Sa'ad bin Abi Waqqas, The Incredible Story

Bagi yang suka Tarikh (sejarah) bab ini sayang dilewatkan...

Sa'ad bin Abi Waqqas terekam dalam sahih Bukhari-Muslim merupakan salah satu dari 10 sahabat Rasulullah yang dijamin surga dalam sabda Baginda Nabi saw. 

Beliau memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Abu Bakar berperan besar mengenalkannya kepada agama tauhid ini. 

Ketika Saad bin Abi Waqqas memeluk Islam, menerima risalah kerasulan Muhammad dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ibunya sangat menentangnya. Sang ibu ingin agar putranya kembali satu keyakinan bersamanya.

Ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati putranya yg sangat menyayanginya. Ia baru akan makan dan minum kalau Saad meninggalkan agama baru tersebut.

Setelah beberapa lama, kondisi ibu Saad terlihat mengkhawatirkan. Keluarganya pun memanggil Saad dan memperlihatkan keadaan ibunya yang sekarat. Keluarganya berharap Saad iba kepada ibundanya dan akhirnya meninggalkan Islam. 

Saad pun menyaksikan kondisi ibunya yang begitu menderita. Namun keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya berada di atas segalanya. 

Ia berkata, “Ibu… demi Allah, seandainya ibu mempunyai 70 nyawa, lalu satu per satu nyawa itu dicabut. Aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikit pun. Makanlah wahai ibu.. jika ibu menginginkannya. Jika tidak, itu juga pilihan ibu”.

Ibunya pun menghentikan mogok makan dan minum. Ia sadar, kecintaan anaknya terhadap agamanya tidak akan berubah dengan aksi mogok yang ia lakukan. 

Berkaitan dengan persitiwa ini, Allah pun menurunkan sebuah ayat yang membenarkan sikap Saad bin Abi Waqqas.

“Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs Luqman 15).

Saad bin Abi Waqqas sahabat Rasulullah yang memiliki doa yang mustajab. Rasulullah meminta kepada Allah agar doa Saad menjadi doa yang mustajab.

اللهم سدد رميْته، وأجبْ دعوتهُ

“Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.” (HR al Hakim).

Doa Rasulullah ini menjadikan Saad seorang prajurit pemanah yang hebat dan ahli ibadah yang terkabul doanya. 

Saad bin Abi Waqqas adalah orang pertama dalam Islam yang melemparkan anak panah di jalan Allah. Ia juga satu-satunya orang yang Rasulullah pernah menyebutkan kata “tebusan” untuknya.

Seperti dalam sabda beliau dalam Perang Uhud, Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah menebus seseorang dengan ayah dan ibunya kecuali Saad. Sungguh dalam Perang Uhud aku mendengar Rasulullah mengatakan",

ارم سعد … فداك أبيْ وأميْ

“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku." (HR at-Tirmidzi).

Dalam redaksi riwayat yang lain dengan penambahan lafadz: "Panahlah wahai Saad.. Tebusannya adalah Ayah dan Ibuku di surga".

Di era Khalifah Umar bin Khatab, Saad ditunjuk menjadi panglima, perangan besar yang pernah ia pimpin adalah Perang Qadisiyah. Sebuah perang legendaris antara bangsa Arab Islam melawan Majusi Persia. 

3.000 pasukan kaum muslimin berhadapan dengan 100.000 lebih pasukan negara adidaya Persia bersenjata lengkap. Melaui Saad-lah, Allah memberi kemanangan kepada kaum muslimin atas negara adidaya Persia.

Umar pernah mengamanahi Saad jabatan gubernur Irak. Sebuah wilayah besar dan penuh gejolak. Suatu ketika rakyat Irak mengadukannya kepada Umar. Mereka menuduh Saad bukanlah orang yg bagus dalam shalatnya. Permasalahan shalat bukanlah permasalahan yang ringan bagi orang² yang mengetahui kedudukannya. Sehingga Umar pun merespon laporan tersebut dengan memanggil Saad ke Madinah.

Mendengar laporan tersebut, Saad tertawa. Kemudian ia menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan:

“Demi Allah, sungguh aku shalat bersama mereka seperti shalatnya Rasulullah. Kupanjangkan dua rakaat awal dan mempersingkat dua rakaat terakhir”.

Mendengar klarifikasi dari Saad, Umar memintanya kembali ke Irak. Akan tetapi Saad menanggapinya dengan mengatakan, “Apakah engkau memerintahkanku kembali kepada kaum yang menuduhku tidak beres dalam shalat?” Saad lebih senang tinggal di Madinah dan Umar mengizinkannya.

Ketika Umar ditikam, sebelum wafat ia memerintahkan enam orang sahabat yang diridhai oleh Nabi -salah satunya Saad- untuk bermusyawarah memilih khalifah penggantinya. Umar berkata:

“Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah orangnya. Jika selainnya, hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya) kepada Saad”.

Kelak ketika fitnah terjadi pada zaman kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, Sa'ad mendengar seorang laki-laki memaki sahabat Ali, Thalhah, dan Zubair. Orang itu bahkan terus menolak berhenti mencaci-maki.

Maka, Sa'ad pun berkata, "Kalau begitu, akan saya doakan kamu kepada Allah."

Laki-laki tadi lantas berkata, "Rupanya kamu hendak menakutiku, seolah-olah kamu seorang Nabi."

Maka, Sa'ad pun pergi wudhu dan melakukan shalat dua rakaat kemudian berdoa: "Ya Allah, kiranya menurut ilmu-Mu, laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah memperoleh kebaikan-Mu dan tindakan mereka mengundang amarah murka-Mu. Maka mohonlah dijadikan hal ini sebagai pertanda dan pelajaran." 

Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu pekarangan rumah muncul seekor unta liar dan menabrak laki-laki tadi sehingga meninggal.

Saad bin Abi Waqqash menjumpai perselisihan besar yang terjadi pada kaum muslimin. Antara Ali dan Muawiyah, radhiallahu ‘anhum ajma’in. Sikap Saad pada saat itu adalah tidak memihak kelompok manapun. Ia juga memerintahkan keluarga dan anak-anaknya untuk tidak mengabarkan berita apapun kepadanya.

Suatu ketika, keponakannya, Hisyam bin Utbah bin Abi Waqqas, berkata kepadanya, “Wahai paman, ini adalah 100.000 pedang (100.000 pasukan -red) yang menganggap Andalah yang berhak menjadi Khalifah”. 

Saad menjawab, “Aku ingin dari 100.000 pedang tersebut satu pedang saja. Jika aku memukul seorang mukmin dengan pedang itu, maka ia tidak membahayakan (tidak membunuh). Jika dipakai untuk memukul orang kafir (berjihad), maka ia mematikan”. 

Mendengar jawaban pamannya, Hisyam paham bahwa pamannya, Saad bin Abi Waqqas sama sekali tidak ingin ambil bagian dalam permasalahan ini. Ia pun pergi.

Saad bin Abi Waqqas memiliki umur panjang. Ia wafat pada usia 83 tahun. Sementara pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash ditugaskan untuk memimpin delegasi ke China, ini menjadi tonggak pertama dakwah Islam di negeri Tirai Bambu. 

Saad bin Abi Waqas ra wafat pada tahun 55 H. Ia adalah kaum muhajirin yang paling akhir wafatnya.

والله اعلم

(Musa Muhammad)
Baca juga :