, dikutip Rabu (17/7/2024).
Ujung-ujungnya, lanjut Faisal, Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kena pulutnya. Karena harus menyediakan dana jumbo untuk suntik BUMN yang merugi karena Kereta Whoosh, lewat program Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Jadi, nanti setiap tahun ada uang (dari) APBN untuk suntik kerugian dari kereta cepat. Itu hitung-hitungan saya jelas. Asumsinya kasar, occupancy rate (penjualan tiket) 100 persen, gitu-gitu. Itu pun sudah ratusan (tahun) enggak (akan) balik modal. Karena ngaco proyeknya," imbuhnya.
Faisal mengkhawatirkan, penderitaan BUMN karena penugasan yang serampangan seperti halnya Kereta Whoosh dan proyek jalan tol, semakin meluas.
"Sejak awal saya kritisi proyek-proyek ambisius Presiden Jokowi," tandasnya, seperti dilansir inilah.com.