Azwar Siregar: Mari JUJUR Pakai AKAL SEHAT dan HATI JERNIH Menilai HABIB RIZIEQ

Mari JUJUR Pakai AKAL SEHAT Menilai HABIB RIZIEQ

Oleh: Azwar Siregar*

Mari saya ajak mengukur kesehatan dan kejernihan nalar anda dari Beliau (HRS) yang namanya tidak boleh disebutkan di Facebook.

1. Andai beliau Ulama NU Pro Pemerintah, bukan Ulama dari "Ormas Saingan" yang dianggap anti Pemerintah, akankah anda tetap diam saja melihat kasus Pelanggaran Prokesnya diperlakukan layaknya kejahatan extra ordinary? Bahkan menurut saya diperlakukan "lebih serius" dari kasus para Koruptor dan "digoreng" para Buzzer siang dan malam dengan nyinyiran yang memuakkan.

2. Andai beliau Pemuka Agama Non Muslim, akankah kawan-kawan Non Muslim yang selama ini rajin menyinyiri dan mencaci-maki beliau akan tetap bersikap sama? Ingat, kasus yang ditudukan kepada beliau cuma Pelanggaran Prokes. Bukan Korupsi, Terorisme apalagi Separatisme.

3. Andai beliau Tokoh Pendukung Pemerintah, akankah beliau ditahan karena dianggap Melanggar Protokol Kesehatan dan kasus Pelanggaranya di "up" sedemikian rupa?

Tolong dijawab dengan hati jernih. 

Sebagai bahan pembanding untuk lebih menjernihkan akal sehat kita, di masa Pandemi ini, ada juga Kliwonan salah seorang Habib dan Tokoh Agama kita yang memicu kerumunan masyarakat. Hanya saja karena beliau posisi Pendukung Rezim berkuasa, tidak ada Aparat yang meributkannya.

Selanjutnya ada acara Pentasbihan Tokoh Agama di NTT. Ribuan jemaat hadir di acara sakral tersebut. 

Terakhir tapi bukan yang paling akhir, kedatangan Presiden kita juga memicu kerumunan di Provinsi yang sama. Silahkan aja ada pembelaan kalau kehadiran masyarakat adalah spontan. Sebut saja karena rasa cinta dan rasa sayang kepada Pak Presiden. 

Syukurlah, rasa cinta dan perasaan sayang masyarakat itu dibalas dengan rasa cinta yang sama oleh Presiden kita dengan melemparkan bingkisan dan hadiah-hadiah untuk mereka.
Co cuit deh...

Tapi apa bedanya dengan kehadiran masyarakat yang juga datang dengan berduyun-duyun secara spontan di acara Pernikahan Putri Beliau yang namanya tidak boleh disebutkan di Facebook?

Oh, ayolah. Mari bersikap adil sejak dari pikiran.

Kalau saya pribadi akan tetap akan menolak siapapun kalau tidak diperlakukan secara adil oleh Negara. Karena pembelaan saya bukan berdasarkan pribadi orangnya. Tapi kepada rasa keadilan yang harusnya diperlakukan sama rata dan sama rasa.

Catatan Tambahan...

Tapi begitulah. Ada enam orang rakyat kita meregang nyawa berdasarkan rekomendasi Komnas HAM adalah unlawful killing, pembunuhan diluar Hukum. Tapi semuanya kelihatan biasa-biasa saja. Kalau di Negara lain yang lebih beradab, semua pucuk pimpinan pembunuh akan mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggung jawaban moral. Kalau dikita malah dicari pembenaran.

Jangan-jangan bangsa kita jauh lebih sadis dari yang selama ini kita kira? 

Mungkin saja bangsa kita adalah bangsa paling barbar di muka bumi ini?

Ingat semuanya pakai tanda tanya. Karena saya memang sedang bertanya. 

Tapi bisa saja pertanyaan saya jawabannya "iya". Karena tragedi demi tragedi pembunuhan terjadi silih berganti. Pembunuhan massal demi Pembunuhan massal yang dilakukan Negara dan yang Anti Negara sudah berkali-kali dicatat oleh sejarah. Sejarah bangsa kita penuh dengan noda darah. 

Saatnya orang-orang yang dibesarkan dengan lumuran darah kita singkirkan dari Sejarah....
__
*Sumber: Fb penulis

Baca juga :