Anak Pejabat Berbisnis? Belajar dari Keteladanan Khalifah Umar bin Khattab

Anak Pejabat Berbisnis? 

Ada yang berargumen, "Anak pejabat juga warga negara,  punyak hak dalam berbisnis!" 

Maka kita melihat, banyak anak menantu pejabat menjadi pengusaha. Bisnis mereka sebagian melesat bagaikan roket. Bisnisnya berkembang, investor mendekat sehingga bisnis itu semakin berkembang. 

Sulit untuk mengelak bahwa dalam bisnis anak pejabat, apalagi pejabat dengan kewenangan luas dan tinggi, terlepas dari pengaruh ayahnya. Itulah yang disebut dengan benturan yang sangat dihindari dalam penerapan prinsip GCG (Good Corporate Governance/Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik). 

Zona Integritas, yang sedang digiatkan oleh kementerian PAN RB merupakan upaya untuk menegakkan integritas itu. Setiap lembaga didorong untuk melakukan reformasi birokrasi menerapkan zona integritas. Tidak mudah memperoleh status WBK (Wilayah Bebas Korupsi). 

Nah, upaya membangun integritas ini masih panjang. Ada ketauladan yang perlu dibangun. Ada konsistensi penerapan prinsip GCG ini yang perlu dijaga. Di antaranya issue benturan kepentingan: bisnis anak pejabat.

Agaknya kita harus membaca kembali mutiara ketauladan yang dapat dipetik dari era sahabat, seperti Khalifah Umar bin Khattab dan anaknya, Abdullah bin Umar r.a. 

*** 

Putra Khalifah Umar bin Khattab, Abdullah bin Umar pernah punya unta. Abdullah membeli  unta yang amat kurus. Lalu Abdullah menggembalakannya di padang rumput di Madinah, tempat unta-unta sedekah milik Baitul Mal dan milik warga merumput. 

Pada suatu ketika, Umar bin Khatab pergi untuk menjalankan pemeriksaan, sebagaimana diceritakan dalam buku "Umar bin Khatab, Kehidupan Umar dalam Keluarga". Kemudian, Umar melihat seekor unta yang gemuk. Unta tersebut berbeda dengan unta lainnya karena pertumbuhannya yang baik. Lalu, Umar bertanya, “Siapakah pemilik unta ini?” mereka menjawab “Unta Abdullah bin Umar." 

Umar kaget mengetahui pemilik unta gemuk itu. “Bagus! Bagus sekali wahai anak Amirul Mukminin,” geram Khalifah Umar. 

Kemudian, Umar mengutus orang untuk memanggil Abdullah dengan segera dan Abdullah pun datang dengan tergesa-gesa. 

Ketika Abdullah sampai dihadapan ayahnya, Umar mengelus-elus ujung janggutnya (jenggot) kebiasaanya ketika menghadapi urusan yang genting dan berkata kepada anaknya, “Unta apakah ini Abdullah?”

"Unta ini kubeli menggunakan uangku sendiri,” jawab Abdullah. 

“Unta ini dulunya sangat kurus, lalu aku gembalakan di padang rumput, setelah sekian lama unta ini menjadi gemuk. Aku memperdagangkannya agar memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan oleh orang lain,” Abdullah menjelaskan kepada ayahnya.
 
Umar membantahnya dengan nada keras yang meluap-luap, "Lalu ketika orang-orang melihat unta ini, mereka berkata, gembalakan unta anak Amirul Mukimin, rawatlah, berilah minum secukupnya, sehingga untamu menjadi gemuk dan berlipat keuntunganmu. Hai anak Amirul Mukminin!" 

Lalu, Umar melanjutkan, “Hai Abdullah ambillah modal awal pokok yang kamu gunakan untuk membeli unta ini, dan kembalikan semua keuntungannya ke Baitul Mal." 

Umar nampak sangat khawatir. Unta itu tumbuh dengan baik dan kecukupan lantaran mendapatkan perhatian lebih dari petugas padang rumput, karena unta tersebut milik anak Amirul Mukminin. Sehingga tidak ada yang mengganggu unta itu ketika makan. Sedangkan unta-unta lain berukuran wajar karena pemiliknya adalah warga biasa. 

Begitulah bagaimana Umar bin Khattab menjaga integritas sebagai pemimpin. Beliau tidak ingin anaknya mengambil manfaat dari jabatan ayahnya.

(Henmaidi Alfian)

Baca juga :