PANDEMI - KONSPIRASI - DISINFORMASI


Pandemi, Konspirasi, Disinformasi

Oleh: dr. Tifauzia Tyassuma

Di tengah kedukaan, atas kembali wafatnya  Sejawat Dokter, merenungkan betapa "hebatnya" Pandemi Corona ini.

Berulangkali sejak mula saya sampaikan, Corona ini bukan hanya membunuh manusia, tetapi juga membunuh negara.

Sendi pokok manusia, sendi pokok negara, hanya dua: Kesehatan dan Ekonomi. Corona menerjang keduanya. Menghancurleburkan keduanya.

Dan terlebih rasa geram luarbiasa, karena kedukaan demi kedukaan atas wafatnya Para Dokter yang beruntun dan rantai-berantai, tidak juga menghilangkan pendapat, dan membuka mata, sebagian rakyat Indonesia, yang masih tetap saja terpengaruh oleh pendapat bahwa Corona ini hanyalah Rekayasa. Konspirasi yang berujung proyek bisnis.

Batin saya bergemuruh "Kok bisa, pendapat sebegitu bodohnya, masih juga ada. Seakan korban berjatuhan satu demi satu tidak cukup menjadi bukti bahwa Corona ini betul-betul bencana yang ada di depan mata.

Dalam sekira lima bulan ini, salah satu yang saya lakukan adalah Penelitian konten sosial media, terutama terkait dengan Corona dan berbagai implikasinya.

Salah satu hipotesis,  belum saya nyatakan sebagai simpulan apalagi postulat, bahwa pandangan  rakyat Indonesia berada pada kondisi keterbelahan yang kronis, sampai pada pemisahan kuadran yang ekstrem, kuadran kanan dan kuadran kiri.

Pandangan ini ternyata, dimodalitasi oleh satu dua tiga pihak yang berperan sebagai narasumber, penyampai berita, dan penggiring opini.

Ada yang hebat berperan dalam ketiganya, ada salah duanya, dan ada salah satunya. Pada kuadran kanan Aktor itu sebut saja sembarangan: DS. Pada kuadran kiri Aktor itu panggil saja secara sembarangan MWP.

Kedua tokoh ini, yang sama-sama komikal dan karikatural, memiliki fans yang luarbiasa. Luarbiasa dari sisi jumlah, maupun luarbiasa dari sisi fanatisme. Fanatisme yang cenderunga fatalistik, karena sampai pada titik Idola. Idola itu artinya adalah memberhalakan satu figur, sebagai figur yang dipuja dan tidak ada cacat cela. Sehingga dalam hal ini, apa yang dikatakan kedua tokoh ini, diamini sebagai kebenaran yang absolut, dan dibela habis-habisan selayaknya mereka ini nabi.

Yang menarik adalah, keduanya baik DS maupun MWP ini, memiliki latar belakang yang tidak terlalu meyakinkan. Sulit dilacak apakah mereka ini punya ijazah Sarjana dan darimana. Lalu kesuksesan dalam konteks pekerjaan atau usaha riil juga sulit untuk dilacak kebenarannya. Bahkan dari googling, Mas MWP ini malah punya rekam jejak kriminalitas ecek-ecek, alias penipuan dan penggelapan, mengaku-ngaku pengusaha kayaraya konglomerat dan sebagainya. Sebuah pengakuan yang super berani di tengah kenyataan, betapa mudahnya latarbelakang seseorang dilacak, bahkan oleh anak SD sekalipun.

Tetapi terlepas dari apapun dan bagaimanapun latar belakang, terlepas dari siapakah yang mempekerjakan mereka, mereka berhasil menjadi ikon  yang  digandrungi luarbiasa. dipercayai luarbiasa. dan ini bisa menjadi mengerikan.

Ketika mereka berdua ini sangat piawai dalam memainkan berbagai narasi, nyaris multidimensi. Ngomong apa saja bisa, dan diikuti pula. Mulai dari ngomongin politik, kesehatan, ekonomi, hingga intrik. Jago, jago sekali.

Sehingga citra sebagai Orang Yang Tahu Segala-galanya, dan bisa dipercaya atas segala-gala yang disampaikan, bahkan disitir, dirujuk, dijadikan referensi.

Kalau boleh dibilang, setengah dari penduduk Indonesia, terhadap Pandemi Corona ini, cenderung percaya bahwa Corona ini adalah Konspirasi, By Design dan bukan Murni suatu Natural Disaster, hingga begitu meyakini bahwa Corona ini adalah rekayasa belaka.

Ternyata, setelah saya lakukan penelusuran referensi digital, sebagian dari teori konspirasi ini merrujuk kepada Narasumber, yang sangat aktif di youtube, twitter, maupun instagram, MWP.

MWP menggiring publik dengan mempertanyakan kepada audiens, apakah Corona ini murni Natural Disaster atau ini adalah Pandemi. Dan ketika dengan  gaya sontoloyo dia meyakinkan audiensnya, bahwa Corona ini adalah bencana by design, alias bencana yang dibikin manusia, maka Jamaahnya pun percaya, meyakini, dan tanpa ragu menyebarluaskannya.

Bencana yang direkayasa oleh Pihak yang bolak-balik  disebut sebagai Globalist, Pencipta Konspirasi, yang bersumber atas dasar kepentingan Amerika. Dan dengan demikian, siapapun juga yang mendukung akan Pandemi Corona ini, adalah bagian dari, antek dari, phak Globalist ini. Tentulah yang disebut adalah WHO, Bill Gates, dan seterusnya dan seterusnya. Dan dalam konteks ini, maka, siapapun pihak yang mendukung akan 1) Corona adalah Pandemi yang direkayasa; 2) Bagian dari Konspirasi yang direncanakan, 3) Pihak yang paling berkepentingan adalah Amerika beserta para anteknya, semua menjadi benar adanya. Termasuk bila itu yang bicara adalah Siti Fadilah Supari, yang disebut sebagai korban dari Globalist, dan seterusnya sampai Jrinx sekalipun menjadi benar. Dan semua yang menentang menjadi salah.

Ini adalah bencana mengerikan bagi Rakyat Indonesia.

Karena keyakinan terhadap direkayasanya Pandemi Corona ini, menurunkan sampai di level yang fundamental, tingkat kewaspadaan rakyat, dan meningkatkan sampai di level fatal, sembarang dan cerobohnya terhadap penggunaan masker dan aturan jaga jarak, dan kelihatan opini yang belakangan terbangun, adalah: Gerakan Anti Vaksin Corona.

Di kuadran kanan, dengan tokoh komik sebut saja DS. Oleh banyak pihak disebut sebagai Gembong Buzzer. Seseorang yang tidak punya latar belakang meyakinkan dalam kapasitas intelektual maupun kompetensi apapun, tetapi memiliki followers yang walaupun pertumbuhannya jelas anorganik, berhasil membuat jutaan orang terpengaruh bukan hanya mempercayai, tergiring secara opini, bahkan menjadi pendukung yang hebat, menjadi tameng yang luarbiasa kuat, untuk si tokoh ini. Pendeknya, apapun yang dibilang bang DS, sengawur apapun, padahal jelas banyak sekali bukti yang menunjukkan banyak sekali penggiringan opini yang ngawur dan salah.

DS ini, jelas terlihat bahwa, klien utamanya, saat ini adalah Pemerintah.  Bisa saja nanti ada masanya dia punya Klien Anti pemerintah. Intinya tergantung kepada siapa yang bayar.

Dengan kemampuannya, yang jelas adalah kerja team, melakukan teknik Psycotech, dalam banyak istilah salah satunya adalah neurolinguistic programming, atau hypnonarrative. Narasi yang dibangun dengan mimicking dan kesamaan emosional, dengan platorm sosial media, jadilah Hipnosis massal. itulah penggunaan metode NLP dalam psikologi massa.

Kebetulan DS ini mewakili suku tertentu, yang memang secara dasar memiliki tingkat fanatisme kuat sekali dengan kesukuannya, maka dengan mudah dia menjadi idola yang menjadi semacam simbol dari satu suku.

Dan suku ini menjadi simbol, dari yang uniknya, mewakili empat  Representan, yaitu: Kelompok Pendukung Pemerintah, kelompok suku tertentu, dan kelompok agama tertentu (walaupun DS ini memiliki agama yang berbeda dengan agama tersebut), dan wakil minoritas tertentu. Nah keempat kelompok ini yang dimainkan secara cerdik, menjadi supporter sekaligus tameng yang hebat dari segala issue yang dilontarkan oleh DS.

Setiap kali ada pendapat yang dianggap ‘menyerang’ opini DS, maka terutama, keempat kelompok itulah yang, entah mereka ini kawanan buzzer atau kawanan netizen tim hore-hore, segera melakukan ‘serangan balik” kepada seseorang, secara tanpa ampun, habis-habisan.

Secara umum, ciri serangannya adalah, menggunakan 1) serangan pribadi, yang disebut ad hominem; 2) umpatan dan makian  yang sangat kasar; 3) pemutarbalikan kata dan logika, yang disebut logical fallacy atau sesat pikir; 3) serangan menggunakan ‘meme’ dan narasi negatif.

Kelompok pengidola DS ini, utamanya adalah yang pada Pilpres lalu, adalah para pendukung Jokowi, yang secara laten dan permanen, memiliki tingkat keyakinan dalam tingkat fatal, bahwa siapapun yang berani mengkritik Presiden, adalah Pembenci Presiden. Siapapun yang berani mengkritik Pemerintah, adalah Anti Pemerintah. Siapapun yang berani mengkritik soal kedekatan dan kecenderungan Pemerintah (dan Jokowi) terhadap Cina, adalah Anti Cina. Begitu sensitifnya dengan ketiga issue ini, sehingga siapapun yang berani menyenggol ketiga issue ini maka tanpa ampun, DS dan kawanannya, akan menghajar yang bersangkutan dengan segala macam, yang secara umum adalah umpatan dan makian kasar.

Tingkat kefatalan dari pengaruh DS terhadap Rakyat Indonesia, tampak ketika masa awal Pandemi, tiga bulan pertama, Februari sd April,  ketika pemerintah cenderung bersikap abai, meremehkan Covid, bersikap over confidence, dan DS digunakan untuk menjadi echo, menggaungkan sikap abai, menggaungkan sikap meremehkan Covid, menggaungkan sikap super percaya diri, kita bisa tahu semua, fatal akibatnya.

Ketika banyak negara, memberlakukan masa Lockdown bagi negaranya, bahkan negara pertama kasus Covid terjadi yaitu Cina, memberlakukan Lockdown, maka dengan sangat percaya diri, Pemerintah menolak Lockdown. Dan DS bersama para buzzer lainnya, menggemakan Anti Lockdown.

Bahkan siapapun juga, yang memperingatkan, bahwa tindakan dan langkah terbaik yang harus dilakukan Pemerintah adalah Lockdown, mendadak sontak dinyatakan sebagai Anti Pemerintah, Anti Jokowi, dan  habis-habisan diserang oleh DS, buzzer dan para netizen pendukungnya dengan segala macam b]ullyan, cemoohan, bahkan makian. DS, dalam kasus ini adalah saya, tak segan-segan memposting fitnahan, dan memberikan label, bahwa saya Anti Jokowi.

Bulan demi bulan berlalu, angka Covid melonjak semakin tajam. Sementara Pemerintah, dengan kebijakan yang sama sekali tidak sensitif dan disinergis terhadap Pandemi Covid ini, terus menggunakan ikon seperti DS sebagai tameng, sebagai pelindung atas berbagai kebijakan yang tidak tepat sasaran, dengan bukti nyata, betapa makin tingginya angka Covid ini, semestinya para pengidola DS ini harusnya lekas-lekas mawas diri.

Sementara saya, sikap saya, posisi saya, dalam Pandemi Covid ini, jelas adanya.

Panduan yang saya pegang. Tidak ada spekulasi, tidak ada argumentasi palsu yang terbangun atas dasar asumsi dan pandangan pribadi, apalagi atas tungggangan kepentingan tertentu.

Panduan di tangan kanan adalah Kitab Suci dan Hadith. Panduan di tangan kiri adalah Basis Bukti Ilmiah yang Sahih dan Mutakhir.

Kitab Suci dan hadith, secara jelas menyatakan bahwa Pandemi, adalah kejadian alam, yang didesain oleh Sang Maha Pencipta sendiri. Dimaksudkan sebagai Ujian, Peringatan, Hukuman kepada manusia, tetapi juga menjadi karunia, berkah dan anugerah, juga bagi manusia. Keduanya pada Kutub yang berbeda, tergantung pada kadar keImanan dan keTakwaan setiap manusia.

Maka ketika seorang manusia, meyakini bahwa Pandemi adalah keadaan alam yang diciptakan Allah swt sendiri, maka hanya satu nilai yang akan muncul pada diri seseorang. Nilai itu adalah Ikhtiar.

Ikhtiar secara valuatif, normatif, konotatif, maupun denotatif, termuat dalam Al Quran. Ikhtiar secara konseptual, teknikal, dan strategis, dijelaskan dalam Hadith, sesuai sabda Rasulullah saw.

Ilmu Pengetahuan Mutidimensi dan Multidisiplin, diperlukan sebagai aktualisasi yang metodologis, atas apa yang dinstruksikan dan ditutunkan dari Kitab Suci dan Hadith.

Dan saya, yang menekuni keduanya, baik Tuntunan secara Agama dan Temuan Ilmu Pengetahuan, berperan sebagai Penerjemah, bagi Umat Manusia.

Dengan sikap yang dilandasi Iman yang kuat, dan Ilmu yang kuat, maka seseorang bisa melihat, mengetahui, memahami, dan memaknai, kata-kata siapapun, pernyataan-pernyataan siapapun, apabila pernyataan itu tidak sesuai dengan Tuntunan Al Quran dan Hadith, tidak pula didukung oleh argumentasi yang kuat dari sisi Ilmu Pengetahuan, maka pernyataan itu harus diragukan. lebih baik dihindarkan. Apalagi bila pernyataan, yang membuat manusia menjadi terpecah belah, saling membenci satu sama lain, menjauhkan manusia dari nalar yang jernih dan menumpulkan pikiran, dan mendorong seseorang untuk mengidolakan siapapun secara membabibuta, maka pernyataan itu, maupun pemberi pernyataan itu, harus diragukan, terlebih harus dihindarkan.

Di tengah kedukaan, karena kembali lagi dan kembali lagi, wafatnya Para Dokter dan Nakes, juga para Korban yang insyaAllah menjadi syuhada di masa Pandemi ini,

Saya menghimbau.

Kembalilah semua kepada tuntunan Agama, kepada Kitab Suci, kepada tuntunan dari Rasulullah saw, terutama dalam hal ini terkait Pandemi.

Setelah itu baru kembalilah kepada temuan dari Ilmu Pengetahuan dan apa kata hasil penelitian.

Untuk keduanya, carilah guru, carilah mentor,  carilah orang yang memiliki kelayakan dan kompetensi dalam keduanya, untuk Anda jadikan sebagai rujukan.

Cermati baik-baik juga kebijakan dan instruksi dari Pemerintah, sebagai Ulil Amri, apakah sesuai dengan tuntunan agama dan ilmu, ataukah tidak sesuai dengan tuntunan agama dan ilmu. Bila yang terjadi adalah yang kedua: Jangan pernah ragu untuk menyampaikan kritik dan peringatan.

Kita harus, tanpa ragu, menjalankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

InsyaAllah, dengan cara demikian, maka pelan demi pelan, tahap demi tahap, Pandemi ini bisa kita tangani bersama. Dalam tuntunan Iman dan Ilmu.

15 Agustus 2020

[fb]

Baca juga :