TEMPO, SUSI, dan FAHRI... Serta Menteri EDHY


Majalah TEMPO emang keren, selalu bisa bangkitin gairah pembacanya. Kali ini ilustrasi gambar Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dengan mulut dijejalin Lobster. Captionnya, rombongan kader Gerindra menjadi pebisnis lobster ketika kran ekspor benih dibuka.

Langsung nendang,
Langsung hangat,
Langsung Ciaaaaat..!!

Tertuduhnya Gerindra, padahal pengusaha yang dapetin izin ada dari tokoh lain. Kader PKS sendiri ikut mendaftarkan perusahaannya sebagai pemain lobster. Fahri Hamzah pun ikut juga sebagai pemilik saham salah satu perusahaan yang terdaftar di KKP.

Selain politisi, ada juga personal yang mendaftar dan sudah terverifikasi. Yang ajibnya, para penyelundup yang pernah tertangkap dulu sekarang malah meresmikan usahanya dengan ikut terdaftar.

Ini tandanya, ekspor benih lobster mengubah perilaku penyelundup ke arah yang resmi. Saat dulu ada larangan ekspor, mereka bermain senyap tetap mengirimkan benih ke beberapa negara. Ilegal dan beresiko pada nelayan.

Kok banyak kader Gerindranya?

Pasti ada kongkalikong, itu bunyi pendapat orang-orang yang melihat tampilan depan doank. Semua pihak baik perseorangan atau kelompok dipersilahkan mendaftar unit usahanya dengan syarat dan ketentuan berlaku. Jika memenuhi syarat, ya pasti akan terdaftar di KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Saat ini ada 30-an perusahaan yang terdaftar. Dan masih ada 100-an yang menunggu verifikasi. Dari jumlah itu, hanya segelintir kader Gerindra, tapi jadi politis ketika diberitakan ada keterkaitan. Seolah dari 30-an itu 25 perusahaannya dari Gerindra dan sisanya non Gerindra.

Yang diangkat Tempo ada nilai politisnya, tapi bagi mereka yang mencoba bisnis ini, yang dipikirkan adalah bisnis dan teknisnya. Selagi gak makan uang negara, ngapain harus diributkan. Selagi semuanya berpeluang untuk ikut serta, kenapa harus ada pembatasan. Siapa aja bisa mendaftar saat memenuhi persyaratan.

Kalau merasa mampu, punya fasilitas dan ingin mencoba bisnis ini, silahkan mendaftarkan perusahaan. Mau itu berbentuk PT, CV atau UD sekalipun, gak masalah. selagi mematuhi persyaratan dan membina nelayan benih lobster untuk berbudidaya lobster.

"Kalau mau bisnis di kelautan dan perikanan kontak saja kementerian @kkpgoid. Semua terbuka. Ini zaman demokrasi. Kalau tertutup demo aja," begitu kata Fahri Hamzah di akun twitternya (5/7/2020).

Semua orang, semua rakyat, mereka berhak mencari mata pencaharian yang legal dan halal.

Soal bisnis lobster juga hak untuk semua rakyat. Caranya juga gampang.

"Gampak kok,
Pergi ke laut..
Bikin alat tangkap dari kertas..
Rendam ke laut jelang magrib..
Ambil habis subuh..
Kalau ada yg nempel..
Bawa pulang dan jual..," ujar Fahri Hamzah.

"Tapi mendaftar dulu ke kelompok nelayan supaya terdata dan aman. #YukMelaut," lanjut Fahri.

Kalau mau jadi pengusaha besar, bisa belajar dari pengusaha yang sudah sukses.

Fahri pun mengatakan dirinya akan belajar soal lobster ke ahlinya, sang maestro lobster, Susi Pudjiastuti, yang dijuluki Ratu Lobster Asia.

"Beliau (Bu Susi) maestro lobster yang perlu kita belajar...sudah janjian ingin lihat tempat beliau namun belum sempat...," ujar Fahri di twit yang lain.

Soal jadi bahan pergunjingan, bagi Fahri itu resiko bisnis lobster.

"Pintu rejeki kan banyak..
Ada konsesi tambang mineral..
Ada kuota impor minyak..
Ada kuota miras..😂
Ada jual kopi..
Ada yg legal ada yg tidak..
Ada yg halal ada yg tidak..
Itu pilihan...semua ada resiko.
Resiko beli benur nelayan ya diomongin..😂," ujar Fahri.
Baca juga :