NABI TIDAK MENDIRIKAN KHILAFAH

NABI TIDAK MENDIRIKAN KHILAFAH

Oleh: Doni Riw

Ada seorang ustadz yang menulis bahwa Rasul Salallahu Alaihi Wasalam tidak mendirikan Khilafah.

Ketika mengirim surat kepada Kaisar Romawi, Kaisar Persia, dan para Raja, juga tidak menggunakan nama Khilafah.

Apakah benar demikian? Tentu saja benar. Karena Khilafah itu berasal dari akar kata Khalafa/Yakhlufu yang berarti "Mengganti". Bagaimana penjelasannya? Mari simak terus, tulisan ini tidak panjang kok.

Bentuk Fa'il (subjek) atas kata Khalafa (mengganti) adalah Khalifah yang berarti "Pengganti". Kata ini muncul di dalam QS Al Baqarah ayat 30, bahwa Allah akan menciptakan Khalifah di muka bumi.

Rasul SAW sebagai kepala negara tentu saja tidak disebut Khalifah (Pengganti), karena beliaulah yang mendirikan Daulah Islam tersebut tahun 622M.

Baru setelah Rasul SAW wafat, Abu Bakar menggantikan posisi beliau sebagai kepala negara. Maka Abu Bakar disebut sebagai Khalifah. Lengkapnya adalah Khalifatur Rasul, yang berarti pengganti Rasul. Bukan pengganti sebagai Nabi, tetapi sebagai kepala negara.

Posisi Abu Bakar sebagai pemimpin negara disebut Khalifah. Maka negaranya disebut Khilafah, ideologinya Islam, kedaulatan hukumnya Syariah.

Jadi jelas ya, bahwa Rasul SAW memang bukan Khalifah (Pengganti), karena posisi beliaulah yang digantikan oleh para Khalifah penerusnya.

Sedangkan Para Sahabat, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, dan seterusnya sampai kita, berkewajiban melanjutkan perjuangan nabi, melanjutkan mendaulatkan Syari'at, melanjutkan kepemimpinan beliau SAW.

Kalau orang kafir menolak melanjutkan Daulah dan kepemimpinan Beliau SAW itu ya wajar saja.

Tapi kalau ada muslimin ngaku beriman kok nyinyiri Khilafah, nyinyiri Khulafaur Rasyidin, itu sebenernya imannya beneran atau di bibir saja?

(*)
Baca juga :