Fahri Hamzah: Manusia Konstitusi


Fahri Hamzah: Manusia Konstitusi

Oleh: Tengku Zulkifli Usman

Salah satu ciri Khas Fahri Hamzah adalah dia politisi dengan mindset konstitusi yang kokoh.

Fahri selalu membangun argumen demokrasi yang kuat atas landasan konstitusi, tidak melebar dan tidak juga keluar konteks.

Fahri selalu berpijak pada pola pikir negara secara utuh, tidak jualan isu-isu yang tidak ada kaitan dengan demokrasi.

Argumen-argumen Fahri dalam berdemokrasi semua bersandar pada mindset bernegara full dalam kerangka demokrasi modern. Bukan nalar cocoklogi ala kebanyakan aktivis.

Fahri selalu mengalahkan lawan-lawan debatnya dengan mindset konstitusi, tidak memakai logika-logika golongan tertentu untuk membenarkan dirinya.

Mindset Fahri adalah mindset demokrasi secara utuh, Fahri tidak pernah saya lihat berargumen baper minta dimaklumi hanya karena dia politisi muslim.

Fahri membangun logika demokrasi tanpa sekat dengan negara, tidak jualan pancasila untuk menipu, tidak juga jualan isu politik identitas dan beraharap dikasihani rakyat atau umat.

Apa kata konstitusi, itu kata Fahri. Apa petunjuk konstitusi, itulah jalan pikir Fahri. Dia gak melebar kemana mana kalau berbicara.

Dengan mindset inilah Fahri mengalahkan argumen yang dibangun golongan pancasilais yang suka klaim pancasila tapi sejatinya omong kosong.

Dengan mindset inilah Fahri mengalahkan golongan yang jualan baju agama dan baju dakwah demi kepentingan politik dan menutupi kedholimannya di pengadilan.

Dengan midset inilah Fahri memberantas buta politik dan buta konstitusi yang akut yang dialami oleh kebanyakan aktivis, baik aktivis kiri atau haluan kanan.

Fahri mengajarkan mindset bernegara secara utuh tanpa ada jarak dalam memahami dan menafsirkan negara. Fahri contoh politisi yang tidak bertele tele dalam bernalar.

Mindset konstitusional Fahri yang matang inilah yang membuat Fahri selalu kuat di depan rival rivalnya. Karena kebanyakan rival rival Fahri suka cocoklogi dan sebagian ada malah yang anti negara.

Semua stakeholders partai Gelora perlu belajar banyak kepada Fahri soal soal mindset konstitusi dan kerangka berpikir "total blending" dengan negara. Dimana banyak aktivis muslim sangat lemah disisi ini.

Fahri memberi warna baru dalam pola pikir konstitusional kepada para politisi junior lain yang akan masuk ke ranah politik masa depan Indonesia.

Fahri mengajarkan cara-cara bernegara yang elegan dan dewasa, agar semua politisi bisa menjadikan konstitusi sebagai panglima. Bukan fatwa golongan sempit dan kolot yang dipaksakan kepada logika negara.

Inilan bedanya Fahri dengan kebanyakan politisi muslim lain di tanah air. Fahri tidak punya sekat dengan negara lahir dan batin. Seorang politisi memang seharusnya cerdas begitu agar tidak terjebak pada pola pikir cocoklogi golongan tertentu.

Karena konstitusi negara adalah kesepakatan bersama dan konsensus utama kita dalam bernegara. Maka yang tidak siap berpikir dengan mindset konstitusional akan sangat berbahaya jika mereka terjun ke dunia politik.

Saya menyebut Fahri sebagai an example of contitutional man. Orang yang layak di contoh dalam membangun argumen bernegara dalam kerangka demokrasi modern dan dewasa.

Fahri sepanjang karir politiknya selalu menjadikan dalil konstitusi sebagai panglima secara konsisten. Begitu juga dalam banyak buku yang sudah dia tulis.

Fahri adalah contoh politisi muslim langka yang pernah berada pada barisan Islam politik yang mampu melakukan lompatan pemikiran ke ranah negarawan, bukan lagi di wilayah pemimpin jamaah pengajian.

Inilah nilai tambah Fahri yang tidak dimiliki oleh banyak politisi muslim lain di tanah air. Fahri bukan level politisi baperan, mewekan, melebar kemana mana, cocoklogi, dan suka jualan ayat hadist untuk membela kesalahannya di ranah negara.

Fahri contoh politisi muslim yang firm dengan narasi kebangsaan dan keummatan secara bersamaan dalam bingkai negara modern dan demokrasi yang sehat.

Kedewasaan bernegara ala Fahri ini layak dicontoh oleh mereka mereka yang menginginkan naik kelas dalam pola pikir dan naik kelas dalam bernegara. Terutama oleh mereka mereka yang sedang memperjuangkan gagasan Arah Baru Indonesia.

03 Agustus 2020

[fb]

Baca juga :