VAKSIN = IKHTIAR

VAKSIN

Vaksinasi itu ibarat seorang pelajar yang hari ini belajar dan mencoba menyelesaikan latihan-latihan soal untuk menghadapi ujian besok.

Apakah dengan belajar dan menyelesaikan soal latihan akan membuat nilai si pelajar jadi baik?

Belum tentu. Tapi yang pasti nilai si pelajar akan lebih baik jika ia belajar sebelum ujian daripada tidak belajar sama sekali dan hanya mengandalkan ingatan pembelajaran dari sekolah.

Apakah yang tidak belajar pasti nilainya buruk?

Belum tentu juga. Jika ingatannya baik dan dasarnya sudah pintar, ia bisa mengandalkan kemampuan otaknya untuk menjawab soal-soal ujian. Tapi hasil ujiannya akan lebih baik jika ia belajar lagi sebelum ujian. 

Jika ingatannya buruk tapi 'ngeyel' tidak mau belajar, ia bisa menyontek dari teman di sebelahnya. Mencontek ini bisa diibaratkan 'herd immunity'. Nilainya ikut baik karena mengandalkan teman sebelahnya yang pintar dan rajin belajar. Kebiasaan seperti ini biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar bandel. 😅

Bersedia divaksin itu termasuk ikhtiar. Nggak bisa kita ngomong gini, "nggak perlu belajar. Percaya aja sama ingatan yang diberikan Tuhan. Pasti baik kok. Kita cuma perlu berdoa."

Berpikir seperti itu keliru. Doa itu hanya bagian kecil dari ikhtiar. Selain doa, ada tindakan.

Gak percaya vaksin? Ya terserah sih, kalau sudah yakin kuat.

Kalau saya, mau nunggu Pfizer dulu. Bayar sendiri gak apa-apa. Mencari yang terbaik itu juga termasuk ikhtiar.

Tapi seandainya adanya cuma Sinovac, ya mau gimana lagi. Namanya juga darurat.

(By Wendra Setiawan)

Baca juga :