Tiga Kepala Daerah dengan Tiga Motto Mereka - MEMOTIVASI DAN MENGINSPIRASI

Tiga Kepala Daerah dengan Tiga Motto Mereka - MEMOTIVASI DAN MENGINSPIRASI

Oleh: LV. YOESBAR

Menjadi Pimpinan Daerah sungguh tidak lah mudah. Sedikit saja salah ucap apa lagi salah sikap maka sedetik kemudian bisa viral semua yang dipandang tak patut diucapkan dan disikapkan oleh si pemimpin tersebut di media sosial. Caci-maki, umpatan, hujatan dari yang beradab hingga biadab akan berseliweran berhari-hari. 

Bagi yang bermental baja dan bijaksana semua itu akan dianggap teguran untuk memperbaiki kinerja, bagi yang bermental baja tapi kepala batu maka akan dianggap angin lalu, tapi bagi yang sensitif (baca baperan), kritikan tajam atau ejekan rakyat di ranah publik bisa menjadi delik aduan. Tentu saja akses memejahijaukan rakyat lebih mudah bagi penguasa. Sudah ada dan pernah terbukti, bukan?

Tersebut lah tiga kepala daerah yang menorehkan kenangan dan catatan bijak untuk rakyatnya terutama untuk diri saya pribadi. Mungkin anda punya kisah lain yang tidak semua rakyat tahu. 

Di sini akan saya gulirkan satu persatu sesuai urutan ketika saya sudah meninggalkan kota Padang mengikuti suami yang bekerja di Tanjungpinang-Kepri,­ pada tahun 1999 ketika berumur 28 tahun (nah ketahuan ternyata sudah nenek-nenek saya ini). Pada tahun 2004 ketika balik ke Padang untuk melahirkan anak kedua di bulan September, di sini lah awalnya.

1. Wali Kota Padang - Sumatera Barat ketika itu adalah DR. Fauzi Bahar. Kata orang adalah walikota tergarang yang pernah ada di Padang. Beliau menduduki kursi WaKo dari 2004-2014. Sebelumnya Padang sudah punya motto "Padang Kota Tercinta". Malahan oleh seorang komposer kawakan kota Padang Ibenzani Oesman, lahirlah lagu Mars Kota Padang dengan judul sama Padang Kota Tercinta. Waktu itu sekitar tahun 1985an lagu ini menjadi sangat familiar bagi masyarakat kota Padang karena wara-wiri di radio sebelum siaran berita. Terutama RRI Padang. Di bawah kepemimpinan DR. Fauzi Bahar, motto kota Padang ditambahsempurnakan menjadi "Padang Kota Tercinta-Kujaga dan Kubela". 

Ternyata memang slogan itu bukan pepesan kosong, hingga sekarang pun walau tidak lagi sebagai Wali Kota Padang, beliau tetap menjaga dan membela marwah kota dan masyarakat Padang. Perjuangan terkini beliau adalah penolakan pemberlakuan SKB tiga mentri untuk siswa-siswi di ranah minang, terkhusus kota Padang. Juga di bawah kepemimpinan beliau mulai ada Pesantren Ramadhan bagi anak sekolahan.

2. Wali Kota Tanjungpinang - Kepulauan Riau, Dra. Suryatati A. Manan. Wanita keturunan bermata sipit ini adalah muslimah tangguh, wali kota perempuan pertama di Tanjungpinang (sekarang walikotanya juga perempuan).

Di masa kepemimpinan beliau, terlahir juga motto Kota Tanjungpinang, "Jujur bertutur, bijak bertindak". 

Sangatlah berisi dua baris frasa yang disoundingkan pada masyarakat, untuk bisa bertutur (berbicara) jujur dan bijak dalam bertindak. Terus terang bagi saya ini bukan sekadar slogan atau tagline sang WaKo saja. Tapi betul sebuah ucapan yang bermuatan doa dan harapan. 

Motto yang terdengar bagai syair dengan rhyme sama sepertinya terinspirasi dari latar belakang kota yang memang gudang pantun. Hampir tiap event yang diselenggarakan di kota ini, selalu dibuka dan ditutup dengan pembacaan pantun. Baik itu event formal atau nonformal. Puitis dan romantis ya budaya masyarakat kota ini? 

Kota Tanjungpinang ini juga sangat berbeda dengan kota lain. Di kota ini anda akan jumpai WNI keturunan melebur dengan masyarakat dalam berbagai profesi. Ada yang petani, ada nelayan bahkan ada juga buruh panggul di pelabuhan dan tukang ojek. Walau pun untuk profesi pengusaha bidang apa saja tetap didominasi keturunan Tionghoa.

3. DR. Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta

Siapa yang tidak kenal dengan bapak yang satu ini. Apalagi saat salah seorang petinggi partai berkuasa terpeleset menyebut beliau dengan sebutan Gubernur Indonesia. Maka terberkati lah sepertinya beliau menuju singgasana itu (walau pun sebetulnya saya tidak mendukung sipil jadi RI 1, tapi siapa yang dapat menolak takdir?).

"Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang". Motto Anies ini sangat menginspirasi untuk memotivasi diri agar menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cemen. Tidak terlena di zona nyaman dan tidak blangsatan di zona penuh tantangan. 

Terlepas dari bagaimana kepribadian sesungguhnya para tokoh tersebut, yang jelas rangkaian aksara yang membentuk kata penuh makna itu, tentunya tidak terlontar begitu saja tanpa maksud. Apalagi, sekali lagi, kita menyadari kata-kata adalah doa, maka kata-kata yang para tokoh itu populerkan ke masyarakatnya adalah wujud harapan dan doa untuk semua warga kota mereka. 

Agaknya sungguh sangat beruntunglah kota tercinta yang pantas dijaga dan dibela oleh orang-orang yang jujur bertutur bijak bertindak yang mempunyai pemimpin tangguh yang dicaci tidak tumbang dipuji tidak terbang!!!

Barakallahu fiikum...

(segantangladaland 03042021)

*Sumber: fb
Baca juga :