EKSPANSI TALIBAN?

Taliban atau Taleban berasal dari bahasa Pashto (Pastun) yang artinya murid. Akar kata taleban sendiri berasal dari bahasa arab "thaalibun" yang berarti murid laki-laki. Di Indonesia padanan yang pas untuk istilah itu mungkin adalah "santri". 

Sesuai dengan istilahnya, mayoritas anggota Taliban merupakan siswa madrasah atau sekolah non modern. Jadi anggotanya bukanlah berasal dari kader partai politik, atau organisasi militer.

Taliban muncul pada 1994 sebagai kekuatan yang menginginkan ketertiban sosial di Provinsi Kandahar, selatan Afghanistan. Kelompok Taliban muncul seiring mundurnya tentara Soviet, jatuhnya rezim komunis Afghanistan, dan kacaunya ketertiban sipil.

Jika melihat latar belakang kemunculannya, maka komunitas Taliban bukanlah komunitas yang menganut ideologi politik modern tertentu. Mereka tak pernah menyampaikan jargon untuk merebut kekuasaan lewat revolusi buruh ala Lenin di Rusia, atau revolusi bersenjata ala Che Guevara di Cuba. Mereka juga tak pernah menyerukan revolusi lewat demokratik lewat pemilu ala Partai Komunis Indonesia. 

Saya mempresepsikan komunitas Taliban lebih cenderung mendekati karakter komunitas pejuang menjelang kemerdekaan Indonesia. Rasa cinta terhadap tanah dan air, jiwa kebersamaan dan keterpimpinan mereka lebih menonjol, daripada ideologi.

***

Komunitas Taliban menguasai secara penuh pemerintahan di Afghanistan, setelah Uni Soviet hengkang dari tanah Afghanistan, pada tahun 1996. Pada tahun 2001, Pemerintahan Taliban telah menguasai seluruh wilayah Afghanistan, kecuali sebagian kecil di utara negara. 

Kekuasaan Taliban terhadap Afghanistan tergerus setelah agresi militer AS dan negara-negara Barat. Agresi militer besar-besaran itu dimulai pada bulan oktober tahun 2001 sebulan setelah peristiwa tragedi 11 September (9/11) yang menghancurkan gedung World Trade Center, New York City dan Pentagon. 

Pemerintah AS menuding serangan itu dilakukan oleh Osama bin Laden warga negara Arab Saudi yang berdomisili di Afganistan. Pemerintah AS menuntut agar Afghanistan menyerahkan Osama Bin Laden. Permintaan itu ditolak oleh pemerintah Afghanistan yang dikendalikan oleh komunitas Taliban.

Penolakan itu kemudian dijadikan alasan oleh AS untuk melakukan agresi militer besar-besaran ke Afghanistan. Agresi militer itu mengakibatkan tersingkirnya komunitas Taliban dari Pemerintahan. AS dan NATO kemudian menunjuk Hamid Karzai untuk memimpin pemerintahan sementara di Afghanistan. 

Pada tahun 2004, pemerintahan Karzai di bawah kendali AS memaksakan penerapan demokrasi. Ia menyelenggarakan pemilu.  

Dalam pemilu itu Hamid Karzai pun menang. Pada tahun  2009 diselenggarakan Pemilu untuk yang keduakalinya. Pada Pemilu kali itu, Karzai terpilih kembali.

Di tengah kesibukan elit baru Afghanistan dalam berdemokrasi dan berbagi kekuasaan, komunitas Taliban melakukan konsolidasi. Mereka tak mau ikut dalam jebakan politik yang dibuat oleh Amerika lewat sistem demokrasi formal. 

Setelah terkonsolidasi terlaksana, komunitas ini lalu melakukan perlawanan terhadap otoritas pemerintah dan kekuatan AS serta sekutu Barat yang menduduki Afghanistan.

***

Taliban bukanlah paham. Maka ia tak akan pernah menjadi gerakan politik internasional sebagaimana Liberalisme atau Komunisme. Maka kekhawatiran bahwa gerakan Taliban akan mengglobal adalah sebuah kekeliruan. 

Taliban bukan pula gerakan politik, dan tak bisa pula disebut sebagai Partai Politik. Spirit perjuangan komunitas Taliban bukanlah berbagi kekuasaan sebagaimana spirit para politisi di negara demokratik, akan tetapi jihad fiisabilillah, yaitu berjuang di jalan Allah, termasuk pula berjuang melaksanakan perintah Allah untuk mempertahankan tanah dan air dari penguasaan orang asing. 

Taliban hanyalah sebuah komunitas santri terpimpin yang mencintai Allah dan Rasul, dan menjalankan perintah-Nya untuk mempertahankan tanah dan airnya. Taliban tak punya ideologi untuk merebut, merampas, menduduki dan menguasai tanah milik orang lain sebagaimana ideologi yang memicu ekspansi negara-negara barat terhasal negara dan bangsa lain dalam beberapa abad terakhir.

(Beni Sulastiyo)

Baca juga :