[PORTAL-ISLAM.ID] Media internasional Science menyoroti pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Dalam artikel berjudul "Indonesia’s utopian new capital may not be as green as it looks" (Ibukota baru Indonesia yang utopis mungkin tidak sehijau kelihatannya) yang dipublis pada 3 Februari 2022, dikatakan "Moving the government to Borneo could speed deforestation" (Memindahkan pemerintah ke Kalimantan dapat mempercepat deforestasi alias penggundulan hutan).
Kutipan isi artikel dari Science:
Indonesia belum mulai membangun ibu kota barunya, Nusantara, tetapi situs web yang apik menunjukkan apa yang ada dalam pikiran negara tersebut. Sebuah video menunjukkan orang-orang berjalan di trotoar melalui tanaman hijau subur, perumahan yang bertengger di tepi danau yang indah, bangunan modern yang memukau, jalur angkutan massal yang ditinggikan, dan sepeda di jalan-jalan yang dipenuhi pepohonan. Mendominasi kota adalah sekelompok bangunan monumental, termasuk istana kepresidenan dalam bentuk burung mitos Garuda, lambang nasional Indonesia.
Ibu kota baru, yang pembangunannya di pantai timur Kalimantan telah disetujui oleh parlemen Indonesia pada 18 Januari, akan menggantikan Jakarta yang padat dan semakin rawan banjir, di Jawa. Para perencana sedang membayangkan sebuah utopia lingkungan untuk Nusantara, yang berarti “kepulauan”. Semua penghuni akan berada dalam jarak 10 menit berjalan kaki dari ruang rekreasi hijau. Setiap gedung bertingkat akan menggunakan 100% konstruksi ramah lingkungan dan hemat energi. Dari perjalanan yang dilakukan di dalam kota, 80% akan dilakukan dengan transportasi umum atau berjalan kaki atau bersepeda. Nusantara menghadirkan kesempatan “untuk membangun kota percontohan yang menghormati lingkungan,” kata Sibarani Sofian, perancang perkotaan Urban+, perusahaan yang memenangkan kompetisi desain dasar untuk inti pemerintahan kota.
Tetapi orang lain melihat bayangan dalam visi utopis ini.
“Pertanyaan besarnya, tentu saja, adalah bagaimana dan apakah mereka akan mencapai ambisi ini,” kata Kian Goh, yang mempelajari perencanaan kota di University of California, Los Angeles.
“Para ahli perencanaan pada umumnya skeptis terhadap rencana untuk kota yang cerdas atau berkelanjutan 'dari awal,'” katanya. Dan efek limpahan di seluruh Kalimantan, termasuk deforestasi, “kemungkinan jauh lebih besar daripada dampak langsung di dalam batas kota, kecuali jika dikelola dengan hati-hati,” kata ahli ekologi Alex Lechner dari Monash University.
Ibu kota baru senilai $32 miliar, yang pembangunannya sekarang dapat dimulai, akan berdampak pada lingkungan di Kalimantan.
Nusantara, yang akan dibangun secara bertahap hingga 2045, akan mencakup 2.560 km2, sekitar dua kali luas New York City.
Indonesia akan memindahkan pusat pemerintahannya—dan sekitar 4,8 juta pegawai negeri sipil—dari Jakarta ke Nusantara, sebuah kota baru di pantai timur Kalimantan.
Dampaknya terhadap ekologi Borneo (Kalimantan) bisa sangat besar. Sebuah pulau seukuran California, Borneo memiliki hutan bakau pesisir, hutan, rawa, dan pegunungan, yang menampung banyak spesies endemik dan langka.