BURQA

Oleh: Fathi Nasrullah

Selama bertahun-tahun burqa menjadi sasaran negatif pemberitaan dan propaganda media Barat.

Burqa dikaitkan dengan ekstrimisme, radikalisme, intoleransi, penindasan wanita bahkan terorisme. Jangankan non-Muslim, kita yang Muslim aja pasti agak gimana gitu sama burqa.

Afghanistan menjadi sarangnya tempat penindasan wanita gara-gara penjahit burqa.

Tapi itu dulu, waktu kecepatan internet di bawah 1 MBPS dan George Bush masih kuat berkoar-koar.

Sekarang kita bisa searching sendiri hakikat burqa, bahkan dari tempat jahitnya. Mereka cuma cari nafkah dari bikin burqa, bukan berniat mau nindas orang.

Coba lihat foto di atas, burqa yang dijual di sebuah toko di kota Herat, dan foto di bawah adalah mukenah yang dijual di toko online Indonesia.
Ternyata 11-12 antara burqa dan mukenah. Sama-sama penutup aurat wanita yang sangat longgar hingga ke bawah dan pakenya cuma tinggal dicantolin ke kepala.

Bedanya kalo burqa di bagian wajahnya ditutup dengan renda dan jaring-jaring longgar. Akhwat yang make bisa lihat keluar tapi dari luar ga akan bisa lihat wajah si akhwat.

Ringan, tipis, mudah dilepas pakai dan disimpan. Singkatnya, burqa adalah mukenah yang dikasih jaring di sisi depan.

Cara memakai burqa bahkan jauh lebih gampang daripada cadar atau niqab.

Makanya di kampus-kampus yang tetap diizinkan buka oleh pemerintah IIA, para mahasiswi memilih pake burqa saat di ruang terbuka, begitu masuk kelas burqa dilepas (murid dan pengajar semua wanita).

IIA gak mewajibkan burqa sama sekali, yang diwajibkan adalah menutup aurat sesuai syariat. Hukuman bagi wanita yang melanggar akan dibebankan ke wali laki-laki.

Atas kemudahan, kenyamanan dan harganya yang murah, burqa mendominasi diantara wanita Afghanistan saat keluar rumah.

Trus kenapa wanita Afghan memilih pake burqa? Lihat aja kecantikan mereka saat kecil, pasti bikin minder dokter-dokter oplas Korea.

Baca juga :