Anies Baswedan bukan Gubernur Biasa

Anies Baswedan bukan Gubernur Biasa

Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)

Sepuluh hari pasca dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan langsung tancap gas. Janji politik pertama ketika Pilkada 2017 dibayar kontan. Alexis ditutup. Tempat prostitusi papan atas, Alexis resmi ditutup, 27 Oktober 2017.

Selang setahun kemudian. Tepatnya 26 September 2018. Sebanyak 13 pulau reklamasi teluk Jakarta resmi dicabut izinnya oleh Gubernur Anies Baswedan.

Anda tahu sendiri siapa di belakang proyek pulau reklamasi. Orang berduit. Duitnya pun tak berseri. Tak itu saja. Seorang menteri senior kabinet Jokowi-JK pernah ngancam-ngancam Gubernur Anies Baswedan. Apakah Anies Baswedan takut? Tentu saja tidak. Anies Baswedan maju terus atas nama aturan dan konstitusi. Menteri senior mati kutu.

“Saya umumkan bahwa kegiatan reklamasi telah dihentikan. Reklamasi bagian dari sejarah dan bukan masa depan DKI Jakarta,” kata Anies Baswedan dalam jumpa pers di Balai Kota Jakarta, Rabu (26/09/2018).

Empat pulau yang terlanjur dibangun, 65 persen diambil alih Pemprov DKI Jakarta. No Kompromi. No Negosiasi. Tawaran Rp500 miliar tidak akan mengubah keputusan. Suap ditolak! Sikap berani dan tegas Gubernur Anies Baswedan diacungi empat jempol, tidak saja oleh warga Jakarta melainkan juga diacungi empat jempol oleh seluruh rakyat Indonesia.

Tiga bulan setengah menjelang berakhirnya masa jabatan Gubernur Anies Baswedan tak kendur. Giliran Holywings ditutup per 26 Juni 2022. Tidak main-main, ada 12 outlet Holywings di Jakarta ditutup. Hari Senin izin dicabut, Selasa disegel. Tuntas!

Gubernur Anies Baswedan memang bukan gubernur biasa. Gubernur luar biasa. Gubernur satu ini punya nyali besar. Tidak gentar menghadapi siapa saja. Dasarnya adalah aturan. Gubernur keren abis.

Gubernur Anies Baswedan tidak saja berani menghadapi pemodal besar yang melanggar aturan. Hati Anies Baswedan yang lembut dan penuh kasih sayang ternyata pro wong cilik. Tidak sebatas retorika. Anies Baswedan nyata pro wong cilik. Mau bukti?

Tiga kampung korban gusuran Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Kini telah dibangun kembali kampung susun oleh Anies Baswedan. Kampung Susun Kunir di Taman Sari, Jakarta Barat untuk 33 kepala keluarga. Mereka adalah korban gusuran era Ahok dari bantaran Sungai Ciliwung,

Selanjutnya Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung ditempati 75 kepala keluarga dari Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan yang digusur Ahok pada 2016 silam.

Tepat di hari kemerdekaan 17 Agustus 2021, Anies Baswedan meresmikan Kampung Susun Akuarium. Bekas lokasi gusuran Ahok di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Warga korban penggusuran telah menempati 107 unit yang berada di dua blok bangunan di Kampung Akuarium yang dibangun Gubernur Anies Baswedan.

Anies Baswedan telah menunjukkan Gubernur yang berani, tegas dan tanpa kompromi. Satu lagi yang terpenting, anti suap. Anies Baswedan juga telah menunjukkan komitmennya pada wong cilik. Pembangunan tiga kampung susun bekas korban gusuran Ahok telah menjadi bukti nyata bagi Anies Baswedan sebagai Gubernur pro wong cilik.

Indonesia butuh pemimpin seperti Anies Baswedan. Berani dan tegas. No kompromi. No negosiasi dalam hal pelanggaran aturan dan anti suap. Satu lagi, Pro Wong Cilik! Nyata bukan retorika. Fakta bukan mitos.

Bandung, 18 Dzulhijjah 1443/18 Juli 2022

(SN)
Baca juga :