SETIA BERSAMA ULAMA


SETIA BERSAMA ULAMA

Oleh: Ustadz Armansyah*

Dahulu saya berada di barisan 02 bukan karena figur seorang Prabowo Subianto atau seorang Sandiaga Uno. Keberadaan saya di barisan tersebut pada masa pilpres tidak lain adalah karena hasil akhir Ijtima’ Ulama yang merekomendasikan kuat dukungan terhadap pasangan ini.

Jujur bila dilihat dari perspektif Fiqh kepemimpinan, maka keduanya bukan pasangan ideal menurut Syari’at. Tapi karena kita hanya punya dua calon saja dalam pemilihan presiden di masa itu maka tentu ada pertimbangan dari sisi lain yang menjadi alternatif pemikiran hingga beramai-ramai para habaib dan ulama mengajak umat mendukungnya.

Hari ini pilpres sudah usai... gerbong ulama juga sudah ditinggalkan para pelaku politik praktisnya. Bahkan secara kepartaian maupun personal, orang-orang yang tadinya pernah mendapat dukungan Ijtima’ Ulama justru bergabung menjadi bagian orang-orang yang duduk di pemerintahan.

Ya artinya selesai sudah kisruh politik pilpres kita dengan semua atribut dukung mendukungnya. Kecuali bagi mereka yang memang bagian dari kelompok tersebut tentunya melanjutkan dukungan mereka dan ini bisa kita pahami.

Sayapun tak mau banyak berkomentar lagi apapun tentang sikap dan langkah Prabowo. It’s over.

Kecewa? Ya of course. Sebagai pribadi yang sedikit banyak paham agama, tentu banyak kekecewaan terselip di dalam hati ini. Bahkan rasa kecewa itu sudah terbit sejak awal Prabowo mengambil langkah maju ke Mahkamah Konstitusi dan melupakan cerita surat wasiat dengan slogan heroiknya akan timbul tenggelam bersama rakyat dalam wujud nyata pada saat itu.

Pun saya kecewa dengan sikap politik Prabowo maupun partainya dalam urusan suksesi wakil gubernur DKI Jakarta sepeninggal Sandi.

Belum lagi koalisi-koalisi yang digalangnya secara politik dengan parpol penguasa yang notabene adalah seteru politiknya diwaktu lalu.

But as i said... it's over now.

Sejak 2009 saya berkecimpung langsung di politik praktis bersama PBB di Brigade Hizbullah lalu beralih ke PKS dan sempat menjadi caleg dalam pilkadanya dan hingga hari ini melepaskan diri sama sekali dari sekatan parpol manapun, saya paham bahwa dalam politik tak ada kawan maupun lawan yang abadi.

Sebagai Muslim, saya tetap bersama ulama yang hanif dan tak terperosok dalam kemilau dunia dan hanya menjadi bemper politik kekuasaan semu. Saya tetap dibarisan "Sang Legend" Habib Rizieq Syihab yang sampai hari ini tak bisa kembali ke tanah airnya sendiri dan terasingkan di tanah Mekkah Al-Mukarromah.

Dan sebagai anak bangsa serta putera seorang veteran pejuang kemerdekaan, sayapun akan selalu mendukung setiap sikap dan laku yang ditujukan bagi perbaikan dan penyelamatan NKRI.

Hari ini, NKRI perlu dibantu dalam banyak hal. Mulai penguatan ekonomi, politik, akidah hingga stabilitas imunitas masyarakat ditengah pandemi. Dan insyaAllah saya hadir disana. Saya mendukung langkah KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia), saya mendukung langkah anti pemurtadan anak bangsa, saya mendukung kembali pada pola makan dan pola hidup sehat ala Rasulullah beserta Thibbun Nabawinya ... dan saya dukung setiap upaya pencerdasan anak bangsa melalui pencerahan ilmu dan teknologinya.[]

*Sumber: fb penulis

Baca juga :