Jika berada di Istanbul, saya selalu teringat pengalaman lama, sekitar tahun 2015.
Waktu itu saya mampir ke Masjid Sultan Ahmet ("the Blue Mosque"). Masjid yang terletak di seberang Hagia Sophia ini terbuka untuk wisatawan.
Ada area di bagian tengah dekat mihrab yang diberi pagar, dan hanya boleh dimasuki oleh orang yang akan shalat.
Saya masuk ke area itu, dan melakukan shalat dhuha dua rakaat, karena memang masih pagi. Usai shalat, dan membaca doa dhuha, saya duduk sebentar memandangi keindahan mimbar yang agak menjulang itu.
Setelah beberapa saat, saya berdiri dan mengeluarkan kamera dari tas. Waktu itu saya masih pakai Canon 70D dan lensa 24-70. Dengan kamera itu, saya jeprat-jepret ke arah mimbar yang sangat cantik tersebut.
Saat itulah saya baru melihat tanda dilarang memotret di kawasan itu. Jepretan saya melanggar aturan. Lekas saya hentikan aktivitas itu. Tapi terlambat. Seorang petugas keamanan keburu mendekati saya.
"Excuse me, sir." Dia menyapa.
"Yes."
"Where are you from?" tanya orang itu.
Harusnya saya menjawab I'm from Indonesia atau yang semacamnya. Tapi entah kenapa, dalam keadaan seperti itu, refleks saja saya menjawab begini:
"I'm from Nahdlatul Ulama."
Saya sendiri agak kaget dengan jawaban itu. Tapi yang lebih bikin kaget adalah reaksi petugas keamanan tadi.
Dia langsung mengambil sikap sempurna, lalu sedikit menekuk badan ke depan, dan berkata "I'm really sorry sir."
Sudah. Habis itu dia diam saja. Saya masukkan kembali kamera ke dalam tas, lalu pamit pada orang itu.
Sambil melangkah ke luar masjid, saya berpikir keras: Mengapa petugas tadi malah minta maaf? Apa dia salah dengar ketika saya menyebut Nahdlatul Ulama tadi? apa yang sebenarnya dia bayangkan?
Sampai detik ini, saya tidak tahu jawaban atas kegalauan itu. Allahu a'lam bissawab.
Tapi hari ini saya berharap, semoga tersangka korupsi yang sedang DPO KPK itu tidak memberikan jawaban yang sama saat ditangkap penyidik...
(Abdul Gaffar Karim)
*fb