True Story: KEAJAIBAN MEMBACA AL-QURAN


KEAJAIBAN MEMBACA AL-QURAN

Saya lupa, apa sudah pernah ceritakan....

Jadi sekitar awal tahun 2019, saya dan keluarga memutuskan untuk pulang kembali ke Kota Langsa dari Kota Samarinda.

Rasanya saya tidak perlu lagi menjelaskan alasan-alasan utama kepulangan kami sekeluarga setelah hampir dua tahun tinggal di Kota Samarinda. Beberapa sahabat terdekat saya pasti tahu alasan-alasannya.

Kota Samarinda sangat nyaman. Masyarakatnya asyik-asyik sepanjang tidak diusik. Menurut saya Kota ketiga paling nyaman di tinggali setelah Kota Langsa dan Kota Tanjung Pinang.

Tapi kami sekeluarga pulang dalam kondisi keuangan minus. Mobil sudah dijual dan tabungan sudah terkuras hampir habis.

Cuma ya itu, saya memang lumayan bandel. Masih sempat sekeluarga menginap di Hotel yang lumayan bagus di Kota Balikpapan. Karena menurut saya, kepulangan dalam keadaan "kalah perang" tetap layak dirayakan sepanjang keluarga masih utuh dan bersatu.

Sampai di Kota Langsa, kami kembali tinggal nebeng di Rumah Mertua. Anak sudah tiga, tinggal di kamar sempit berukuran tiga kali empat.

Bro, ini belum ada dua tahun yang lalu lo...
Jadi cerita sedih sudah merupakan bagian dari perjalanan hidupku yang cukup akrab. Yang penting jangan pernah menyerah. Sekali menyerah berarti kamu mati.

Rencana awal saya akan membuka bisnis pemasaran. Apa saja yang penting bisa jual, halal dan bisa menghasilkan uang.

Prinsip bisnis saya sangat sederhana.
Jangan merugikan konsumen tapi juga jangan merusak harga pasaran.

Misalnya jual beras. Kalau harga di pasaran satu karung goni ukuran lima kilo 65 ribu, berarti di penggilingan paling 60 ribu. Ya ambil di Penggilingan. Jual tetap 65 ribu, sudah untung 5 ribu. Perlu penghasilan 5 juta sebulan, berarti harus jual 5 ton!

Karena itu mau tidak mau harus cari mobil lagi. Untuk memuat barang. Dana tabungan ditambah setelah menjual hampir semua perhiasan istri tidak sampai 40 juta.

Setelah cari sana-sini, akhirnya ketemu di OLX Medan. Mobil Hyundai Matrix tahun 2004. Harga 24 juta. Kondisi apa adanya tapi di iklan mesin hidup dan layak jalan.


Singkat cerita saya berangkat ke Medan. Mobil di starter hidup. Tapi kondisinya sedikit mencurigakan. Saya minta cek bengkel, Koh Ahin si Penjual menolak dengan alasan tidak sempat. Tapi dia jamin kondisi mesin aman.

Karena desakan kantong yang mepet sementara mobil perlu cepat, akhirnya saya dealkan dengan perjanjian saya bayar 22 juta duluan. Sisanya 2 juta bulan depan kalau mobil saya bawa tidak ada masalah. Koh Ahin setuju.

Ternyata kekhawatiran saya terbukti. Baru jalan 9 kilometer, mobil batuk dan mogok. Untung dekat bengkel. Di cek ternyata radiator mobil bocor. Air radiator habis. Terpaksa menginap satu malam karena radiator perlu di las. Sekalian ganti oli. Perbaikan sekitar 1.3 juta.

Besoknya mobil beres. Saya berangkat. Tapi belum ada 10 kilo, mobil "kletek-kletek" dan mati. Tidak mau hidup distarter lagi. Info orang bengkel yang kemarin, mereka datang. Menyerah. Engine bermasalah. Harus bongkar dan bawa ke bengkel Hyundai langsung. Mereka sarankan mengembalikan mobil.

Saya telpon Koh Ahin. Orangnya tidak bertanggung jawab. Saya minta balik 20 juta saja. Anggap sewa mobil sejuta sehari. Tapi dia bilang uangnya sudah habis buat main judi. Yas salam...

Saya kemudian minta tolong seorang kawan ditarik ke bengkel resmi Hyundai di Jalan Adam Malik. Ternyata Showroom Hyundai Medan sudah tutup. Mantan kepala mekaniknya membuka bengkel sendiri di Jalan Sutomo Ujung. Menginap lagi satu malam. Besoknya mobil ditarik lagi ke Jalan Sutomo Ujung.

Mobil di cek. Perlu bongkar mesin dan butuh waktu beberapa hari. Estimasi bisa 4-5 hari. Jadi saya pulang dulu ke Langsa. Hemat uang. Setelah 5 hari orang bengkel telepon, mobil sudah selesai. Perbaikan sekitar 6 jutaan. Sayapun meluncur ke Medan untuk menjemput si Matrix...

Siang saya sampai di bengkel. Setelah membayar biaya perbaikan, sekitar pukul dua siang saya berangkat membawa si Matrix pulang ke Langsa. Tapi ujian ternyata baru di mulai lagi. Sampai di Jalan Gatot Subroto, mobil kembali mogok. Di stater ngga hidup-hidup. Saya telepon orang bengkel, kata mereka kemungkinan baterai soak. Beli Baterai lagi. Cuss, start langsung berangkat lagi.

Di daerah diski karena lalu lintas lumayan padat, saya oper gigi rendah. Mobil tiba-tiba mati lagi. Untung posisi mobil masih jalan, saya arahkan ke pinggir jalan. Coba starter ngga mau hidup. Saya telepon orang bengkel. Kali ini analisa mereka dinamo charger aki-nya kemungkinan rusak. Jalan satu-satunya harus di perbaiki. Untuk menghidupkan mobil harus di dorong.

Karena kapok merasa dibohongi orang Bengkel (dan orang Medan), saya memutuskan memperbaiki dinamo charger aki-nya di Langsa saja. Di bengkel milik saudara.

Saya minta tolong orang-orang mendorong mobil. Di dorong, mobil hidup. Tapi asal perpindahan gigi dari atas kebawah, mobil pasti mati. Untuk menghidupkannya lagi-lagi harus minta tolong orang untuk dorong. Tidak mungkin gigi satu terus. Perjalanan juga masih jauh. Masih hampir 200 kilometer lagi.

Setelah hidup-mati diminta tolong didorong berkali-kali, magrib saya sampai di Tanjung Pura. Singgah sebentar sholat magrib di masjid. Sambil menenangkan diri.

Saya coba berhitung...
Kalau setiap mobil mati terpaksa minta tolong orang untuk dorong. Kasih uang rokok 10 ribu. Dari Medan sudah 10 kali hidup mati. Sudah keluar biaya seratus ribu. Di tambah 50 ribu karena sebelum di Stabat sempat minta tolong bengkel cek baterai. Jarak tempuh baru 60 kilometer, pengeluaran sudah 150 ribu. Belum lagi perjalanan kedepan menuju Kota Langsa banyak daerah tidak ada pemukiman penduduk. Mobil mogok ke siapa minta tolong untuk dorong?

Kalau mobil ditinggal di tengah jalan, siapa yang jaga. Tidak ada. Opsi lainnya menginap di mobil. Tunggu besok perjalanan siang. Lebih aman.

Saya tenangkan diri sejenak. Ya sudah, lanjut aja. Pakai ilmu ikhlas dan ilmu pasrah. Perjalanan saya lanjutkan.

Setelah minta tolong di dorong warga setempat, saya jalan lagi. Tapi kali ini saya membawa si Matrix sambil membawa ayat-ayat suci Al-Quran. Tidak putus-putus. Bolak-balik surah Alfatihah, Annas, Al-falaq, Al-quraisyi, Al-maun, Al-kautsar, Al-kafirun, An-nasr dan ayat-ayat pendek lainnya.

DEMI ALLAH....
Sekali lagi DEMI ALLAH....

Sepanjang perjalanan lebih 100 kilometer lagi itu, si Matrix tidak pernah mogok lagi. Dari gigi satu ke gigi dua, dari gigi dua ke gigi tiga. Kemudian kadang turun ke gigi dua dan gigi satu. Semua aman. Tapi saya juga tidak pernah putus membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Kecuali waktu isi Bensin. Saya minta tolong ke petugas SPBU mesin tidak mati karena tidak bisa starter. Si Matrix tetap hidup dan tidak ada mogok lagi sampai saya pulang ke rumah (mertua).

Bagi saya hal ini sangat ajaib dan tidak masuk akal. Tapi saya alami sendiri.

Besoknya si Matrix saya bawa ke bengkel. Tentunya setelah di dorong lagi. Sehari di bengkel, besoknya keluar dan mogok lagi. Perbaiki lagi dan besoknya mogok-mogok lagi. Ternyata yang bermasalah sensor ISC-nya. Perbaiki cuma 100 ribu aman.

Sampai si Matrix kemudian terpaksa saya jual untuk modal awal mendirikan K-Water Indonesia...

28-04-2020

(By Azwar Siregar)

Baca juga :