Ustadz Irvan: Menuduh Orang Beriman Kaya Raya dengan Al-Wahn & Riya, Adalah Pandangan Orang Hasad


Seseorang yang dikaruniai harta berlimpah tidak selamanya Wahn (cinta dunia dan takut mati).

Memiliki harta berlimpah tidak terlarang dalam Islam, hal ini sudah dicontohkan oleh para sahabat radhiyallahu anhum.

Sederet para sahabat kaya raya yang Allah jaminkan surga.

(1) Abdurrahman bin ‘Auf

Total aset kekayaan saat Abdurrahman bin 'Auf wafat, diperkirakan oleh Ibn Hajar adalah 3.200.000 Dinar emas (al Fath, Juz 14, hal. 448).

Nilai ini adalah hasil penghitungan masing-masing dari empat orang istrinya menerima waris sebesar 100.000 Dinar. Dengan akuntasi Fara`idh, maka total tarikah (harta yang ditinggalkannya) adalah : 100.000 dinar x 4 (orang istri) x 8 (ashl al mas`alah) = 3.200.000 Dinar.

3.200.000 Dinar

Setara dengan 6 Triliunan rupiah.

(2) Zubair Bin ‘Awwam

Dalam kitab al-Bukhariy (al Jami’ al Shahih, al Bukhariy, Juz 3, hal. 1137), Zubair bin Awwam  meninggalkan kekayaan berupa aset tidak bergerak (tanah), di antaranya yang berada di Ghabah (wilayah di barat laut Madinah, sekitar 6 km dari Madinah), 11 (sebelas) rumah (besar/dar) di Madinah, 2 (dua) rumah di Bashrah, dan 1 (satu) rumah masing-masing di Kufah dan di Mesir.

Beliau mewasiatkan 1/3 dari total harta peninggalannya (tarikah) untuk para cucunya dan 2/3-nya dibagi-bagikan kepada ahli warisnya. Beliau memiliki empat orang istri di mana setiap istri mendapatkan waris senilai 1.200.000 Dirham (Shahih al Bukhariy).

Total tarikah (termasuk wasiat) adalah 38.400.000 Dirham + 19.200.000 Dirham = 57.600.000 Dirham.

Setara dengan 3,5 Triliunan Rupiah

(3) ‘Utsman ibn ‘Affan

Nilai kekayaan saat wafat Rp.2.532.942.750.000, Ibnu Katsir (al Bidayah wa an Nihayah, Ibn Katsir, Juz 7, hal. 214) aset yang dimiliki 'Utsman saat wafat terdiri dari:

Tarikah 1 (tunai) : 30 juta Dirham
Tarikah 2 (tunai) : 150.000 Dinar
Sedekah : 200.000 Dinar
Unta : 1000 ekor

Jika dijumlahkan kedalam rupiah menjadi 2,5 Triliunan Rupiah

Kaya raya, harta berlimpah, harta sedikit adalah ujian bagi orang beriman.

Orang beriman tidak menempatkan kekayaan sebagai sumber kebahagiaan dan ketenangan hidup, tapi kekayaannya menjadi jalan kemaslahatan umat.

Jadi sangat keliru jika ada orang beriman yang kaya raya kemudian dianggap sebagai bentuk Al-Wahn, ini adalah pandangan orang hasad.

(Ustadz Irvan Noviandana)

Baca juga :