KISRUH UANG TEBUSAN OPM 5 MILIAR

KISRUH UANG TEBUSAN OPM

Upaya untuk mengakhiri penyanderaan pilot maskapai penerbangan Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens, semakin alot. Kelompok penyandera membatalkan rencana pembebasan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu karena tersinggung oleh pernyataan pejabat Polri tentang permintaan uang tebusan.

Philip ditangkap dan disandera oleh kelompok bersenjata yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pada 7 Februari 2023. 

Panglima TPNPB Kodap III Derakma Ndugama, Egianus Kogoya, mengancam akan menembak mati Philip jika tuntutan mereka tentang Papua merdeka tidak dipenuhi. 

Pada 3 Juli lalu, TPNPB-OPM mencabut ancaman tersebut. Mereka juga membuka diri untuk mengakhiri penyanderaan lewat meja perundingan. “Tapi muncul pernyataan tentang uang tebusan yang bikin milisi TPNPB tersinggung,” kata juru bicara Komando Nasional TPNPB-OPM, Sebby Sambom, kemarin.

Menurut Sebby, pernyataan itu dilontarkan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Ignatius Benny Adi Prabowo. Benny menyebutkan kelompok Egianus meminta uang tebusan sebesar Rp 5 milliar untuk kebebasan Philip. Padahal TPNPB-OPM tidak pernah mengajukan permintaan itu.

Melalui rekaman video yang diterima Tempo, Egianus Kogoya menegaskan, penyanderaan terhadap Philip bukan dilandasi kebutuhan uang. “Saya tangkap pilot hanya untuk Papua merdeka,” katanya. Ia menyebut pernyataan Benny omong kosong semata untuk menjelekkan TPNPB-OPM. “Kami tidak minta uang. Kami hanya ingin merdeka.”

Ignatius Benny mengatakan ada kesalahpahaman tentang pernyataannya mengenai uang tebusan. “Kami tegaskan bahwa Polri tidak pernah menyebutkan Egianus meminta tebusan Rp 5 miliar,” kata dia.

Polda Papua saat itu memang menawarkan pemenuhan bahan makanan, pakaian, dan obat-obatan kepada kelompok Egianus. Seandainya mereka meminta uang tebusan pun, Polri akan menyiapkan. “Nah, untuk tebusan ini, kami bisa penuhi. Tapi, untuk negosiasi menawarkan pengakuan kemerdekaan, itu tidak bisa,” kata Benny menjelaskan maksud pernyataan sebelumnya.

Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri, memberi penegasan serupa. Menurut dia, kelompok Egianus Kogoya tidak pernah meminta uang tebusan. "Saya sudah bilang ke rekan-rekan wartawan agar tidak dipelesetkan karena Egianus dan teman-temannya tidak pernah meminta tebusan," kata Fakhiri di Jayapura.

Mathius menjelaskan, berbagai upaya dilakukan untuk membebaskan pilot Susi Air. Dua hari setelah Philip disandera, polisi menggelar pertemuan dengan penjabat Bupati Nduga, Namia Gwijangge. 

Dalam pertemuan itu, penjabat Bupati mengatakan siap menyediakan uang Rp 5 miliar jika itu memang dibutuhkan untuk membebaskan sandera. "Kami mencari solusi agar sandera dapat dibebaskan,” katanya.

Ketua Dewan Diplomatik dan Urusan Luar Negeri Papua Barat, Akouboo Amatus Douw, yang mewakili OPM, mengatakan ketersinggungan Egianus tidak hanya terpantik oleh pernyataan Polda Papua mengenai uang tebusan. Kedatangan Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu ke Papua turut memberi andil. 

“Jokowi bilang akan terus usahakan negosiasi, tapi dia tidak temui kami saat ke Papua,” kata Akouboo. “Itu yang buat Egianus marah.”

Akouboo mengatakan pihaknya masih berupaya meredam kemarahan Egianus. Langkah ini penting agar pemimpin TPNPB itu tidak mengeksekusi Philip. 

“Kami sudah bersurat kepada Egianus dan pasukannya untuk bersabar menunggu negosiasi,” katanya. “Kita adalah bangsa yang menjunjung HAM, jadi tidak boleh bunuh orang yang tidak bersalah.”

Staf Khusus Presiden Bidang Pendidikan dan Inovasi, Billy Mambrasar, mengatakan Presiden Jokowi berkunjung ke Papua pada 5-7 Juli lalu. Kunjungan ini adalah yang ke-17 kali selama Jokowi menjadi presiden. “Ini wujud perhatian beliau kepada Papua,” katanya.

Dalam kunjungan itu, Presiden mengikuti sejumlah kegiatan. Kegiatan itu antara lain peresmian infrastruktur bandara di Kabupaten Asmat, panen raya jagung di Kabupaten Keerom, inspeksi mendadak kondisi pasar di Kabupaten Jayapura, dan membuka karnaval anak muda Papua.

[Koran Tempo, Selasa, 11 Juli 2023]
Baca juga :