Akun Twitter Donald Trump Dikunci 12 Jam (Tidak Bisa Posting) Oleh Pihak Twitter karena Kicauan Kerusuhan di US Capitol

[PORTAL-ISLAM.ID]  Akun Twitter Donald Trump dikunci (tidak bisa posting) selama 12 jam oleh pihak Twitter karena berulang kali melanggar pedoman setelah berkicau tentang kerusuhan di US Capitol, Twitter Inc mengumumkan pada Rabu (6/1/2021) waktu setempat.

Mengutip pelanggaran kebijakan integritas sipil-nya, Twitter mengatakan telah menghapus tiga kicauan akun Donald Trump @realDonaldTrump menyusul kerusuhan para pendukungnya di Gedung Parlemen AS, US Capitol, Washinton DC, pada Rabu.

"Sebagai akibat dari situasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sedang berlangsung di Washington, D.C., kami meminta penghapusan tiga tweet @realDonaldTrump yang telah diposting sebelumnya hari ini untuk pelanggaran berat dan berulang terhadap kebijakan Integritas Sipil kami," kata Twitter di akun resminya.

"Artinya, akun @realDonaldTrump akan dikunci selama 12 jam setelah Tweet tersebut dihapus. Jika Tweet tidak dihapus, akun tersebut akan tetap terkunci," sambung kicauan Twitter.
Dalam blog resminya, Twittter mengumumkan kebijakan integritas sipil pada 20 Oktober 2020, yang melarang penggunaan layanan Twitter untuk tujuan memanipulasi atau mencampuri pemilu atau proses sipil lainnya. Ini termasuk menunggah atau membagikan konten yang dapat menekan partisipasi atau menyesatkan orang tentang kapan, di mana, atau bagaimana berpartisipasi dalam proses sipil.

Sebelumnya YouTube, Facebook, dan Twitter menghapus salah satu unggahan Presiden Donald Trump pada hari Rabu setelah dia menyerukan para perusuh yang menyerbu US Capitol untuk "pulang", tetapi mengulangi tuduhan ada kecurangan pemilu AS tanpa bukti yang telah mendorong pendukungnya untuk menyerbut gedung parlemen AS.

Twitter juga menghapus dua twit lainnya dari presiden pada Rabu, termasuk satu twit yang menyerang Wakil Presiden Mike Pence dan satu lagi menyebut para perusuh sebagai "patriot yang hebat."

*Tangkapan gambar kicauan Twitter Donald Trump yang sempat diambil POLITICO sebelum dihapus oleh Twitter, 6 Januari 2021, ketika pendukungnya menyerbu gedung parlemen AS, US Capitol, saat pengesahan kemenangan Joe Biden oleh Kongres.[Twitter/POLITICO]
Dikutip dari Politico, 7 Januari 2021, dalam video 62 detik yang diunggah di YouTube, Facebook, dan Twitter Rabu sore, Trump mengulangi klaim tak berdasarnya bahwa pemilihan presiden telah "dicuri".

YouTube menghapus video tersebut, menurut juru bicara perusahaan, yang mengatakan bahwa unggahan itu melanggar kebijakannya terhadap konten yang menuduh kecurangan pemilih yang meluas selama pemilu 2020. Juru bicara mengatakan YouTube akan mengizinkan pengguna untuk mengunggah ulang video jika berisi konteks edukasi tambahan.

Facebook awalnya menangani kiriman tersebut dengan menambahkan label yang mengarahkan pengguna ke sumber resmi informasi pemilu dan menulis, "AS memiliki undang-undang, prosedur, dan lembaga yang dibentuk untuk memastikan integritas pemilu kita."

Namun, Facebook kemudian meningkatkan keputusannya dengan menghapus unggahan tersebut seluruhnya.

Ratusan pendukung Presidenn Donald Trump menyalakan flare saat berkumpul di Gedung Capitol Amerika Seikat di Washington, 6 Januari 2021. Pendukung Donald Trump menyerbu gedung parlemen AS, US Capitol, saat Wakil Presiden Mike Pence menolak permintaan Presiden Trump untuk membatalkan kekalahannya dari Joe Biden. REUTERS/Leah Millis

Twitter dalam beberapa menit memblokir pengguna untuk membalas, menyukai, atau me-retweet unggahan tanpa konteks tambahan, dengan alasan "risiko kekerasan".

Tetapi Twitter tidak menghapus video Trump sampai beberapa jam kemudian, atau menangguhkan akun Twitter-nya, meskipun ada seruan untuk tindakan itu oleh orang-orang dan kelompok yang mengatakan Presiden Trump menggunakan media sosial untuk menghasut kekerasan.

Pendukung Donald Trump menyerbu gedung US Capitol ketika Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat, sedang menimbang keberatan atas kemenangan Joe Biden yang dibawa oleh sekelompok parlemen Partai Republik yang pro-Trump.

Saat itu Mike Pence, yang setia mendukung Trump selama empat tahun masa kepresidenan, memimpin pembukaan sesi gabungan Kongres untuk secara resmi mengesahkan kemenangan Joe Biden pada 3 November atas Trump. Sekelompok anggota parlemen Republik dengan cepat menantang hasil, pertama dari medan pertempuran pemilihan negara bagian Arizona yang dimenangkan oleh Biden, Reuters melaporkan.

Joe Biden memenangkan pemilihan dengan selisih 306-232 suara di Electoral College negara bagian dan dengan lebih dari 7 juta suara dalam pemilihan umum nasional, tetapi Trump terus mengklaim tanpa bukti ada penipuan yang meluas dan bahwa dialah pemenangnya.

Mike Pence menolak permintaan Trump agar wakil presiden secara sepihak menolak suara elektorat negara bagian, bertepatan pada hari yang sama dengan rekan-rekan Partai Republik Trump yang akan kehilangan mayoritas di Senat.

"Kami tidak akan pernah menyerah," Trump sebelumnya mengatakan kepada ribuan pendukung yang bersorak-sorai di hamparan berumput dekat Gedung Putih yang disebut Ellipse. "Kami tidak akan pernah mengalah. Itu tidak terjadi. Anda tidak mengakui jika ada pencurian suara."

Trump dalam pidatonya memberikan tekanan baru pada Mike Pence untuk mencoba membalikkan hasil pemilu. Dalam sebuah pernyataan, Pence mengatakan dia mengutarakan kekhawatiran tentang "integritas" pemilu, tetapi mengatakan dia tidak punya hak menerima atau menolak suara pemilu secara sepihak.

Konstitusi AS tidak memberi Mike Pence wewenang untuk secara sepihak membatalkan hasil pemilu AS, tetapi dia berada di bawah tekanan Trump agar melakukannya. [Tempo]

Baca juga :