Abu Ayyub Al-Anshari, Sahabat Nabi Yang Menginspirasi Muhammad Al-Fatih Menaklukan Konstantinopel

(Masjid Eyüp Sultan)

[PORTAL-ISLAM.ID]  Sama-sama dari Madinah, sama-sama pergi ke Konstantinopel, sama-sama meyakini bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah Ta’ala yang haq, tetapi ujung hidup keduanya sangat berbeda. Warisan yang ditinggalkan oleh keduanya pun berbeda.

Yang pertama dicatat jejak sejarahnya oleh Al-Qur’an, tetapi dengan catatan yang sangat buruk. Sementara yang kedua masih dapat kita jumpai jejak-jejak perjuangannya di Turki. Kelak ia menginspirasi Muhammad Al-Fatih dalam membebaskan Konstantiniyah.⁣

Yang pertama adalah Abu ‘Amir Ar-Rahib, seorang rahib Kristen.

Saya pernah menulis peran Abu ‘Amir Ar-Rahib dalam upaya memadamkan cahaya Masjid Quba dengan menyusun siasat untuk mengelabui Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin saat itu. Ia otak di balik berdirinya Masjid Dhirar yang hampir saja Rasulullah ﷺ shalat di dalamnya, tetapi tidak jadi karena Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan larangan shalat di Masjid Dhirar untuk selama-lamanya. Ia merancang strategi dan menggalang kekuatan untuk membangun Masjid Dhirar atas dukungan penuh dari Kaisar Heraklius.⁣

Abu ‘Amir Ar-Rahib sebenarnya adalah orang yang mengetahui tanda-tanda kenabian, meyakini akan datangnya penutup para nabi dan rasul, jauh sebelum Muhammad ﷺ diangkat menjadi rasul.

Ia mengenali tanda-tanda itu sebaik ia mengenali anak kandungnya sendiri. Tetapi tatkala ia dapati bahwa yang Allah ‘Azza wa Jalla angkat sebagai rasul adalah Muhammad ﷺ yang ia khawatir akan mengikis pengaruhnya di Madinah, maka Abu ‘Amir Ar-Rahib menentang. Ia memusuhi Rasulullah ﷺ meskipun Rasulullah ﷺ berusaha mengajaknya beriman kepada Islam. Ia berkata, “Aku tidak menemui suatu kaum yang memerangimu kecuali aku bersama mereka”⁣.

Rasulullah ﷺ kemudian mendo’akannya mati di tempat yang jauh dalam keadaan terusir. Kelak Abu Amir Ar-Rahib mati di Romawi Timur (Konstantinopel) dalam keadaan terusir. Ia meyakini sepenuhnya Muhammad ﷺ adalah rasul penutup para rasul, tetapi ia menolak beriman.⁣

Yang kedua adalah Abu Ayyub Al-Anshari, seorang sahabat Nabi.

Jika Abu ‘Amir Raghib menyatakan kepada Rasulullah ﷺ bahwa ia akan senantiasa bersama kaum yang memerangi beliau, maka sebaliknya dengan Abu Ayyub Al-Anshari radhiyaLlahu ‘anhu. Ia senantiasa turut serta dalam berbagai peperangan hingga akhir hayatnya.

Sahabat yang rumahnya menjadi tempat awal bermalamnya Rasulullah ﷺ saat hijrah ke Madinah ini, sangat bersemangat untuk termasuk ke dalam golongan yang disebut Rasulullah ﷺ sebagai sebaik-baik pasukan dari sebaik-baik panglima.

Beliau wafat tatkala turut serta dalam pasukan yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah dalam upaya membebaskan Konstantinopel.⁣

Abu Ayyub Al-Anshari radhiyaLlahu ‘anhu berwasiat, “Sampaikan salamku kepada pasukan kaum muslimin dan katakan kepada mereka, “Abu Ayyub mewasiatkan kepada kalian agar kalian masuk ke bumi musuh sejauh mungkin, membawa jasadnya bersama mereka lalu menguburkannya di bawah telapak kaki kalian di pagar kota Konstantinopel.”⁣

“Kalian kuburkan aku di tepi benteng Konstantinopel karena aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja ketika mereka membebaskan Konstantinopel," kata Abu Ayyub Al-Anshari radhiyaLlahu ‘anhu. ⁣

Inilah sosok yang sangat menginspirasi Sultan Muhammad Al-Fatih dan para pendahulunya dalam upaya membebaskan Konstantinopel agar termasuk disebut dalam hadis sebagai sebaik-baik panglima dan sebaik-baik pasukan.


Sebagai penghormatan terhadap Abu Ayyub Al-Anshari radhiyaLlahu ‘anhu, kelak 5 tahun sesudah membebaskan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih membangun sebuah masjid yang kita kenal sekarang dengan nama Eyub Sultan Camii (Masjid Eyüp Sultan) dan kawasan itu pun dinamakan dengan namanya: Eyub Belediyesi.

(Mohammad Fauzil Adhim)

Baca juga :