[PORTAL-ISLAM.ID] Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman banjir mendapat sorotan publik soal pandangannya tentang ajaran Islam.
Pangkalnya, Jenderal Dudung memberi pernyataan tentang ‘Tuhan bukan orang Arab’ pada sebuah podcast baru-baru ini.
Terkait hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun memberi pandangannya soal pernyataan Dudung bahwa ‘Tuhan bukan orang Arab’.
Hal ini disampaikan Ketua MUI Anwar Abbas.
Menurut Anwar Abbas, dirinya sangat terkejut lantaran yang berbicara adalah seorang jenderal KSAD.
Dia tentu tak akan mempermasalahkan jika pernyataan tersebut terlontar dari mulut seorang kopral.
Akan tetapi jika yang berbicara adalah pimpinan tertinggi TNI Angkatan Darat, menurutnya itu merupakan cerminan bahwa ada masalah dalam diri kita sebagai bangsa.
“Beliau mengatakan bahwa Tuhan bukan orang Arab. Secara logika saja sudah salah. Terus Tuhan orang mana? Orang non Arab dong. Tuhan itu bukan orang, orang dan khalik itu beda. Kata-kata yang dipilih saya enggak tahu, itu masuk kategori keceplosan atau ketidaktahuan kah atau kesengajaan,” kata Anwar Abbas dalam AKI Petang, Jumat 3 Desember 2021.
Lebih jauh, Anwar Abbas mengaku tak akrab dengan Jenderal Dudung.
Sehingga dia belum tahu cara berpikir beliau.
Akan tetapi, dia memahami memang ada agama tertentu yang menyatakan Tuhan hanya untuk bangsa dia dan bukan untuk yang lain.
Sementara dalam Islam, Tuhan berlaku untuk semua manusia, serta mahluk-mahluk yang ada di semesta ini berserta seluruh isinya.
“Kok Dudung bisa bilang ‘makanya saya berdoa pakai bahasa Indonesia saja’. Artinya kalau dia pimpinan tentara PBB, dia juga akan menyuruh pasukannya berdoa tidak pakai bahasa Arab. Logikanya enggak masuk. Padahal sekaliber jenderal, dia tak pantas bicara seperti itu,” katanya.
Anwar Abbas mengaku khawatir jika ucapan itu didengar dan dimaknai berbeda oleh para pasukannya, maka banyak tentara tak mau lagi berdoa dengan bahasa Arab.
Sementara Anwar Abbas yang kerap mengunjungi banyak negara saja menyebut bahwa baik di negara bagian Rusia pun, Bangladesh, Maroko, Tanzania, dan negara lain, masyarakatnya berdoa setelah salat dalam bahasa Arab.
“Ada kesalahan pemilihan narasi dan diksi serta logika. Itu mencerminkan pemahaman keagamaan Pak Dudung bermasalah menurut saya,” tegasnya.
Walau begitu, dia mengaku mengapresiasi keinginan Dudung yang bicara soal agama.
Karena memang sesuai dengan Pasal 29 ayat 1 UUD 1945, negara RI berdasar pada Ketuhanan.
“Terus bicara enggak apa-apa, asal jangan menyesatkan, jangan menimbulkan kontroversi,” katanya soal Tuhan bukan orang Arab. [hops]