Provokator di Majlis Ulama

Provokator di Majlis Ulama

Oleh: Dr Muhammad Arifin Badri

Banyak terjadi pergolakan dalam sejarah ummat Islam, termasuk pada era Imam Malik. 

Imam Malik rahimahullah, besikap netral pada berbagai kasus perebutan kekuasaan yang terjadi pada masanya . 

Namun demikian, sikap netralnya itu tidak dapat diterima oleh kelomok kelompok yang berseteru memperebutkan kekuasaan, termasuk oleh penguasa yang menuduh beliau telah mendukung para pemberontak, karena rumusnya: kalau tidak bersama kami, maka anda adalah musuh kami.

Beliau salah satu ulama' besar yang hidup di dua dinasti; dinasti Umawiyah dan dinasti Abbasiyah.

Beliau adalah saksi hidup bagi sejarah besar ummat Islam, yaitu pergolakan antara dua dinasti, dan pergantian kekuasaan tersebut.

Patut diketahui, bahwa di akhir masa kekuasaannya, dinasti Umawiyah banyak sekali melakukan kelaliman, dan kesewenang wenangan.

Dan setelah Dinasti Abbasiyah berhasil merebut kekuasaan dari Dinasti Umawiyah, beliupun salah satu saksi hidup betapa para penguasa Dinasti Abbasiyah melakukan hal serupa, dengan yang dilakukan oleh Dinasti Umawiyah, semua itu demi menancapkan pilar pilar kekuasaannya.

Beliau saksi hidup betapa besar kerusakan yang terjadi akibat berbagai upaya pemberontakan kepada penguasa yang sah, tanpa terkecuali pemberontakan yang dilakukan oleh para perintis dinasti Abbasiyah. 

Ribuan nyawa ummat Islam melayang, akibat dari upaya mempertahankan kekuasan dan merebut kekuasan. 

Kalaupun para pemberontak berhasil menjungkalkan penguasa, maka kerusakannya sangatlah besar, apalagi bila gagal.  

Karena itu beliau melarang murid muridnya dari melakukan pemberontakan atau mendukung para pemberontak, walaupun para penguasa itu banyak berbuat kelaliman.

Beliau memilih sikap "diam dan diam" alias netral kepada kedua kelompok, kelompok penguasa yang berusaha mempertahankan kekuasaannya maupun kelompok pemberontak yang berusaha merebut kekuasaan.

Walau demikian, apakah beliau selamat dari percikan api pemberontakan dan upaya mempertahankan kekuasaan?

Kedua kelompok berusaha menyeret beliau ke dalam api kekacauan. Sampai sampai Dinasti Abbasiyah yang telah berhasil merebut kekuasaan dari Dinasti Umawiyah, tidak rela dengan sikap sang Imam Malik yang memiliki murid dan popularitas besar namun memilih sikap netral. 

Sikap ini tidak dapat mereka terima, sehingga Dinasti Abbasiyah selalu memasang mata dan telinga di sekitar Imam Malik, guna memastikan sikap Imam Malik yang sebenarnya.

Sebagian penulis menyimpulkan bahwa Dinasti Abbasiyah menyusupkan seseorang agar merekayasa pertanyaan guna menjebak Imam Malik.

Skenario pun dijalankan, penyusup itu hadir di majlis terbuka beliau, guna mengajukan satu pertanyaan perihal "sumpah orang yang dipaksa bersumpah", apakah sah atau tidak.

Patut diketahui, bahwa dinasti Abbasiyah bermaksud membelenggu masyarakat agar patuh kepada pemerintahan mereka dengan cara meminta setiap mereka untuk bersumpah setia kepada Abbasiyah, bila tidak setia maka seluruh istrinya terceraikan, seluruh budaknya menjadi merdeka dan seluruh hartanya tersedekahkan secara otomatis.

Sang Imam yang telah bertekad untuk menyampaikan kebenaran dengan segala resikonya, menjawab pertanyaan sesuai dengan yang beliau yakini bahwa sumpah orang yang dipaksa tidak sah.

Momentumnya memang sedang ada pemberontakan kepada Dinasti Abbasiyah. 

Namun kebenaran tetaplah kebenaran yang harus disampaikan, terlebih beliau ditanya, maka beliau berusaha berbaik sangka kepada penanya bahwa ia benar benar mencari kebenaran bukan provokator alias musang berbulu domba atau singa bermuka kucing persia yang imuuuut, walau faktanya si penanya adalah srigala berbulu domba.

Jawaban beliau, oleh para penjilat Khalifah Abbasiyah dianggap sangat merugikan khalifah dan mengancam stabilitas kekuasaan Dinasti Abbasiyah.

Faktanya Dinasti Abbasiyah dengan kekuatan pasukannya memaksa masyarakat untuk berbai'at, dan bersumpah setia. Bila mereka melanggar sumpah setianya itu, maka istri mereka terceraikan sebanyak tiga kali.

Jawaban sang Imam tersebut kemudian dibumbui oleh para penjilat Penguasa Dinasti Abbasiyah, bahwa beliau memprovokasi masyarakat untuk meyakini bahwa pembai'atan Khalifah Abbasiyah batal demi hukum, sehingga beliau layak untuk ditangkap dan dihukumi karena mendukung pemberontakan kepada Khalifah yang sah. 

Benar saja, beliau segera ditangkap dan  dicambuk, disiksa  secara terbuka guna membunuh karakter beliau, di hadapan masyarakat. 

Campukan yang bertubi tubi dan keras menyebabkan salah satu lengan beliau terlepas dari sendinya, sehingga lengan beliau lumpuh hingga akhir hayatnya.

Semoga Allah Ta'ala merahmati Imam Malik dan meninggikan derajatnya di surga.

Kawan, Imam Malik yang memilih untuk netral, bahkan melarang murid muridnya dari memberontak atau mendukung para pemberontak, faktanya Dinasti Abbasiyah tidak puas dengan hal itu.

Namun demikian, bukan berarti harus menjadi setan bisu, kebenaran tetaplah disampaikan sebagai kebenaran.

Hanya ada satu yang menjadikan Dinasti Abbasiyah puas, yaitu bila beliau turut membela kekuasaan mereka dan selalu sendiko dawuh atas segala titah titah mereka, walaupun menyimpang dari agama.

Kisah di atas, dapat anda simak di berbagai referensi biografi beliau, salah satunya di kitab Siyar A'alam An Nubala' oleh Imam Az Zahabi 8/79-81.

Kawan, yuk daftarkan diri anda https://stdiis.ac.id/

Semoga Allah melindungi kita semua dari kejamnya fitnah, dan kekacuan, dan meneguhkan keimanan kita hingga akhir hayat kelak, aamiin.

(Penulis adalah Pimpinan Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi’i Jember)

Baca juga :