Dukung Gibran karena Kesal
Oleh: Erizal
Selain Gerindra, Partai Gelora termasuk yang terang-terangan mendukung Gibran sebagai Cawapresnya Prabowo. Kemarin, Anis Matta mentwit di akun Twitternya, perihal tiga alasan mengapa akhirnya Gelora mendukung Gibran.
Satu, melanjutkan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo. Kedua, alasan electoral. Gibran diprediksi bisa mengurangi dominasi Ganjar di Jawa Tengah. Ketiga, perpaduan generasi tua dan muda yang epik. Ini tak dimiliki paslon lain.
Sebetulnya, yang menarik bukan tiga alasan di atas. Tapi, satu alasan yang diutarakan Fahri Hamzah, Waketum Partai Gelora, soal sistem politik yang berlaku saat ini. Bayangkan, dalam Pemilu serentak (Pilpres-Pileg), masih berlaku Presidensial Threshold (PT). Sudah digugat, tapi MK bergeming.
Kesal betul Fahri terhadap MK, terhadap partai-partai besar yang masih mempertahankan syarat PT 20% di saat sistem Pemilu sudah diubah oleh MK menjadi Pemilu serentak, tapi masih pakai PT (pemilu serentak seharusnya tidak ada syarat PT). PT hasil Pemilu sebelumnya, pula. Mana bisa partai baru mengusung calonnya?
Rencana Partai Gelora untuk mengusung kader sendiri (Anis Matta - Fahri Hamzah) menjadi Capres-Cawapres hilang, sirna. Padahal, Fahri sudah berkoar-koar, setahun dia berkuasa bisa menghilangkan korupsi. Sebab, korupsi itu kejahatan otak, bukan otot. Fahri punya caranya menghilangkan korupsi.
Terlepas dari kontroversi putusan MK soal usia Capres-Cawapres, kenapa tak Gibran saja yang langsung diusung menjadi Cawapres Prabowo? Mungkin orang akan melihat dari sisi yang lain, seperti dinasti politik, penjilat, dll,. Tapi, ini juga bentuk kekesalan pada sistem, yang ke depan mesti diperbaiki, siapapun yang menjadi pemenangnya.
(*)