Dalam Fiqih, Status Miskin atau Tidak Miskin tidak hanya dilihat dari Penghasilan tapi juga dari Biaya Hidup

Ustadz Muhammad Abduh Negara:

Dalam fiqih, status miskin atau tidak miskin tidak hanya dilihat dari penghasilan tapi juga dari biaya hidup (sesuai kewajaran) di daerah tersebut.

Sebagai contoh, anda yang punya penghasilan total (untuk membiayai satu keluarga) Rp 5.000.000,- per bulan di Yogyakarta, anda tidak terkategori miskin, karena standar had kifayah (kecukupan memenuhi kebutuhan hidup) untuk Indonesia menurut BAZNAS berada di kisaran 3 jutaan rupiah per bulan, apalagi Yogyakarta dikenal biaya hidupnya lebih rendah dari banyak kota besar lainnya.

Namun dengan penghasilan yang sama, anda mungkin terkategori miskin dan berhak menerima zakat jika tinggal di Singapura. Berdasarkan informasi yang saya baca dari seorang blogger WNI yang tinggal di Singapura (ini bukan data fix, tapi minimal memberikan gambaran), biaya untuk hidup sederhana (bukan menengah, apalagi mewah) di Singapura itu sekitar 14 jutaan per bulan jika pakai kurs rupiah.

Pelajarannya, anda tidak perlu terlalu silau dengan penghasilan besar orang lain, karena mungkin biaya hidupnya juga besar, atau gaya hidupnya yang besar. Selama penghasilan kita cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, maka itu sangat layak untuk disyukuri.

(*)
Baca juga :