Calon Ibukota Rawan Tsunami, Kenapa Ngotot Sekali Ingin Pindah?


[PORTAL-ISLAM.ID] Presiden Joko Widodo seharusnya mengurungkan niat untuk melanjutkan proyek pemindahan ibukota baru. Hal ini seiring adanya penelitian bahwa calon ibukota baru di Kalimantan Timur rentan dilanda tsunami yang dipicu longsor bawah laut.

Pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta (Unas), Saiful Anam mengaku heran dengan kengototan pemerintah untuk memindahkan ibukota. Apalagi, proses pemindahan tidak ditunda sekalipun negeri sedang diserang wabah Covid-19.

"Saya kira ini menjadi pertanyaan besar, ada apa kok ngotot sekali ingin memindahkan Ibukota? Apalagi di tengah rakyat membutuhkan uluran tangan untuk mengatasi Covid-19. Pemerintah justru masih ingin mengambil langkah melakukan pinjaman lagi," ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (27/4/2020).

Saiful Anam mendesak agar Presiden Jokowi untuk segera membatalkan proyek ibukota baru. Apalagi, alasan pembatalan semakin kuat setelah adanya penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang menyatakan bahwa lokasi calon ibukota baru tidak bebas dari ancaman tsunami.

“Ingat, rakyat hari ini juga bukan minta ibukota pindah, tapi bagaimana penanganan Covid-19 benar-benar tertangani dengan benar,” tegas Saiful.

Sebagaimana diberitakan Tempo, peneliti senior di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengatakan bahwa sesuai hasil penelitian, calon ibu kota negara di Kalimantan Timur rentan dilanda tsunami yang dipicu longsor bawah laut. Dengan volume longsoran mendekati 4 juta meter kubik, tsunami bisa setinggi lebih dari 15 meter seperti yang pernah terjadi di Papua Nugini pada 1998.

"Kami pernah sampaikan tahun lalu. Kaji detil perlu untuk siapkan Pengurangan Risiko Bencananya," kata Widjo Kongko yang juga dikenal sebagai ahli tsunami dalam cuitannya di akun media sosial tentang perlunya upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bagi calon ibu kota negara, Kamis 23 April 2020.

Widjo Kongko menggunakan istilah tradisional masyarakat di Pulau Simeulue, Aceh, smong, untuk ancaman tsunami tersebut. Dia juga menyebut tsunami di Palu dan Krakatau sebagai contoh smong yang terjadi beberapa tahun lalu yang diakibatkan oleh longsor bawah laut.

Menurutnya, kejadian smong di Indonesia yang disebabkan longsor di bawah laut lebih banyak daripada yang diperkirakan.

Baca juga :