Ricuh dengan Ribuan Polisi, Warga Wadas Berharap Bantuan PBNU

[PORTAL-ISLAM.ID] Warga Desa Wadas kembali ricuh, kali ini dengan ribuan polisi. Ribuan polisi dengan persenjataan lengkap mengepung Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada Selasa (8/2/2022) pagi. 

Ribuan polisi itu melakukan pengamanan terhadap rencana pengukuran lahan yang akan menjadi lokasi penambangan batuan andesit sebagai material pembangunan Bendungan Bener.

Namun, puluhan warga yang diduga sebagai penolak tambang ditangkap oleh pihak kepolisian, di depan Masjid Jami Nurul Huda Desa Wadas. Sebagai informasi, hari ini ada sekitar 40 warga Wadas ditangkap paksa oleh aparat sampai berita ini ditayangkan penangkapan warga terus bertambah.

Melihat kondisi tersebut, salah seorang warga Wadas Azim Muhammad berharap kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk dapat membantu warga.

“Proses pengukuran hari ini yang terjadi ini tidak wajar, dikawal ribuan aparat dan preman. Jadi saya berharap baik kepada Pemerintah maupun PBNU dapat membantu warga. Berpihak kepada warga,” pinta Azim kepada NU Online, Selasa (8/2/2022). 

Kedatangan ribuan polisi tersebut tentu saja kembali memunculkan trauma warga yang pernah terlibat bentrok dengan aparat. Terlebih sebelumnya tidak ada pemberitahuan pengukuran tanah yang dilakukan oleh pihak BPN dan dikawal oleh ribuan polisi itu.

“Kedatangan mereka cenderung tiba-tiba, setahuku tidak ada pemberitahuan besok ada pengukuran cuma dari warga tahu ada banyak sekali polisi di belakang Kantor Kecamatan Bener. Dan, tahu-tahu hari ini ada pengukuran,” jelas Azim. 

“Kondisi warga sekarang panik karena polisi yang datang banyak banget. Hari ini mereka mengawal pengukuran lahan tetapi yang diukur Apakah punya orang-orang yang pro saja? Atau semuanya? Karena warga nggak bisa melihat perkebunan mereka sendiri,” imbuh Azim.

Rencananya pengukuran akan dilakukan selama tiga hari, yaitu pada 8-10 Februari 2022. Adapun jumlah bidang yang diukur sekitar 450 bidang. Pihak BPN membagi 10 tim dalam setiap proses pengukuran. 

Azim Muhammad yang juga aktivis Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa) itu menilai proses pengukuran yang terjadi hari ini tidak wajar. Pasalnya dikawal dengan ribuan aparat yang tentu saja berpotensi menimbulkan konflik. 

“Saat warga berkumpul melakukan mujahadah polisi masuk ke masjid menangkap beberapa orang yang ikut mujahadah. Polisi juga hampir masuk ke setiap rumah warga mengambil pisau, sabit, alat-alat pertanian milik warga. Tidak tahu alasan mereka apa? Karena senjata tajam atau lainnya, tapi memang pisau dan sabit dibawa mereka,” ucap Azim.

Dilansir CNN Indonesia, Staf Divisi Kampanye dan Jaringan Lembaga Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Dhanil Al Ghifari membenarkan kejadian tersebut. Dirinya menyebut kedatangan aparat untuk melakukan penyisiran desa (sweeping) dan menurunkan banner protes penolakan tambang batu andesit. 

Dhanil juga mengungkapkan, sebelum aparat kepolisian secara masif masuk ke Desa Wadas, ada warga yang ditangkap secara paksa di sebuah warung kopi (warkop). Ia menyebut penangkapan itu terjadi sekitar pukul 07.00 WIB. 

“Tadi pagi ada satu warga yang ditangkap tanpa ada kejelasan terus dibawa ke Polsek. Itu warga ditangkap di warkop sekitar jam 7-an," ucapnya.

Sebelumnya, warga Wadas sudah melakukan penolakan terhadap penambangan batu andesit untuk proyek strategis nasional (PSN) Bendungan Bener sejak 2016. Penolakan tersebut kerap mendapat tekanan dari aparat kepolisian.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membenarkan kegiatan pengukuran yang dilakukan di Desa Wadas. Ganjar mengklaim, adanya ribuan Polisi yang datang tak lepas dari menjaga situasi kamtibmas agar semua berjalan aman dan kondusif. 

Ganjar lalu meminta warga tidak menyikapi secara berlebihan. “Iya ada pengukuran, hanya pengukuran saja kok, tidak perlu ditakuti, tidak akan ada kekerasan,” ucap Ganjar.

Sementara itu, Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi pun mengonfirmasi kegiatan aparat di Wadas tersebut. “Saya ikut di lapangan, di Wadas, memastikan tidak ada kekerasan. Prinsip kami melindungi masyarakat,” kata dia.

(Sumber: NU Online)
Baca juga :