Jadi, apakah ini manuver politik dari Anies atau dari Gibran atau manuver dari keduanya?

[PORTAL-ISLAM.ID]  Kemarin, saat pertemuan KTT G20 yang dihelat oleh Pak Jokowi di Denpasar, Bali, mulai dilaksanakan, ada kehebohan terjadi. Bukan kehebohan dalam KTT, tapi kehebohan di kampung halaman Pak Jokowi sendiri, yakni di kota Solo. Putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, yang saat ini menjadi  Walikota Solo, menemui Anies Baswedan di sebuah hotel di kota Solo.

Pertemuan ini langsung menjadi trending topic Indonesia dan kata kunci "Gibran bertemu dengan Anies" itu paling banyak dicari di Google. 

Topik ini pula yang dibahas oleh Hersubeno Arif, wartawan senior FNN, dalam kanal YouTube  Hersubeno Point edisi Selasa, 15 November 2022.

Menurut Hersu, pertemuan Anies Baswedan dengan Gibran ini jelas sangat menghebohkan karena pertemuan ini terjadi di tengah tensi politik yang memanas akibat pencalonan Anies Baswedan oleh partai Nasdem, atau tepatnya oleh Surya Paloh. 

Tak heran jika banyak orang bertanya-tanya, ada apa ini? 

Orang pun pasti akan menduga-duga bahwa ada deal-deal politik tertentu. 

Padahal, bukan  rahasia umum lagi bahwa Jokowi tidak suka dengan Anies, bahkan sejak Anies menjadi Mendiknas hingga akhirnya direshuffle oleh Pak Jokowi. 

Padahal, waktu itu kinerja Anies sebagai menteri menjadi salah satu yang paling mencorong. Hal itu diketahui dari hasil survei, bahkan setelah Anies tidak lagi menjabat jadi menteri, Anies masih masuk dalam tiga besar menteri yang dinilai kinerjanya baik. 

Kelihatannya waktu itu Pak Jokowi melihat Anies sebagai calon matahari kembar yang bisa menjadi pesaingnya. Oleh karena itu, sebelum dia membesar, dia harus dipangkas lebih lebih dulu. 

Tetapi, ternyata perjalanan sejarah membawa Anies ke posisi yang jauh lebih strategis dibandingkan sebagai Menteri, hingga pada Pilkada 2017 terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta mengalahkan calon yang didukung oleh Jokowi, yakni Ahok.

“Setelah itu, Anies kemudian betul-betul menjadi semacam matahari kembar: Jokowi di Jalan Merdeka Utara, Anies di Jalan Merdeka Selatan,” kata Hersu.  

Oleh karena itu, lanjut Hersu, kabarnya, pencapresan Anies Baswedan oleh Surya Paloh membuat Jokowi marah besar, apalagi Nasdem adalah partai koalisi pendukung pemerintah. 

Pasti Pak Surya Paloh tahu bahwa Pak Jokowi tidak menginginkan Anies Baswedan menjadi calon presiden, tapi tiba-tiba dia membelot, dia mencalonkan diri, bahkan sendirian, karena PKS dan Demokrat sampai sekarang belum belum sepakat untuk mengusung Anies, tepatnya belum mendeklarasikan. 

Dengan ini, kelihatannya Pak Surya Paloh sengaja menyelamatkan Anies yang pada waktu itu ditarget oleh ketua KPK, Firly, untuk jadi tersangka. Jadi, sebelum dijadikan tersangka, Surya Paloh mendahului dengan mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres dari Nasdem. 

Namun, spekulasi bahwa Jokowi marah dibantah oleh Surya Paloh. Dia mengaku bahwa rencana deklarasi Anies capres sudah disampaikan kepada Pak Jokowi dan Surya Paloh mengklaim Pak Jokowi menyambut dengan baik. Namun, baik dari gestur tubuh maupun pernyataan Pak Jokowi, tampak sekali bahwa Pak Jokowi sangat kesal dan marah, atau netralnya tidak berkenan.

Hersu melanjutkan bahwa setelah itu tensi politik makin memanas. Banyak desakan untuk mereshuffle menteri-menteri dari Nasdem, terutama dari PDIP. 

Di tengah tensi panas itu, terjadilah pertemuan Anie dengan Gibran.

Tidak jelas ini inisiatif pertemuan dari siapa. Yang kita tahu, pagi itu Gibran yang mendatangi hotel tempat Anies bermalam, di sebuah hotel di kota Solo. Seperti bisa dilihat di video, setelah bertemu kemudian mereka berjalan masuk ke restoran dan ngobrol berdua selama sekitar 40 menit.  

“Saya senang sekali tadi pagi bisa menyambut beliau dan sarapan sambil ngobrol. Luar biasa, banyak hal yang kita obrolin,” kata Anis ketika memberikan penjelasan kepada media selesai pertemuan. 

Penjelasan dan foto-foto pertemuan ini juga diunggah di Instagram pribadi Anies Baswedan.  

Yang menarik, kata Hersu, usai pertemuan, Gibran dan Anies mengganti celana panjang mereka dengan sarung batik, bahkan Gibran kemudian melepas sepatunya dan mengganti dengan sendal jepit. Dan yang lebih menarik, mereka berdua kemudian masuk ke satu mobil menuju lokasi haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi yang digelar di Pasar Kliwon dan kelihatannya menggunakan mobil Anies. “Luar biasa sekali ini pemandangannya,” ujar Hersu. 

”Walaupun Gibran dan Anies mengaku tidak bicara politik, tapi pertemuan mereka kita itu sendiri, bahasa tubuh mereka sendiri, dan kemudian pernyataan mereka yang saling memuji, sulit bagi kita melepaskan bahwa ini bukan merupakan sinyal politik,“ kata Hersu. 

Pertemuan keduanya ini, lanjut Hersu, kalau diamati di media, termasuk media sosial, itu disambut secara berbeda di antara dua kubu yang berseberangan. Kubu pendukung Anies Baswedan menyambut positif pertemuan itu. Sementara, kubu penentang Anies menilai sebaliknya. Yunanto Wijaya, pemilik lembaga survei pendukung garis keras Ganjar, misalnya, menyindir Anies dan mengkritik ”Cie, hari ini ada yang minta waktu ketemu sarapan bareng Walikota Solo”. Demikian juga anggota DPR RI dari PDIP, Said Abdullah, menilai bahwa ini pasti ada udang di balik batu pertemuan Anies dengan Gibran. Bahkan, dia menilai bahwa selama ini Anies minim prestasi selama memimpin Jakarta sehingga berupaya mendompleng nama Putra Presiden Jokowi untuk mendapat dukungan. “Ini dalam rangka Anies memperbesar suaranya karena Anies tidak punya kinerja,” kata Said Abdullah. 

Benarkah Anies tengah melakukan manuver politik dengan bertemu Gibran? 

“Saya kira nggak salah juga kalau ada penilaian tersebut. Wajar kalau politisi itu bertemu dengan politisi yang lainnya, itu pasti ada target-target politik tertentu. Sangat mungkin Anies ini ingin menurunkan tensi ketegangan politik dengan Jokowi dengan cara mengirim sinyal atau pesan-pesan politik lewat Gibran,” kata Hersu. 

Tapi, yang terjadi juga bisa sebaliknya, lanjut Hersu. Kalau melihat langkah Gibran belakangan ini, dia banyak melakukan manuver dan menunjukkan ini ada tanda-tanda dia ingin keluar dari bayang-bayang politik bapaknya, ujar Hersu. 

Dia, misalnya, beberapa waktu yang lalu bikin heboh dengan menemui Rocky Gerung di rumah pribadinya. Padahal, kita tahu bahwa hampir setiap hari bersama saya Bung Rocky Geruh mengkritik Presiden Jokowi, tetapi Gibran bisa dengan santai menemui Rocky Gerung. 

“Jadi, luar biasa juga langkah manuver dari Gibran ini,” ujar Hersu. 

Menurut Hersu, sebelum ketemu Anies, Gibran juga memuji Anies dengan menilai Anies sebagai gubernur yang berhasil membangun kota Jakarta. 

Jadi, apakah ini manuver politik dari Anies atau dari Gibran atau manuver dari keduanya? 


Baca juga :