Bandar narkoba nyaleg, bagaimana nggak banyak suaranya? Terbanyak dan nomor satu di antara caleg-caleg, bahkan partai besar sekalipun. Begitulah setidaknya keterangan dari pihak kepolisian saat mengumumkan penangkapan Sofyan, Caleg Terpilih dari PKS, untuk DPRD Aceh Tamiang.
Dijelaskan Polisi, Sofyan, sudah DPO sejak bulan Maret lalu. Merupakan pengembangan dari penangkapan 3 orang sebelumnya, di Malaysia. Polisi terus memantau pergerakan Syofyan dan ternyata dia berada di Aceh dan merupakan Caleg Terpilih dari PKS.
Penyidik akan mengenakan pasal TPPU (Pencucian Uang) kepada Sofyan. Sebab, ia bukan sekadar pengedar biasa, melainkan bandar.
Seorang bandar yang menyelinap masuk politik di wilayah ujung Sumatera sana, lewat partai PKS, yang terkenal bersih pula, sungguh sebuah tempat persembunyian yang tak terduga.
70 kilo, entah berapa duitnya itu? Darurat narkoba sekaligus darurat dunia politik, karena dimasuki secara mudah oleh bandar narkoba. Agaknya, memang bandar narkoba seperti itulah yang paling mudah terpilih dan cocok untuk sistem politik kita yang sangat mahal.
Sistem kepartaian sekelas PKS yang terkenal ketat dan rapi saja, bisa jebol oleh seorang bandar narkoba, bagaimana pula dengan partai-partai lain yang sistem kepartaiannya lebih longgar dan seadanya. Untung, Sofyan belum sempat dilantik dan ini kabarnya baru pertama kali ia terjun ke dalam dunia politik.
Hukuman mati atau penjara seumur hidup lebih layak diterima Sofyan dibanding anak-anak remaja dari keluarga kurang mampu dan kurang berpendidikan di Cirebon sana yang masih simpang-siur dan kabur di sana-sininya.
Bukan apa-apa. Tapi yakinlah, hidup orang seperti Sofyan itu tak akan semenderita mereka, karena memiliki banyak amunisi untuk mempertahankan hidupnya, bahkan di dalam penjara sekalipun. Begitulah kabar yang sering kita dengar dan terbayang di pelupuk mata.
(Erizal)