Cerita di Balik Dukungan PKS pada Anies, Lobi-lobi di Istanbul dan Tawaran Kursi Kabinet Jokowi

Cerita di Balik Dukungan PKS pada Anies

MEMBUKA rapat Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera di kantor pusat partai di Jakarta Selatan pada Kamis, 23 Februari lalu, Dr. Salim Segaf al-Jufri langsung masuk ke topik utama. 

Ketua Majelis Syura PKS itu mengatakan ia telah membuat keputusan partainya bakal mendukung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden dalam Pemilihan Umum 2024. 

Rapat Majelis Syura PKS ke-8 itu berlangsung lebih dari empat jam. Menurut Mardani Ali Sera, anggota Majelis Syura, rapat juga membahas strategi partainya memenangi pemilihan legislatif. 

Dalam rapat itu, kata Mardani, Salim meminta Wakil Majelis Syura PKS Mohamad Sohibul Iman menceritakan perkembangan Koalisi Perubahan bersama Partai NasDem dan Partai Demokrat, yang lebih dulu mendeklarasikan mengusung Anies Baswedan.

Sohibul adalah koordinator tim kecil koalisi dari PKS yang bernegosiasi dengan dua partai itu. Dua politikus PKS bercerita, dalam pertemuan itu Sohibul mengatakan ia sudah menyampaikan kepada wakil dua partai tersebut bahwa PKS telah membuat keputusan mendukung Anies dalam pertemuan di Istanbul, Turki, pada Senin, 30 Januari lalu. 

Lobi di Istanbul

Saat itu Sohibul bersama Sudirman Said dan seorang wakil Partai Demokrat berada di Turki untuk bertemu dengan Salim dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Tiga hari sebelumnya, dalam rapat di rumah Anies Baswedan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, anggota tim kecil dua partai mendesak PKS segera mendeklarasikan dukungan untuk Anies. Sohibul lalu mengatakan sikap PKS ada di tangan Salim Segaf. 

Saat itu Salim sedang melancong ke Turki. Rapat di rumah Anies pun sepakat perlu ada wakil tim koalisi menemui Salim untuk kepastian dukungan PKS. Sebab, dukungan ini penting untuk memastikan Anies mendapat tiket 20 persen suara partai agar bisa lolos menjadi calon presiden 2024. 

Para delegasi tiga partai itu bertemu dengan Salim di Grand Star Hotel Bosphorus Istanbul. Kepada Tempo, Sudirman Said mengatakan utusan yang pergi ke Turki bertugas memberikan perkembangan politik terbaru kepada Salim. “Kami perlu pergi ke sana karena ada usaha partai lain mencegah pembentukan koalisi pendukung Anies,” ujarnya pada Kamis, 9 Februari lalu.

Pertemuan dengan Salim dan Ahmad Syaikhu, menurut Sohibul, berlangsung mulai pukul 19.00 hingga 01.00 waktu Turki. Kepada Salim, ia menyampaikan perkembangan politik dan suara dukungan untuk Anies. Sohibul mengklaim ada dorongan publik yang kuat terhadap PKS untuk mencalonkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. “Kami konsultasi dan diskusi kritis,” tuturnya pada Senin, 30 Januari lalu. 

Salim, kata dua politikus PKS, mengapresiasi sikap Partai Demokrat yang telah mendukung Anies. Salim juga menyebut PKS akan konsisten bergabung dengan Koalisi Perubahan serta mencari waktu yang tepat untuk mendeklarasikan Anies. Namun ia tak gamblang menyatakan PKS akan mendukung Anies.

Delegasi dari Jakarta mencari cara mendapatkan kepastian Salim. Mereka berbincang selama lebih dari delapan jam, diselingi kunjungan ke Masjid Hagia Sophia dan makan di sebuah restoran di pinggir Selat Bosphorus. Mereka kabarnya sampai membuat rumusan pertanyaan untuk Salim buat mendapatkan ketegasan PKS mendukung Anies. 

Rombongan kembali menemui Salim setelah jamuan di restoran. Sohibul yang mengajukan pertanyaan. “Apa alasan PKS belum mengumumkan calon presiden dalam waktu dekat karena umat dan konstituen sudah menunggu?” Mendengar pertanyaan itu, Salim menyatakan bahwa PKS mendukung Anies sebagai calon presiden.

Pernyataan Salim Segaf soal sikap PKS itu segera menyebar di kalangan anggota koalisi pendukung Anies. Mardani Ali Sera mengaku mendengar cerita bahwa para delegasi sudah sepakat dengan Salim mendukung Anies ketika ia bertemu dengan mereka di Bandar Udara Atatürk di Istanbul.

Menurut Mardani, kejelasan sikap Salim Segaf tentang PKS itu juga merujuk pada hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan PKS. Survei itu menyimpulkan 78 persen pemilih PKS merupakan pendukung Anies. Sisanya, sekitar 22 persen, tersebar kepada bakal calon presiden lain, seperti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dukungan mayoritas pemilih PKS kepada Anies itu sejalan dengan pilihan mereka dalam pemilihan umum nasional ataupun pemilihan Jakarta. Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo, ada hubungan pemilih PKS dengan Anies. Karena itu, bagi PKS, mendukung Anies sama dengan mempertahankan konstituen.

Analisis dan hasil survei itu membulatkan dukungan PKS kepada Anies. Apalagi berembus kabar bahwa NasDem, yang sudah mendeklarasikan mendukung Anies pada 4 Oktober tahun lalu, bakal mengalihkan dukungan dengan bergabung dengan Golkar mendukung calon lain karena tak cukup tiket mengusung Anies jika hanya bersama Demokrat. Dengan deklarasi PKS akan mencukupkan syarat minimal mengusung calon presiden. 

Bergabungnya PKS membuat tiket Anies menjadi cukup. Suara PKS yang memperoleh 8,7 persen kursi di DPR dan Demokrat 9,39 persen menjadi komplet jika digabungkan dengan 10,26 persen suara NasDem. 

Tawaran Kursi Kabinet

Meski sudah bulat mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden pada Rapat Kerja Nasional 24-26 Februari 2023, ajakan agar PKS hengkang dari Koalisi Perubahan berdatangan. Wakil Ketua Majelis Syura PKS Sohibul Iman pernah mengatakan partainya mendapat tawaran kursi dua menteri di kabinet Presiden Joko Widodo agar tak mendukung Anies. 

Meski sudah mendeklarasikan Anies, menurut dua politikus PKS, partainya tak ingin berkonfrontasi dengan pemerintah. Agar dinilai tak bertentangan, di lingkup internal PKS muncul instruksi menambahkan slogan Koalisi Perubahan menjadi Koalisi Perubahan dan Keberlanjutan supaya tak berkesan menyerang Jokowi.

Saat berpidato di Rapat Kerja Nasional PKS pada 5 Februari lalu, Ahmad Syaikhu menegaskan slogan itu. Menurut dia, pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah saat ini bakal dilanjutkan. “Kemudian perlu inovasi pembangunan pada aspek-aspek lain yang belum optimal,” ucapnya. 

Mendapat dukungan PKS, Anies Baswedan menyatakan berterima kasih. Menurut dia, tak mudah bagi PKS untuk mendukungnya. 

“PKS lewati jalan perjuangan yang tak mudah, banyak rayuan, tekanan, dan mungkin ada ancaman,” ujarnya, Kamis, 23 Februari lalu. 

Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan tawaran, rayuan, dan ancaman berebut calon presiden merupakan hal yang wajar terjadi dalam politik menjelang pemilu.

(Sumber: Majalah TEMPO edisi 6-12 Maret 2023)
Baca juga :