Komponen Cadangan
Oleh: Tere Liye*
Istilah ini dulu tidak ada yang peduli. Baru pada kaget saat ada surat edaran yang konon katanya mewajibkan PNS wajib ikut komponen cadangan. Pemerintah telah mengumumkan, 'konon katanya' itu tadi keliru, karena ternyata tetap sukarela. Coba kalau wajib betulan, pasti heboh deh. Semua mendadak peduli. Minimal mikir ini gimana tiga bulan disuruh latihan militer.
Istilah ini dulu tidak ada yang peduli. Cuma sekilas lalu saja di berita-berita, di medsos, dll. Dan semua peraturannya kemudian mulus disahkan. Tanpa drama kayak revisi UU KPK atau UU Cilaka eh Cipta Kerja. Deal. Berbulan-bulan kemudian, Indonesia resmi sudah punya komponen cadangan. Kloter pertamanya diresmikan oleh pejabat tinggi. Ada ribuan. Dan terus menyusul kloter-kloter berikutnya.
Apa sih komponen cadangan ini? Adalah penduduk sipil yang dilatih militer. Pelatihannya 3 bulan. Dengan syarat usia tertentu, sehat jasmani, dll, dsbgnya. Setelah dilatih, lulus, mereka resmi jadi komponen cadangan. Besok-besok kalau Indonesia butuh mereka, ada perang melawan invansi alien dari planet manalah misalnya, mereka diterjunkan. Dor! Dor! Bum! Bum! Atau besok-besok jika ada Godzila keluar dari perut bumi, mereka akan bahu-membahu dgn militer. Asumsi ada perang sih. Kalau tidak ada? Yang penting sudah ada komponen cadangannya, kamu kok cerewet bin nyinyir sih Tere Liye? Gue buang ke sungai baru tahu rasa!
Saya dulu ingin menulis ttg ini. Saat masih pembahasan peraturan, dll. Tapi malas. Malaaaas banget. Buat apa? Tidak banyak yang peduli.
Toh, saya sih sebenarnya setuju-setuju saja ada beginian, biar penduduk-penduduk yg malas, pengangguran, kurang kerjaan, disuruh saja ikut pelatihan militer, siapa tahu jadi lebih produktif. Biar penduduk yang tidak patriot, malas bayar pajak, eh malah korupsi, minimal bisa patriot dikit gitu loh. Tidak cuma sibuk morotin uang negara.
Tapi di sisi lain, saya sebenarnya dulu tetap ngomel juga . Kenapa? Simpel! Indonesia itu negara miskin. Utang tiap hari nambah 1.000.000.000.000 (1 Triliun) lebih, eh, malah nambah-nambah biaya pula. Komponen Cadangan ini targetnya berapa orang sih? 1 juta? 2 juta? Nah, itu butuh semua duit. Mulai dari seragam mereka, biaya pelatihan, uang saku selama pelatihan, dll. Jika 1 orang saja butuh anggaran 5 juta, maka hitung sendiri. Trilyunan duitnya. Jadi meskipun komponen cadangan tidak digaji, ayolah, anggarannya tetap trilyunan besok lusa. Itu duit semua. Bukan daun pisang.
Kalau Indonesia itu kaya, silahkan saja, mau buat Komponen Cadangan dari Cadangan juga bisa. Atau Kompnen dari Cadangannya Cadangan Cadangan juga boleh. Tapi begitulah, utang meroket. Kita itu miskin. Belum lagi yg bayar pajak dikit. Koruptor banyak. Mbok ya prioritas itu ke sektor pendidikan dan kesehatan gitu loh. Eh, ini kan 'pendidikan' juga. Pelatihan loh. Terserahlah. Di negeri ini, sulit sekali membedakan antara program itu memang dibutuhkan secara real, atau hanya agar ada 'proyek' saja.
Karena bahkan Bansos yang niatnya mulia, bisa dikorup. Belum lagi asuransi Jiwasraya, asuransi punya militer dll, dsbgnya. Semua bisa dikorup! Niatnya sih mulia semua.
Kalian paham sekarang soal komponen cadangan? Kalian peduli? Kayaknya sih nggak. Kecuali jika besok-besok ada kata 'wajib' di sana, karena pemerintah ngejar 'setoran', eh ngejar target jumlah peserta, barulah kalian akan peduli. Saat kalian disuruh ikut pelatihan militer tiga bulan.
Semoga proyek ini bermanfaat bagi bangsa dan negara. Pastikan tdk dikorup. Dan pastikan kamu tdk baper, Indonesia itu negara demokrasi, kritik itu wajar. Lebih-lebih kritik dari warga yg bayar pajak. Kalau ada yg baper, wah, saya cemas ini, nanti dilempar ke sungai gara-gara tulisan ini, kan bahaya.
*fb