WABAH = PERANG ABAD 21


WABAH = PERANG ABAD 21

Bagian 1,
Apa sesungguhnya musuh, apa sesungguhnya senjata

Pada saat situasi peperangan dengan makhluk semi hidup kecil berukuran 5 micron, yang dinamai SARS nCov2, dan menimbulkan penyakit yang dalam waktu waktu cepat menjalar hampir di seluruh permukaan bumi tanpa kecuali, penyakit baru yang namanya COVID 19.

Tidak ada satupun penduduk dunia yang sudah terpapar akses internet yang tidak tahu COVID 19, terlepas mereka sungguh-sungguh tahu ataupun tidak tentang pandemi dunia ini.

Yang jelas saat ini semua negara tahu, di Abad 21 ini, ternyata PERTAHANAN SUATU NEGARA bukan tergantung pada KEKUATAN ALUTSISTA dan kedigdayaan TENTARANYA. Karena sebentuk makhluk semi hidup, yang dikabarkan mudah dibunuh dengan alkohol dan sabun, dengan mudah meluluhlantakkan empat pilar penting KETAHANAN BANGSA, yaitu Kesehatan, Pangan, Ekononi dan Politik.

Makhluk semi hidup ini, bisa menjungkirbalikkan dan membuka kenyataan sesungguhnya suatu negara, apakah dia betul-betul kuat fasilitas kesehatannya, kuat ketahanan pangannya, kuat kemampuan ekonominya, dan kuat stabilitas politiknya. Bukan pencitraan semata, bukan data-data kertas semata.

Makhluk kecil semi hidup ini, adalah alatnya Allah, yang mampu membersihkan rumah-rumah Allah, dari kegiatan-kegiatan yang melenceng jauh dari beribadah, membersihkan diri dan mendekatkan kepada Nya. Makhluk kecil semi hidup inilah, yang berhasil membuat semua rumah ibadah di seluruh dunia, masjid, gereja, pura, dan bahkan tempat-tempat suci agama dunia, menjadi sunyi sepi dan senyap. Tepat seperti itulah seharusnya rumah ibadah, yang semestinya dipenuhi dengan manusia yang mencari sunyi, sepi, dalam kesenyapan yang dalam, untuk bertemu Tuhannya, di rumah Tuhannya.

COVID 19 berhasil membuat negara, propinsi, kota, dan desa menjadi kehilangan hingar bingar dan hiruk pikuknya.

COVID 19 berhasil memaksa semua orang diam di rumah, bekerja dari rumah, anak-anak belajar di rumah. Sejenak waktu bertemu keluarga menjadi panjang. Bercengkerama, saling menghangatkan, saling menguatkan.

Hanya di Indonesia, dengan potensi tinggi terjadinya bencana yang menghancurkanleburkan empat pilar, kesehatan, pangan, ekonomi, dan politik, di awal kemunculannya, diremehkan, dibuat candaan para pejabat, ditanggapi dengan jumawa, tak lebih dari batuk pilek biasa, yang membuat makhluk kecil semi hidup yang perkasa ini marah, dan menunjukkan jati diri sesungguhnya.

Sementara negara lain yang kuat secara kesehatan, pangan, ekonomi, dan politik menanggapinya dengan sangat berhati-hati dan seksama, mengerahkan sumber daya maksimal, dan melindungi rakyat yang jadi target serangan utama secara habis-habisan.

Di negara ini, ditanggapi dengan santuy, dan ketika betul terjadi, yang menjadi tameng yang dipersiapkan untuk menghantam serangan, justru adalah buzzer-buzzer. Rakyat yang membela dan bersuara memberikan peringatan kewaspadaan, justru yang dianggap sebagai serangan, dan coba dihabisi dan dibungkam dengan segala cara.

Sementara makhluk kecil ini, serangan sesungguhnya ini, dibiarkan masuk, disilakan masuk, dengan tetap membuka gerbang-gerbang negara seluas-luasanya. Dengan menggunakan kendaraan yang dia pakai untuk masuk Indonesia dengan leluasa, dan masuk antar wilayah dengan mudah, adalah manusia.

Kini kita semua tahu, rakyat semua tahu, bahwa EMPAT PILAR KEKUATAN NEGARA, yaitu KESEHATAN, PANGAN, EKONOMI, dan POLITIK INDONESIA, begitu lemah.

Pemangku kebijakan tampak sekali tak percaya diri. Rakyat yang sesungguhnya tahu, juga tampak sekali tak percaya diri. Bahwa kita bakal terjamin pangannya, terjamin ekonominya, apabila dilakukan penutupan gerbang negara dan wilayah, untuk meredam masuknya musuh kecil mematikan ini.

Dua hal penting yang menjadi ketakutan rakyat, dan digunakan menjadi senjata buzzer, adalah:

1. Ketakutan akan kelaparan
2. Ketakutan akan kemiskinan

Padahal keduanya, adalah masalah yang tidak saja harus dicarikan solusinya oleh Negara, tetapi juga harus dipersiapkan dengan baik, oleh setiap warga negaranya.

Titik temu ada di tengah. Namun, saat ini titik temu tak akan pernah bertemu ternyata.

Karena makhluk kecil semi hidup membuka mata semuanya, bahwa Negara tidak sungguh-sungguh menyiapkan Kekuatan Kesehatan, Pangan dan Ekonomi untuk rakyatnya.

Dan rakyat sendiri, ternyata selama ini, belum sungguh-sungguh, menyiapkan Kekuatan Kesehatan, Pangan dan Ekonomi, untuk diri sendiri dan keluarganya.

Negara memenuhi kekuatan kesehatannya sebagai sumber daya politik, Negara menggunakan sumber daya ekonominya sebagai sumber saya politik. Negara memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya, dengan juga sebagai sumber daya politik.

Ternyata yang tersisa hanya sedikit untuk rakyatnya.

Maka, saat ini harus ada Langkah, Pembaharuan pemikiran, dan Transformasi Rakyat dengan cepat, radikal, masif, dan menyeluruh.

Target serangan makhluk kecil ini, COVID 19 ini adalah: MANUSIA.

Maka Rakyat, harus dengan cepat, mendayagunakan dirinya, menghitung kekuatan yang dimilikinya, membentengi dan memperkuat dirinya dengan cepat, dalam TIGA PILAR KEKUATAN: Kesehatan, Pangan, dan Ekonomi, serta pengetahuan politik yang lebih baik.

Agar apapun serangan, COVID 19, atau apapun yang ada di depan nantinya, bisa kita hadapi dengan kuat, tenang, tangguh, dan percaya diri.

Tuhan beserta kita.

@Tifauzia Tyassuma
Dokter, Peneliti, Penulis
Presiden AHLINA Institute

Dari ujung paling barat pulau Jawa.

(21/3/2020)

Baca juga :