[PORTAL-ISLAM.ID] Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun menyarankan kepada masyarakat Indonesia, seandainya memang yakin dan percaya terhadap kinerja Presiden Jokowi, sebaiknya jangan hanya diperpanjang tiga periode, melainkan seumur hidup.
Disitat dari video berjudul ‘Presiden Seumur Hidup‘ yang tayang di saluran resmi Cak Nun, dia mengatakan, perpanjangan masa jabatan sejatinya hanya masalah kesepakatan. Itulah mengapa, jika ada sejumlah pihak yang meminta Jokowi lanjut di periode ketiga, sah-sah saja.
Namun, kata Cak Nun, seandainya keyakinan tersebut sudah teramat kuat, maka tak ada salahnya mendaulat Jokowi sebagai pemimpin seumur hidup.
“Kalau memang dinilai dan disepakati itu yang terbaik, jangan cuma tiga periode atau lima periode saja, (sekalian) seumur hidup. Gitu lho,” ujar Cak Nun, dikutip Kamis 25 Maret 2021.
Cak Nun menyadari, menjabat tiga periode sama saja melanggar hukum. Namun, kata dia, Undang-undang bukan kitab suci dan konstitusi bukan syariat yang turun dari Tuhan. Sehingga, jika diperlukan, aturan tersebut bisa diubah atau diamandemen kapan saja.
“UUD 45 kan bukan Quran ciptaan Tuhan. Konstitusi juga bukan hadis atau syariat Islam dari Allah. Itu bikinan manusia. Jadi manusia berhak kapan saja mengubah, menambah, mengurangi, menggeser, mencabut, atau bikin yang baru, boleh-boleh saja,” urai Cak Nun.
“Manusia lebih berkuasa dibandingkan Tuhan di Indonesia,” lanjutnya.
Jokowi tolak 3 periode, Cak Nun berikan respons
Kendati banyak pihak mendorong Jokowi menjabat tiga periode, namun yang bersangkutan tegas menolaknya. Bahkan, mantan Wali Kota Solo itu menduga, hanya kelompok penjilat yang berharap dia menerima tawaran tersebut.
Terkait hal itu, Cak Nun menilai, Jokowi sebenarnya tidak menuding siapapun. Pernyataan tersebut hanya sekadar kalimat bijak yang disampaikan secara defensif, supaya situasinya menjadi tenang.
“Orang yang kepribadiannya matang seperti Jokowi, mana mungkin dijilat-jilat. Itu hanya respons yang bijak saja,” tegasnya.
Menariknya, Cak Nun kembali menegaskan, seandainya Jokowi dirasa pantas memimpin bangsa, maka menisbahkannya sebagai presiden seumur hidup, secara kemanusiaan, menjadi wajib.
“Itu normal-normal saja. Jika masyarakat Indonesia menilai dan menyepakati bahwa presiden seumur hidup itu tepat dinisbahkan kepada Pak Jokowi, itu sifatnya wajib secara kemanusiaan.”
“Tapi tidak penting apakah saya setuju atau tidak setuju Jokowi tiga periode, lima periode, atau seumur hidup. Nah, yang penting itu rakyat Indonesia. Saya bukan yang signifikan di situ,” kata dia.[hops]