TERORISME & KORUPSI

GENERALISIR
(TERORISME & KORUPSI)

Hukum Indonesia jelas-jelas melarang praktik korupsi dan sejenisnya.

Tapi apakah hukum bisa menghentikan nafsu korupsi pejabat publik negara ini?

Hampir tiap bulan kita mendengar ada pejabat publik diciduk KPK, baik oknum pejabat di pemerintahan, di dewan, di institusi penegak hukum, dan sebagainya. Hampir semua sektor ada pejabat korupnya. Yang tidak tertangkap jumlahnya bisa berlipat-lipat. Sampai bosan kita mendengar kasus-kasus korupsi.

Dengan begitu banyaknya pejabat publik tertangkap korupsi, lalu apa bisa digeneralisir, INDONESIA NEGARA KORUPTOR, atau SELURUH RAKYAT INDONESIA BERMENTAL KORUP?

Tentu tidak! Tidak bisa kita men-generalisir seluruh bangsa busuk hanya karena beberapa gelintir pejabatnya berperilaku busuk.

Begitu juga masalah Terorisme.

Sebenarnya malas sekali membahas masalah ini. Selain sudah bosan, waktunya juga kurang tepat. Membuat opini tanpa bukti, baik sebagai pihak penuduh maupun yang membela diri, hanya akan bikin kisruh dan membuat suasana tambah mencekam, persis seperti suasana yang diinginkan oleh pelaku teror.

Berbela sungkawa dan mengutuk aksi teror dicap munafik.
Bersimpati pada korban teror dianggap pura-pura.
Menjelaskan bahwa agama saya memang tidak membenarkan aksi terorisme dibilang bohong karena pelakunya seagama dengan saya.
Diam saja dituduh mendukung.

Pokoknya serba salah. 

Mending pura-pura gak tahu, dan membiarkan pihak berwajib yang menangani.

Tapi karena di timeline saya bolak balik baca postingan seseakun yang merepet terus siang malam kayak kucing birahi mau kawin, ngotot meminta umat muslim mengakui jika Islam memang mengajarkan terorisme, mau tidak mau ya ikut membahas.

Kita semua yang waras apapun agama dan kepercayaan yang kita anut mengutuk terorisme. Tidak ada satu pihak pun yang diuntungkan dari aksi biadab ini.

Pihak korban teror jelas paling dirugikan.

Pelakunya jelas modar, dan keluarganya pasti malu dan dikucilkan lingkungan.

Lalu untungnya buat Islam, jika pelakunya muslim, apa?

Gak ada sama sekali. Justru malah menyengsarakan.

Kehidupan umat Islam di manapun jadi bertambah sulit.

Ke mana-mana dicurigai.

Di bandara, petugas langsung siaga 1 jika nama pemegang passport beraroma islami.

Pandangan mata publik penuh curiga melihat ada pasangan berpakaian gamis dan tertutup rapat.

Emang enak hidup seperti itu?

Belum lagi pelecehan di dunia maya.

Yang imannya tipis, goyah tidak tahan saat mendapat bully-an.

Yang awalnya tertarik dengan ajaran Islam, langsung mundur saat melihat ada aksi teror.

Dengan segala kesengsaraan akibat aksi terorisme itu, bagaimana mungkin Islam mendukung dan mengajarkan aksi terorisme?!

Percayalah, umat muslim sama geramnya melihat aksi terorisme. 

Kalau Islam mengutuk terorisme, lalu mengapa masih ada aksi terorisme membawa-bawa nama Islam?

Orang goblok dan jahat itu ya goblok dan jahat aja.

Sama seperti koruptor.

Dari balita sudah diajarkan Pancasila. Dari orok sudah diajarkan mencuri itu tidak boleh. Tapi mereka masih tega mencuri dan merampok uang rakyat, sambil membagi tips bagaimana agar tidak tergoda korupsi saat jadi pejabat.

Sumber korupsi dan teror itu sama. Nafsu.

Koruptor tidak mampu mengendalikan nafsu serakahnya.

Teroris tidak mampu mengendalikan nafsu kebenciannya.

(Oleh: Wendra Setiawan)

*fb penulis

Baca juga :