Kisah Salman Al Farisi, Ahli Strategi Perang dari Persia

[PORTAL-ISLAM.ID]  Salman Al Farisi adalah sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari Persia. Dari negeri asalnya, ia telah banyak memiliki pengalaman tentang siasat dan strategi perang.

Lahir dan tumbuh dari keluarga berada di Persia, mulanya ia menganut ajaran Zoroaster sesuai dengan kepercayaan yang dianut kaumnya. Dalam perjalanan, ia kemudian merasa kagum dengan cara beribadah umat Nasrani.

Hal tersebut membuatnya menganut Nasrani. Namun pencariannya tak berhenti sampai di situ. Suatu hari ia sampai ke Madinah dan bertemu Rasulullah yang ditemani beberapa sahabat di Quba yang membuatnya melabuhkan pilihan untuk masuk Islam.

Hingga akhirnya, Salman menjadi Muslim merdeka dan terlibat dalam sejumlah peristiwa bersama Rasulullah, salah satunya Perang Khandaq.

Ketika itu pada tahun 5 Hijriah, peristiwa Perang Khandaq atau dikenal sebagai pertempuran Al Ahzab yang didalangi oleh pasukan kaum kafir Quraisy Mekkah dan Yahudi Bani Nadir.

Mereka menghimpun pasukan gabungan dengan kuda dan persenjataan lengkap untuk menyerang Rasululllah dan kaum Muslimin di Madinah untuk membumihanguskan Islam.

"Sebanyak 24.000 prajurit yang dipimpin Abu Sufyan dan 'Uyainah bin Hishn bergerak untuk mengepung dan menyerang Madinah dengan serangan mematikan. Pasukan tersebut didukung berbagai kabilah dan kelompok kepentingan yang memandang Islam sebagai ancaman," tulis Khalid Muhammad Khalid dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW tentang Salman Al Farisi, Sang Pencari Kebenaran.

Menyadari sedang dalam kondisi genting, Salman Al Farisi mengajukan usul kepada Rasulullah. Usai meninjau wilayah Madinah, ia segera mengusulkan kaum Muslimin untuk menggali parit (khandaq) sebagai perlindungan untuk pertempuran sepanjang daerah terbuka sekitar Madinah.

Upaya tersebut ditawarkan Salman agar bisa mengatasi musuh sekaligus mencegah jatuh korban yang banyak. Strategi dari Persia tersebut banyak dilakukan ketika kondisi terkepung dengan keberadaan pasukan berkuda.

Kemudian ia dan kaum Muslimin bersama Rasulullah turut bekerja tiada henti menggali parit selama beberapa hari. Sebagai orang yang mengusulkan penggalian, Salman pula yang menemukan batu besar yang memancarkan cahaya hidayah dan kebaikan.

Hingga sampai waktunya pasukan Quraisy hendak menyerang, mereka terhalau parit yang begitu besar terbentang di hadapan. Hal tersebut sangat di luar perkiraan mereka dan terbayangi oleh kekalahan menaklukkan Kota Madinah.

"Akibatnya, satu bulan lamanya pasukan Quraisy hanya berdiam diri dalam tenda-tenda mereka tanpa mampu menyerang Madinah. Akhirnya pada suatu malam Allah mengirimkan angin kencang yang menerbangkan tenda-tenda dan meluluhlantakkan kekuatan mereka. Alhasil, Abu Sufyan memerintahkan pasukannya mundur," tulis Khalid.

Rasulullah sering memuji kecerdasan dan keilmuan Salman, sebagaimana beliau memuji akhlak dan agamanya. Pada peristiwa Perang Khandaq, para sahabat Anshar berdiri seraya menyatakan, "Salman adalah bagian dari kami."

Para sahabat Muhajirin pun menyahut, "Tidak, ia adalah bagian dari kami." Rasulullah lalu bersabda, "Salman adalah bagian dari kami, Ahlul Bait."

Salman layak mendapatkan kehormatan itu, bahkan Ali bin Abi Thalib menjulukinya dengan sebutan Lukman al Hakim.

Dari kisah keislaman sahabat Nabi, Salman Al Farisi menjadi teladan keislaman orang-orang utama dan takwa. Salman mengisahkan kepada kita petualangannya yang suci dan mulia dalam mencari hakikat kebenaran agama sekaligus kegigihan dalam berjuang di jalan Allah.
Baca juga :