Tere Liye: 10 Alasan Kenapa Garuda Harus Dijual

Jual saja Garuda!

Saya akan tulis 10 argumen kenapa Garuda sebaiknya dijual saja. Silahkan bantah jika kalian tidak setuju. Tapi tolong, bicara dengan data dan fakta. Jangan pakai perasaan. Nggak mutu argumen kok pakai perasaan.

Jual saja Garuda, dengan alasan:

1. Garuda ini flag carrier (maskapai penerbangan), sebagian besar saham 60% milik NKRI. Tapi coba lihat! LIHAT dengan mata kepalamu itu, tiket paling mahal, promo paling pelit, semua serba pelit. Coba buka traveloka, tiket.com, cek sendiri. Apa gunanya sih punya flag carrier saat rakyat malah bayar mahal buat naik pesawatnya? Pernah Garuda ini kasih promo 2 juta kursi gratis? Pernah Garuda ini ngasih akses dan keadilan terbang buat orang2 miskin di Indonesia? TIDAK! Mending maskapai sebelah. Ada yg nol rupiah, bisa ke Singapura (sy sendiri pernah dapat itu tiket nol rupiah).

2. Siapa sih yang naik Garuda? Penduduk NKRI ini paling hanya 50% yg pernah naik pesawat, dan diantara itu, paling hanya 20% yang naik Garuda. Maka, saat Garuda kacau balau, punya utang 70 trilyun jatuh tempo (dari 140 trilyun total utang), kenapa malah 250 juta penduduk NKRI harus ikutan nalangin? Kalau ini PLN, Telkom, dan sejenisnya, well, masih masuk akal. Karena sebagian besar memang menggunakan layanannya. Penerbangan? Emak2, kakek, nenek, orang2 miskin kagak butuh terbang, cuy.

3. Model bisnis Garuda itu sudah basi. Kalau mau ngaku2 Garuda menyambungkan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, well, maskapai lain punya titik penerbangan lebih banyak. Garuda ini cuma di kota2 tertentu saja. Kalah jauh. Kalau mau ngaku2 sebagai penerbangan internasional, duh, Garuda ini bahkan sdh lama dibanting oleh maskapai2 besar lainnya. Semua serba tanggung. Belum lagi biaya operasinal paling mahal. Belum lagi, korupsi pulak. Coba lihat, ada berapa daftar koruptor dari Garuda ini? Dirut?

4. Siapa sih penumpang Garuda? Nah, kalian harus tahu. Pejabat negara, aparat, dll, mereka naik Garuda. Orang2 yg dibayarin oleh pemerintah. DENGAN TIKET SUPER MAHAL itu. Maka, jika Garuda ini jadi maskapai swasta, yes! Kita bisa menghemat biaya perjalanan. Bagus loh. 

5. Service juga tidak bagus2 amat. Kalian mau bilang Garuda punya service paling top di Indonesia? Tidak begitu2 amat. Saya itu pemegang garudamiles kelas platinum. Pada suatu hari, saya pegang tiket ekonomi kelas tertinggi, pas check in di Bandung, sekitar 4 tahun lalu, bayangkan, kursi yg sudah dicetak di tiket, kursi yg sudah jelas2 tertulis di tiket, bisa ditendang sama mereka, diusir ke kursi belakang. Diganti sama penumpang lain. Yes! Waktu itu, sy kirim whatsapp ke Dirut-nya, karena dia senior sy di kampus. Ada penjelasannya kenapa kursi sy digeser? Itu dirut memang reply. Tapi tdk ada penjelasannya apa yg sebenarnya terjadi. Siapa yg menendang kursi saya. Begitulah. Nah, 2 minggu lalu, saat pulang dari Padang, sy lagi2 diusir dari kursi yg jelas2 sudah tertulis di boarding pass. Kali ini ada penjelasannya sama petugas boarding: kursinya rusak. Sy nyengir saja, terserah kalianlah, bahkan disuruh berdiri sy nurut saja. Toh, memang terserah kalian. Member kelas platinum loh, dibegituin sama mereka.

6. Bertahun, berpuluh tahun, pemerintah itu bantuin Merpati, Garuda, dll. Maka pertanyannya, mau berapa banyak lagi uang rakyat diberikan ke Garuda? Ayolah, cukup adalah cukup. Coba buka dgn terang-benderang, totalkan, berapa banyak uang yg telah diberikan utk menalangi, membantu, dll ke maskapai nasional ini? 

7. Kebanggaan nasional? Hohoho.... Coba cek itu data internasional. Inggris punya flag carrier? Amerika Serikat? Jerman? Australia? Jepang? dll dsbgnya? Mereka sudah lama sekali mem-privatisasi maskapai nasionalnya. Serahkan ke swasta. Beres. Karena buat apa sih punya flag carrier, ketika yg menikmatinya hanya segelintir dari penduduk? Kebanggaan? Duh Gusti, ini teh cuma bisnis. Jika memang masih menguntungkan, okelah. Kalau ada laba, dividen, dll, okelah. Bisa pegang 20% sahamnya. Tapi kalau lebih sering rugi puluhan tahun, harus berkali2 ditalangin, utang menggunung. Lepas saja. 

8. Lebih baik itu uang untuk pendidikan, kesehatan, dll dsbgnya. Berhentilah dikit2 nalangin, dikit2 ngasih bantuan ke perusahaan. NKRI ini dari dulu hobi sekali nalangin apapun. Lantas hasilnya apa? Kita memelihara perusahaan yg sakit, bobrok. Coba kalau dibiarkan mati. Lebih bagus malah. Percaya deh, dari bangkai2 perusahaan bobrok ini, akan lahir bibit baru, perusahaan2 yg tangguh. Yg lebih sehat. Itu namanya seleksi alam. Bukan malah diintervensi, disuapin itu perusahaan yg lemah.

9. Jika Garuda benar2 dijual ke swasta, mungkin CT Corp mau, mungkin group Lion naksir, siapa yg dirugikan? Pertama2, yg rugi adalah pejabat, aparat, dan semua yg selama ini bisa naik Garuda dan dibayarin negara. Rugi mereka. Saat model bisnis Garuda diubah total oleh pemilik barunya, 'kenikmatan' naik Garuda yg dibayarin negara hilang. Rakyat kecil rugi? Well, setidaknya kita tdk usah ngabisin waktu, tenaga, dan uang lagi. Biarlah yg dulu2, telah berlalu. Selesai. 

10. Pada akhirnya, biarkan urusan penerbangan ini dikasih ke swasta saja. Selesai. Monopoli, oligopoli, dll? Tiket mahal? Wah, sepanjang kamu biarkan mereka berkompetisi dgn sehat, harga tiket akan sehat loh. Sepanjang kompetisi adil, tidak ada yg diproteksi, tiket akan baik2 saja. Coba lihat data dan fakta my friend, tahun 2019, saat belum pandemi, tiket Jakarta-Eropa itu mau Qatar Airlines, mau Emirates, dll, PP bisa dapat di bawah 10 juta, bahkan kalau lagi promo, bisa dapat 6 juta. Penerbangan begitu jauh hanya segitu tarifnya. Ssst, Jakarta - Banda Aceh, PP, naik Garuda 5 juta. Ampun dah. 

Demikian 10 argumen ini.

Nah, jika kalian memang punya argumen lain, silahkan. Tapi catat baik2, mau berapa banyak lagi uang rakyat diberikan untuk menalangi Garuda? Itu uang rakyat, cuy. Bukan uang nenek elu! Dihabiskan begitu saja, untuk terus melanggengkan kenikmatan pejabat2 naik Garuda (yg dibayarin rakyat pula).

(By Tere Liye)

*sumber: fb

Baca juga :