USTADZ MEWAH


Meniatkan menulis ini untuk meluruskan pemahaman pada masyarakat, bahwa ada hal yang jarang diketahui oleh masyarakat, karena memang gak masuk di akal pada awalnya.

Saya pun baru mengetahui hal ini sekitaran setahun setengah kebelakang. Setelah masuk benar-benar kedalam kehidupan para guru. Tidak hanya sekedar di emperen. Tapi masuk benar-benar masuk. Melihat dekat. Menganalisa. Hingga akhirnya faham. InsyaAllah.

***

Beberapa pekan yang lalu ramai di linimasa, salah satu guru kita yang cukup senior diangkat mobil-mobil mewahnya. Dihujat jadi ahluddunya, divonis di facebook sebagai ustadz pecinta dunia. Kurang adab sih menurut saya, tapi itulah netizen.

Hal yang lucu itu saya temukan di kolom komentar, ada yang bilang,

"Inilah hasil narif pengajian, akhirnya amplop dakwah hanya untuk beli mobil mewah."

Jujur aja langsung senyum-senyum sendiri baca komen yang sok tahu. Karena gak ngerti apa yang terjadi dalam kehidupan seorang guru. Jadi suka gagal faham ketika ada benda-benda dunia yang tiba-tiba ada di kehidupan guru.

***

Semua bisa klaim diri bahwa dia Da'i. Di negeri ini posisi ini terbuka. Ustadz itu artinya guru. Siapa yang mengajar, dialah ustadz. Mudah. Memang berbeda dengan di Timur Tengah. Kualifikasinya ketat.

Ada satu dua guru yang memang sangat menjaga ruh nya. Baik didepan publik, maupun dibelakang publik. Sosok-sosok langka ini biasanya punya amalan rahasia tersembunyi. Itu juga yang bikin kuat pengaruhnya.

Kejernihan batin ini membuat firasatnya kuat. Karena begitulah orang yang bertaqwa. Mereka dikaruniai "furqona", firasat pembeda yang kuat dari hati.

Nah.. Firasat kuat yang lahir dari kejernihan batin ini menjadi "pelita" mereka yang "lagi tersesat".

Saya melihat sendiri satu dua orang yang curhat didepan guru saya. Baru bicara satu kalimat, guru sudah sampaikan hingga 10 kalimat, dimana apa yang disampaikan, memang yang sebenarnya dialami oleh sang santri.

Maka tak heran jika nasehat-nasehat berikutnya menguatkan hati, menginspirasi untuk melihat celah yang baru, ada energi yang berbeda.

Kiyai memang bukan coach, bukan trainer, bukan juga konsultan manajemen. Tapi saya harus akui bahwa nasehat dan sentuhan para kiyai ini sulit untuk disepelekan, memang "ngefek". Satu dua santri mulai kebuka jalannya. Dampaknya didepan mata.

Ada yang mau cerai jadi nyambung lagi.
Ada yang jatuh bisnis jadi bangkit lagi.
Ada yang divonis gak bisa punya anak jadi punya anak.
Ada yang kena ledakan api, luka bakar wajah dan bagian depan, eh jadi ganteng lagi. Beneran.

Mungkin anda ada yang menerka, Kiyai nya ngasih "aer" atau "nyembur" si santri. He he he. Ya gak selalu begitu sih metodenya.

Kadang hanya nasehat sederhana, nasehat untuk kembali bakti ke orang tua, nasehat untuk jangan lupa kirim uang ke orang tua, nasehat untuk hilangkam dengki, maafkan orang-orang, ternyata nasehat yang dilakukan itu jadi solusi masalah yang besar.

Terbukti manjur. Berdampak. Berhasil.

***

Nah, dampak positif dari bergaul dengan Kiyai ini membuat satu dua orang jadi "jatuh cinta". Mereka yang mencinta itu biasa disebut dengan "Muhibbin". Orang-orang yang mencintai ulama.

Mereka menjadi cinta karena perubahan hidup yang mereka rasakan, atas wasilah nurut apa kata kiyai. Begitu kurang lebih.

Ada santri yang waktu 'jatuh' didoakan kiyai, dikasih makan kiyai, diurus sama kiyai, disemangatin, dikasih panggung sama kiyai, begitu berhasil lupa sama kiyai nya. Ada.

Ada santri yang begitu berhasil, ngasih mobil ke kiyai, ngasih gadget puluhan juta ke kiyai, ngasih saham bisnis, ngasih hak ambil laba di outletnya. Ada. Beneran. Saya nyaksiin soalnya. Bingung kan Anda. Sama. Saya juga awalnya bingung.

Saya alhamdulillah Allah ijinkan jadi saksi hidup,

Kiyai pagi nunjuk makanan A, sorenya ada yang ngantar makanan A.

Kiyai siang nunjuk gadget bagus untuk dakwah, sorenya ada yang ngasih. Padahal yang ngasih gak tau kalo Kiyai kami lagi narget yang itu.

Ada yang ngasih Innova untuk beliau, beliau geser untuk yayasan. Padahal bisa aja BPKB atas nama beliau, tapi gak tuh. Walau hak beliau juga sih itu mah.

Ada yang wakaf Alphard untuk dakwah, wakaf CX5, wakaf Ducati. Dunia datang tunduk hina ke Pondok. Ya memang kejadian.

Itulah para Muhibbin yang diutus Allah untuk melayani kekasihnya di dunia. Kita yang logis ini suka gak ngerti. Ha ha ha. Saya termasuk yang konslet melihat ini semua. Awalnya gak ngerti. Kok bisa.

Tapi seiring waktu, itulah cara Allah menjaga dakwahnya. Itulah cara Allah membuktikan janjinya. Bahwa ngurus Agama Allah itu dijamin Allah. Kerja sama Allah ya terjamin lah. Beda sama kerja sama manusia.

Percaya gak percaya, makanya saya tulis aja biar jelas.

Ada lho... Orang-orang yang hari-harinya mikir dakwah, mikirin anak yatim, mikirin ummat, doa-doa nya untuk ummat, dirinya dan keluarganya bukan prioritasnya. Itu ada.

Saya ketemu sosok yang hampir di saat bangunnya kerja untuk ummat. Menjalin kekuatan ummat. Ngurusin gimana supaya ummat terlayani. Ada lho. Bener-bener. Gak ada bicara proyek pribadi, beneran. Sampe malu nemeninnya juga.

Saya aja jujur jauh dari level itu. Mau dikata bagi-bagi nasi puluhan ribu box, ya saya jauh brosist, jujur aja masih ada porsi mikirin diri juga. Belom lah.... Maqom yang itu mah.

Spesial untuk sosok-sosok ini mah nggak sama sekali mikirin dirinya. MasyaAllah.

Ya inilah yang "mungkin" bikin Allah hadirkan Muhibbin di kehidupan mereka.

Kan hadistnya memang begitu, barang siapa yang nolong agama Allah, pasti Allah tolong.

Maka jangan heran jika para Muhibbin ini ngasih mobil, ngasih rumah, transfer puluhan juta, ngasih segala macam untuk gurunya, kawan-kawan jangan bingung. Itulah cinta. Sulit diungkapkan. Gak usah sewot juga. Kan bukan uang ente. Ha ha ha....

***

Saya sama kakek saya hadir di majelis bulanan guru kami. Kiyai kami sudah udzur. Waktu itu pakai kursi roda. Pesantrennya puluhan hektar. Secara kekayaan jelas Kiyai kami kaya banget.

Kakek bilang ke saya,

"Ndy, nitip berkat ke kiyai, salamkan ini, kakek saya rogoh beberapa lembar ratus ribu di sakunya, minta saya salamin ke kiyai, kata Kakek saya, rezeki untuk guru, berkah".

Sampai rumah kakek saya berfikir, itulah cinta Kakek saya kepada gurunya, gurunya yang mengajarkan ilmu, sehingga kakek hingga saat ini sanggup tahajud dari jam 2 pagi di usia 89 tahun nya. Bahkan lanjut sampai syurq. Ada sinaran dakwah yang kakek rasakan, dan itu yang membangun cinta.

Gurunya mengenalkannya kepada Allah azza wa jalla, mursyid yang menunjukkan ma'rifat kepada Allah ini mahal. Hidayah begini mahal.

***

Setelah saya nulis ini, kalo ada guru kita pakai gadget mahal, pakai jas bagus, pakai mobil mewah, jangan suudzon kalo guru narif, atau makan uang sedekah, atau nilep aset pondok. Ha ha ha... Jangan sangka macem-macem lah.

Emangnya mau tarif ceramah berapa puluh juta per sesi sih? Sampe kebeli Alphard, Ducati, CX5, ... Itung aja sendiri. Ya gak masuk lah.

Kalo dalam istilah Kiyai kami mah "Kasio". Kasih orang. Biarlah dunia itu datang sendiri dengan hina. Begitu konsepnya.

"Untuk diri sendiri harus sederhana, kalo untuk alat perang dan simbol Islam, harus punya izzah, Kuda Terbaik, Pedang Terbaik."

Gitu ya... Stop stop lah hasad sama guru. Astaghfirullah.

Menurut kacamata pribadi saya, konsep lingkaran Muhibbin ini paling aman untuk para ulama.

Ummat kita ini gak siap kalo gurunya bisnis. Suka keki. Banyak yang pengen ulama kita fokus keilmuwan saja dan ngajar. Bagus juga sih. Di masa kejayaan Islam juga begitu, ada ulama yang juga dagang, tapi lebih banyak ulama di support oleh Waqful Fuqoha. Wakaf produktif untuk ulama.

Mudah-mudahan sekarang gak bingung lagi kalo ada ulama mobilnya bagus, hartanya banyak, he he he.

Lagian gak semua yang melekat di ulama kita itu milik beliau. Bisa jadi hanya hak pakai. Bisa jadi asset pondok. Walau sah juga kalo memang dikasih jadi milik pribadi.

Kita aja belum tentu bisa begitu, dikasih mobil, mobilnya malah diwakafin lagi ke pondok. Belum tentu bisa begitu.

Nah sekarang, kalo udah tahu semua itu pemberian, kalo masib sewot juga, ya memang "sakit jiwa" aja sih... Segera berobat saja. Kasihan hati nya.

Kang Rendy
(Santri)

Baca juga :