Covid adalah World War 3? Bagaimana Nasib Indonesia?
(hanya opini pribadi)
Tahun lalu, kami berdiskusi dengan Anis Matta tentang kondisi Geopolitik Global yang membuat saya sendiri menjadi cemas. Dengan kondisi ekonomi dunia yang mengalami resesi, dimana terjadi penurunan demand yang sangat besar, yang mengakibatkan produksi jatuh di berbagai sektor, sangat berpotensi terjadinya perang.
Gejala kita bisa lihat kasat mata, AS tak sekuat dulu, Eropa tak sedominan sebelumnya. Negara-negara mulai memberlakukan tarif-tarif melindungi negaranya masing-masing. Negara-negara yang sebelumnya berfikir globalis, menjadi sangat nasionalis.
Jika tidak ada formula baru maka perang dunia ketiga tinggal menunggu waktu. Gejala ini dikonfirmasi dengan berita-berita berseliweran tentang peningkatan eskalasi peningkatan anggaran militer di berbagai negara. Rusia, Cina, AS dan Korea Utara seakan sudah pemanasan dipinggir lapangan dengan lari-lari kecil.
Negara-negara AS dan Eropa tak selegowo itu dominasinya hilang begitu saja. Tapi mereka tidak punya cara untuk kembali mendominasi. Maka perang adalah opsi.
Lalu kami bertanya, lalu jika perang dunia itu terjadi, siapa yang akan menang? Anis Matta mengatakan, perang senjata itu akan menjadi akhir dari kehidupan. Bisa dikatakan tidak akan ada pemenang.
Ditengah panasnya suasana geopolitik, lalu muncul virus Covid 19 yang tiba-tiba ada di hampir negara besar dunia. membunuh ratusan ribu orang dalam waktu yang singkat. Virus yang diumumkan resmi sebagai virus yang ada di hewan yang bermutasi ke tubuh manusia kemudian menularkan dari human ke human dan menjadi pandemi.
Ditengah kita semua mempraktekan anjuran pemerintah untuk menjaga jarak, memakai masker dan lainnya, dan mengira bahwa virus ini benar-benar adalah penyakit, saya dikejutkan dengan pernyataan seseorang yang menyebutnya sebagai bossman yang videonya viral saat ini. Mengatakan Virus adalah bagian dari Perang Dunia.
Virus Covid 19 dibuat oleh entah siapa, direkayasan dan disebar keseluruh dunia, dan dunia sekarang lumpuh tak berdaya. Perang adalah cara untuk menguasai, dan sekarang sepertinya dunia telah dikuasai entah oleh siapa yang saat ini kita tak tahu wujudnya.
Yang jelas, semua negara akan tunduk kepadanya karena merekalah yang memiliki penawar.
Jika perang dunia 1 dan 2 adalah pertarungan antar negara, sekarang rupanya ada kekuatan-kekuatan non negara yang memiliki kekuatan lebih besar dari negara yang bisa melakukan drive (mengendalikan).
Perang Dunia 3 telah dimulai, tidak menggunakan senjata api, tapi dengan virus. Senjata tak terlihat, bahkan operatornya pun tak terlihat. Agak sulit masuk diakal dalam waktu singkat virus sudah ada di seluruh dunia dengan jumlah besar bila itu tanpa ada perekayasaan, perencanaan.
Melalui WHO, sang adi daya yang sekarang mengusai perang ini telah memberikan teror dengan mengatakan, Virus Corona ini mungkin tidak akan hilang dari bumi ini. Inilah peperangan di era modern. Tanpa sadar sekarang dunia dalam kondisi perang.
Lalu bagaimana Indonesia? Inilah yang membuat saya tambah prihatin, Indonesia hampir tidak memiliki formula bagaimana mengendalikan virus ini, perhari ini sudah menyentuh 20 ribu orang terinfeksi, dengan rekor infeksi harian tertinggi mencapai 1000 orang hari ini.
Indonesia adalah negara yang besar, negara dengan penduduk terbesar ke 5 dunia. Tidak mungkin lolos dari attact ini. Apalagi dengan potensi geo ekonomi dan geo politik Indonesia yang semua negara semua pihak ngiler untuk memilikinya.
Indonesia telah di attact sekarang. Benar-benar ini adalah perang.
Tapi alih-alih berjuang untuk memenangkan pertarungan, Presiden Jokowi justru sudah menyerah dengan mengatakan, mari berdamai dengan covid 19, yang artinya Jokowi telah menyerah dalam peperangan ini. Indonesia sudah menyerahkan diri. Indonesia sepertinya hanya menunggu "juru selamat" yang sebenarnya adalah penjajah gaya baru.
Mantan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari yang sekarang masih didalam jeruji besi yang merupakan konban konspirasi kejahatan kesehatan mengatakan, disetiap pandemi akan melahirkan vaksin. Iya, sepertinya sang penjajah sudah menyiapkan vaksinnya.
Persoalan berikutnya, mampukan Indonesia membeli vaksin untuk rakyatnya. Dan saya yakin Vaksin tidak akan dijual dengan murah. Indonesia tidak akan mampu membeli. Lagi-lagi Indonesia akan menjadi negara terjajah, terpaksa membuat kesepakatan agar mendapatkan vaksin dengan berhutang. Indonesia tak lagi jadi bangsa berdaulat.
Kayaknya kita hanya akan menunggu waktu itu terjadi, sayang disaat seperti ini kita tidak punya pemimpin yang berkapasitas, jangankan untuk bicara geo ekonomi, geo politik dan geo strategi, yang itu menjadi penting untuk membaca peperangan seperti kata bossman, Presiden kita membedakan mudik dan pulang kampung saja membikin bingung Tanah Air.
Marilah berbanyak doa dan mohon ampun pada Sang Kuasa.
(By Arka Atmaja)